[3.2.] Seunghan | A Reminiscence

133 18 15
                                    

Siang ini, udara terasa lebih menyengat dari biasa. Kamu baru saja pulang dari kampus, dan langsung menyesali keputusanmu untuk naik kendaraan umum. Alhasil, kamu harus berjalan beberapa saat dari jalan utama agar bisa sampai ke rumah.

Setelah lima puluh meter, kamu tidak tahan lagi. Kamu memelipir ke bangunan ruko yang terlihat jelas dari pinggir jalan raya, dan masuk ke dalam satu kedai es krim. Kedai itu tidak begitu besar, tetapi cukup nyaman untuk sekadar mencari udara hasil kondensasi. Lagi pula, cuaca begini memang pantas mengundang beberapa suap es krim yang segar.

Karena tujuan utamamu adalah mendinginkan badan, kamu memilih meja yang paling dekat dengan pendingin ruangan. Lokasinya ada di sisi belakang kedai, tempat terjauh dari pintu masuk. Sembari menikmati satu sekup es krim mint choco, otakmu memutar sebuah memori. Suatu hari, kamu dan Seunghan mengutil es krim cone bungkusan dari toko dekat sekolah. Untungnya, kejahatan itu tidak diketahui sampai hari ini.

Kamu menggeleng cepat. Sejak kemunculan mendadaknya malam itu, Seunghan selalu hadir. Bukan dalam bentuk nyata, melainkan sebagai memori. Saat masuk ke salah satu kelas kuliah, kamu terbayang Seunghan ada di sana, yang pada zaman SD merecokimu ini itu sampai tidak bisa berkonsentrasi belajar. Saat makan siang, kamu teringat Seunghan yang selalu menolak minum susu, padahal itu adalah salah satu menu wajib makan siang bagi anak-anak sekolah. Saat akan tidur malam, kamu memutar kata-kata Seunghan yang berisikan ide jahil dan menyebalkan. Begitu banyak kenangan tentang laki-laki itu, sehingga apapun yang kamu lakukan sekarang terasa seperti ulangan masa lalu.

Berlainan dengan Seunghan. Pasti ia menganggap reuni kemarin biasa saja. Memikirkannya, kamu melengos sendirian.

Pintu kedai membuka, dan kamu mencuri pandang ke arah sana. Ada dua orang yang baru saja masuk, laki-laki dan perempuan. Mereka langsung berbelok ke arah konter pelayanan dan membelakangimu, sehingga kamu tidak sempat menengok wajah-wajah mereka.

Akhirnya, mereka selesai memesan dan duduk di salah satu bangku kedai, berdampingan. Jantungmu terasa melorot ke kaki kala menyadari bahwa laki-laki itu adalah Hong Seunghan.

Gadis semampai yang bersama Seunghan itu terlihat familiar. Setelah berusaha mengingat, kamu tahu siapa dia. Namanya Kim Yeongseo. Kamu dan Yeongseo pernah berada dalam satu tim paduan suara SMP. Dia dikenal sebagai gadis kalem dan pendiam, tetapi sering ditunjuk sebagai solois di berbagai penampilan. Itu karena Yeongseo adalah didikan guru vokal ternama asal Italia, yang membuat teknik suara Yeongseo paling teruji dan matang.

Sama seperti Seunghan, Yeongseo juga bertransformasi dari apa yang kamu ingat. Yeongseo tampak makin cantik, dengan padu padan busana yang sederhana tetapi menarik. Kualitas masa lalu yang tersisa dalam dirinya adalah ketenangan dan kelembutan, yang kini ikut dibalut dengan kepercayaan diri. Ia juga terlihat nyaman di dekat Seunghan.

Beberapa menit sudah kamu menontoni interaksi dua orang itu. Walau kalian bertiga dipisahkan oleh jarak yang tak terlalu jauh, seharusnya mereka bisa langsung menyadari kehadiran pelanggan lain di dalam kedai. Apalagi itu kamu, orang yang mereka kenal. Namun, sampai semangkuk kecil es krim yang mereka pesan tandas, dunia terasa hanya milik mereka berdua.

Dari tempatmu, kamu bisa mendengar Seunghan berkata, "Jadi, kamu ingin segera memulainya?"

"Ya," suara empuk Yeongseo terdengar. "Bagaimana menurutmu?"

"Itu bagus. Tapi, boleh aku berkomentar?"

"Tentu."

"Kamu pasti akan lebih lelah. Bekerja jadi pelayan restoran, kan, melelahkan. Apalagi di Oppa Chicken yang selalu ramai begitu."

"Aku tahu. Tapi gajinya lebih baik dibanding sekarang."

"Kamu yakin?"

"Ya. Demi uang."

Imagine & Realize | RIIZE ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang