[2.2.] Anton | The World He Keeps In

179 26 4
                                    

Untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan, kamu tidak bersemangat pergi sekolah. Sudah ada satu fakta tersembunyi tentangmu yang tersebar luas kemarin siang, bahkan sampai kepada sang obyek utama dari fakta itu. Kenyataan itu membuat perutmu berputar-putar hingga mual rasanya.

Namun, untungnya, ada celah yang memungkinkannya tetap tersembunyi. Dalam tantangan yang diberikan kemarin, Samantha dan Jane tidak menuntutmu untuk menyebut satu nama dari kelasmu saja. Padahal dalam skala satu sekolah, banyak nama murid laki-laki lain yang diawali huruf A. Ada Ari, Adam, Alan, dan Asher. Belum lagi trio Austin yang terkenal: Austin kelas C, Austin kelas D, dan Austin kelas E.

Mengingat banyaknya daftar nama berawalan huruf A, tidak bisa disimpulkan bahwa kamu menyukai Anton, jika ditarik dari pernyataan itu saja. Jadi, ketika teman-teman perempuanmu kembali menuntut kejelasan tentang siapa laki-laki yang kamu suka, kamu mengelak puas dengan menjawab, "Permainannya, kan, sudah berakhir. Tidak akan kuberitahu, ah~"

Selama seminggu penuh, mereka kukuh berusaha mencari tahu. Namun akhirnya, mereka menyerah.

Tak henti-hentinya kamu bersyukur. Walau sempat sedikit bocor, sosok pujaanmu masih aman terjaga. Dan, Anton tetap tidak menyadari, bahwa ia punya seorang penggemar rahasia.

***

Minggu malam itu, kamu memandangi pantulan wajahmu di cermin. Dandanan lengkap sudah melapisinya, dengan tata warna sesuai gaun selutut yang bernuansa biru muda.

"Sudah selesai," kata Tina, penata rias yang disewa ibumu. Ia diminta merias kamu dan beberapa sepupu demi acara pernikahan kakak sepupumu, Emily. Dalam dua setengah jam, Tina sudah siap merias semua orang menjadi anggun dan seragam.

Di dalam aula hotel yang menjadi tempat pernikahan Emily, kamu mengintip deretan kursi yang akan menjadi tempatmu bersama para sepupu itu. Karena kalian adalah keluarga, letaknya tepat berada di depan panggung kecil, yang difungsikan sebagai altar. Di samping kanan area itu, ada area tambahan yang hanya berisikan empat kursi kosong. Menurut informasi dari salah satu sepupumu, kursi-kursi itu akan ditempati oleh pemusik.

Salah satu sepupu mengajak kalian semua untuk mengambil beberapa foto sembari menunggu kehadiran dua mempelai, jadi itulah yang kamu lakukan. Kalian riang berpose di depan wedding arch yang bernuansa putih dan biru muda. Setelah puas, barulah kalian menduduki barisan pertama sesuai arahan. Terlihat empat kursi kosong tadi telah terisi oleh empat musisi, yang sepertinya adalah string quartet. Mengingat kecintaan Emily pada musik klasik, kamu tidak terkejut menemukan ensambel itu dalam pernikahannya.

Namun, di antara keempat orang yang tengah sibuk menyiapkan peralatan bermusiknya itu, kamu menemukan satu yang familiar. Tubuh tingginya terlalu mencolok dibandingkan dengan yang lain.

Kamu menyipitkan mata, mencoba lebih fokus mengamatinya sekaligus meyakinkan diri. Laki-laki itu sungguhan Anton Lee, teman sekelasmu, yang kini tengah berbincang dengan rekan musisi di sebelahnya sambil memegangi leher sebuah selo.

Penampakan Anton sekarang tidak jauh berbeda dibanding versi berseragamnya yang kamu lihat sehari-hari. Ia tetap resik dan rapi. Namun, setelan formal bernuansa putih-hitam yang ia kenakan terasa menggegarkan. Lengan kemejanya tergulung sampai siku, rambutnya yang klimis tersampir ke kanan. Wajahnya terlihat lebih bercahaya dari biasa. Kombinasi itu sulit membuatmu menarik napas.

Kehadiran laki-laki itu memang mengejutkanmu, tetapi yang lebih menggegerkan kepalamu adalah fakta bahwa ia pemusik. Dalam kuartet itu, Anton adalah sang pemain selo.

Fokusmu akhirnya teralihkan pada suara lantang seorang pembawa acara. Ia mengumumkan kehadiran calon suami Emily bersama barisan groomsmen, juga seorang officiate, yang menandakan pernikahan akan segera dilangsungkan. Tak lama kemudian, Emily dan ayahnya ikut menyusul masuk ke ruangan. Kamu tahu, kamu harusnya terpana pada Emily yang berjalan menuju altar, tetapi matamu sulit lepas dari Anton yang menjalankan tugasnya. Bersama tiga rekannya, Anton memainkan Air karya Bach.

Imagine & Realize | RIIZE ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang