[1.3.] Wonbin - Good Night, Tonight, As Well

175 24 4
                                    

Lautan muda-mudi berpakaian putih hitam menghampar dalam sebuah aula. Kamu termasuk satu di antara mereka.

Di sebelah utara ruangan terbesar yang pernah kamu masuki ini, berdiri sebuah panggung berkarpet merah, dilengkapi dengan tata lampu meriah. Banyak orang berlalu-lalang di sekelilingnya, mengenakan pakaian bernuansa biru kuning, warna yang juga ada dalam logo universitas ini. Mereka, selaku panitia penyelenggara, sibuk mengatur apa saja sebagai tanggung jawabnya.

Salah satunya adalah perempuan di deret terdepan itu. Sedari tadi, ia mengarahkan para mahasiswa baru supaya duduk di tempat yang sesuai. Kalian tidak bebas duduk di mana saja, menjadikan kamu mendapat tempat di deret terdepan secara terpaksa. Niatmu untuk cuek selama acara terancam batal, sebab semua mata pengisi acara bakal tertuju padamu, yang ada di baris depan.

Di sebelah kirimu, duduk seorang gadis berambut ikal yang mengembang. Sementara itu, di sebelah kananmu, ada seorang laki-laki berkacamata. Sembari menunggu dimulainya acara, kamu menanti saat yang tepat untuk mengajak salah satu dari dua orang itu untuk mengobrol. Untungnya, gadis di kirimu memulai lebih dulu.

"Hai, aku Bunny," katanya, ramah.

Kamu membalas dengan menyebut namamu.

"Aku dari Farmasi. Kalau kamu?"

"Aku jurusan Finansial."

Dalam beberapa menit ke depan, Bunny-lah yang menguasai percakapan. Kamu lega, sebab ia jadi pelipur kebosanan yang menyenangkan.

Penataan tempat duduk bagi seluruh mahasiswa baru diatur sedemikian rupa, untuk memastikan mahasiswa bisa bertemu dengan mahasiswa lain dari jurusan berbeda. Mungkin, itu hal yang bagus supaya anak-anak baru ini saling mengenal, tetapi bukan itu yang kamu harapkan.

Di dalam aula ini, mungkin ada lebih dari seribu mahasiswa. Penampilannya seragam, menyulitkanmu untuk menemukan satu orang yang kamu tunggu-tunggu sejak semalam.

Tidak terpikir olehmu malam tadi untuk mengajak Wonbin bertemu lebih dulu sebelum memasuki aula. Kamu kira, mahasiswa baru akan dikelompokkan berdasarkan jurusannya. Ternyata tidak demikian. Kamu tidak tahu di kursi mana ia duduk sekarang, sebab panitia penyelenggara berseru-seru agar semua orang bergerak cepat ke tempat yang sudah diatur.

Kini, ketika semua mahasiswa sudah mendapat tempat, panitia melarang mereka untuk berdiri. Kesempatan untuk menemukan Wonbin pun hilang.

Tak lama kemudian, rangkaian acara dimulai. Di atas panggung, muncul dua pembawa acara, satu laki-laki dan satu perempuan. Mereka berdua bercuap-cuap dengan asyik, sampai akhirnya mempersilakan rektor universitas untuk memberikan sambutan.

Seluruh mahasiswa diajak bertepuk tangan. Terkilas pembicaraanmu dengan Wonbin semalam. Di tengah acara yang membosankan ini, kamu memutuskan untuk fokus dengan satu hal: menghitung berapa banyak tepuk tangan yang bakal kamu lakukan sepanjang hari ini.

***

Pada pukul dua siang, acara di dalam aula berakhir. Tidak hanya rentetan pidato, tetapi ada juga sesi foto bersama menggunakan atribut yang sudah kamu siapkan. Selanjutnya, para mahasiswa baru diarahkan untuk mengunjungi berbagai stan yang berjajar di luar aula. Stan itu menunjukkan berbagai klub yang bisa diikuti. Ada klub olahraga, debat, sukarelawan, sampai klub pembaca buku.

Setelah berada di luar aula, kalian diperbolehkan menggunakan ponsel. Ketika mengeceknya, dalam papan notifikasi, tersemat sebuah pesan Wonbin.

Di mana kamu?

Pesan singkat itu terkirim lima menit lalu, sehingga kamu buru-buru membalas. 

Aku di depan stan klub buku.

Imagine & Realize | RIIZE ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang