Rumah sakit yang biasanya hening tiba tiba ramai bak bajar tiga ribuan. Ibu ibu dasteran menggendong putra putri kecilnya, bapak bapak kumis tebal membawa cangkul dengan baju diselimuti tanah. Itu sekitar 20 orang belun dengan anak anak dan cicit cicitnya. Ah rasanya Dzul pemilik rumah sakit ini ingin tepuk jidat tapi selagi tidak membuat keributan itu bukan masalah besar.
Mereka berkumpul diruang Icu awalnya anak itu membaik usai operasi yang memakan waktu setengah hari tapi tiba tiba drof dan harus dipindahkan keruangan mengerikan. dokter sempat kerepotan menjawab pertanyaan pertanyaan dari mereka.
"Ah syukurlah semuanya stabil. Kita pantau sampai besok pagi jika semua tetap stabil saya akan memindahkannya keruang rawat. Samudra anak yang kuat beruntung tusukannya tidak mengenai organ dalam. Maaf tapi apa sebelumnya samudra pernah kambuh? Alergi maksud saya"
"Ah iya dua hari lalu"
" untunglah cepat ditangani ya, alergi yang dia punya itu bisa membuat sesak dan kebanyakan mohon maaf tidak selamat "
"Terimakasih dok, saya dan lima bapak saya permisi"
"Silahkan"
....
Tak terasa seminggu sudah berlalu. Hari ini harusnya samudra ikut hitung perkalian tiga maju kedepan karena seminggu lalu gurunya memberikan waktu seminggu penuh untuk menghafal sayang sekali mata itu enggan membuka. Warga warga silih berganti menjaga samudra, kata dokter semuanya baik hanya tinggal menunggu sadar.
Hari ini giliran keluarga dian yang berjaga. Sebetulnya tidak semua hanya dian dan mamahnya yang bisa kalau kepala keluarga jangan ditanya sementara si bungsu malah ikut papahnya. Katanya takut liat perut samudra yang perbannya berdarah darah salahkan saka yang jahil mengirim poto samudra yang masih diicu seminggu lalu. Memang pemuda itu memaksa berjaga pertama orang itu tidak bisa mengendalikan dirinya kalau dian tak membogem pipinya sampai tersungkur.
" hei bangun dong maafin om dian ya... Ga bisa jaga sam. Waduh! Pipinya jangan sampai kempes dong, nanti om dian ga suka lagi sama sam" dian terkekeh sendu, ia merindukan samudra nya. Lautan cintanya. Kalau dian ditanya lebih berharga samudra atau keluarganya tentu saja keluarganya tapi samudra tetap memiliki tempat tersendiri.
Mata yang seminggu tertutup akhirnya menampakan kehidupan.
"Ahh samudranya om udah sadar makasih! Muach muach much m m m muach muach aghh" dian mengecupi seluruh wajah samudra sampai air liurnya sedikit menempel. Dengan wajah malu dian mengusapnya. Dian beralih memncet tomboh dinakas
Tak sampai 3 menit dr. Pasha yang menangani samudra datang memeriksa, dia berkata jika semuanya sudah membaik dan tinggal pemulihan saja. Ia juga diresepkan obat penghilang bekas luka yang paling ampuh dian yang memintanya. Dr.pasha bergegas karena mendapat kabar jika ada pasien darurat. Dian mengucapkan terimakasih.
Sebelum pergi dr. Pasha menyempatkan mengusap rambut lebat samudra dan menyemangatinya untuk sembuh samudra hanya tersenyum menanggapi"Mau minum es"celetuk samudra
Tya yang baru masuk dikagetkan dengan putranya yang sudah sadar dan permintaan tak masuk akalnya. Wanita itu melirik sinis si sulung yang siap melampari samudra bantal yang ada disopa. Baru bangun pengin es itu bener bener bikin dian pengen nyium anak itu.
Dian hanya cengengesan.
Tya memeluk samudra. Menggumamkan kata kata yang selama ini terkunci rapat dimulutnya. Dia sangat merindukan anak ini
" mamah kangen peluk sam, kangen banget samudra nya mamah harus sembuh ya! Nanti ajak om saka sama dian main petak umpet lagi, nanti sam mamah umpetin dirumah pa RT biar sekalian porotin dia ya "
" om dian ga kasih king minum "
" boong mah! Abis satu galon bocah itu " elaknya
....
Jam sudah memasuki makan siang. Disalah satu kamar VVIP sebuah rumah sakit yang dihuni anak gemes kini penuh. Ada sekitar 10 orang yang masuk belum yang diluar. Ini pun hasil jalan tengah dokter yang memeriksa samudra. Katanya samudra akan sesak jika terus dikerumini orang orang. Jadi mereka silih berganti
"Mbak rika sama neng sinta minggir dikit dong! Saya kejebit ini" sebenarnya kursinya lumayan panjang tapi dasarnya badannya gede gede ditambah ga sadar diri jadi berhimpitan.
" ibu kali yang badannya gede. Saya sama rika yang kejepit ini ibu!!!"
Keributan yang sejak tadi tak kunjung usai dengan cocomelon sebagai iramanya. Bahkan samudra yang baru sadar tengah memangku anak kecil dan memakaikannya pempers. Ibu ibu itu cuma ribut bikin pusing.
" mamah buwung!!! "
" apaan dah bu mika saya ga faham "
"Burung katanya sinta "
Samudra tersenyum melihat pemandangan yang membuatnya terasa berharga. Ia anteng disuapi tya yang sesekali mengecupi tanganya.
" mamah tau sam bosan kan? Lusa kamu boleh sekolah. Katanya jum'at depan sehabis jumatan cowok cowok ada acara kerja bakti bulanan. Adek ga boleh dulu ikutan. Inget bulan kemarin kenapa?
"Masuk got" jawab samudra cemberut. Tya mengusap gemas pucuk kepala samudra.
"Udah ibu ibu giliran yang diluar suruh masuk kesian pada pegel yang ga duduk."
"Ah saya masih belum kebagian peluk tiummm" sahut ibu baju merah
" adek nih mamah bawa rendang sama antek anteknya sama puding juga kesukaan kamu!"
" jeng mina tau nddak sih denger denger cintia anaknya rt wardana hamiddun. Saya ndak nyangka sama sekali lhoh. Anak e bbaek banget! Aib keluarga sihh itu" ibu perawakan berisi mulai mengompori. Muka muka nyinyir memang
"Ga usah sotoy jeng titin ga baik loh ngomongin orang. Eh tapi saya kemarin lewat simpang tiga depan pos liat cintia emang badanya gemukan"
" hooh saya ketemu diindojuly waktu itu tapi mungkin karena kita beda kampung ya jadi dia ga nyapa saya ga kenal kali sama saya "
" ih bau taik! Iewhhh siapa yang kentut!! Pastinya bukan saya ya!! Kentut saya wangi parfum dior ya! "
" Hhalah jeng titin nyala nyalain kita ibu kali! Orang kita ga sadar bao kentut "
" idung ibu ibu bermasalah "
....."Woy yang didalem enak ga kentut saya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesayangan satu kampung (On Going)
Random"Pak RT si bocah gendut ambil pechi kesayangan bpa" "biarin" "Besok disekolah sam ada pangambilan rapot. Biar saya aja!" "Enak aja saya lah! yang punya anak satu sekolah sama samudra pasti repot kyk mbak" "Saya bu inem" "Ck bu rika ada ada aja, jel...