Semingguan itu ke tujuh belas bidadari peot, silih berganti menjaga samudra tapi mengingat mereka juga memiliki kegiatan pribadi masing masing jadi tidak bisa serentak menjaga si anak cengeng.
Uniknya selama seminggu samudra malah tetap ingin bergonta ganti rumah untuk anak itu inapi. Meski lemas digendongan seseorang siapapun samudra keukeuh pada pendirian jika menginap semalam perumah menjadi kebiasaanya. Mereka hanya bisa menghela nafas dan menuruti keinginan si kesayangan.
Setelah seminggu fakum. Anjay.
Samudra sudah siap dengan seragam merah putih topi dan jangan lupakan dasi. Semalam samudra tidak menginap dirumah siapapun kesian rumahnya tidak dihuni jadi dia hanya meminta bang dian menemaninya tidur dirumah, mardian jelas senang bukan main.
Hari ini juga lah hari pertama samudra masuk kelas dua. Sayangnya bocah itu murung sepanjang perjalanan. Dian tanya cuma geleng geleng. Mardian tau samudra kebingungan nantinya duduk dimana. Beberapa menit diam samudra diajak bercanda oleh tiga anak yang duduk dikursi belakang. Ujung ujungnya cekakak cekikikan mereka
Anak anak sialan yang mencegat mobilnya dijalan meminta ikut dengan alasan ada samudranya didalam, sampai ada yang duduk dipangkuannya. Seperti biasa kalo soal samudra dian hanya bisa pasrah
"Jiji turun napa om susuh buka sitbel ah!!"dian menurunkan paksa bocah doyan makan berbadan cukup gede dari pangkuannya. Namanya jiandra
"Anak anak itik turunnya yang rapih oke... jangan sampe masuk got lagi! Gue ga mau bolak balik! Kalian dijemput mak bapak kan?! Samudra tau hari ini kudu nunggu siapa? jadwalnya om dimas kan? Oke gut! Gue ada rapat osis bye!"dian menutup kencang pintu mobil setelah menurunkan mereka meninggalkan keterdiaman ke lima anak itu
"Eh mumut ada PR loh!!! Perkalian tga disuruh maju kedepan satu satu! Kamu kan belum ngafalin"
"Pasti bu guru cici ngerti kok ayo mut ga papa masuk aja"
...
Samudra menunggu dengan sabar jemputan pria dewasa bernama dimas. Samudra tidak tau nama lengkapnya. Dia tidak peduli
Omong omong soal samudra.
Anak yatim piatu ada banyak dikampung ini namun tidak sampai tidak memiliki sanak sudara seperi samudra kita.Tid
Tid
Tid"Sini sayang! Maaf lama ya... Om beli es krim dulu buat samudra"
"King ga dibolhin makan es om dim"
"Gapapa istri om ga tau kok! Pokoknya jangan sampe tau salah satu perempuan sekmpung oke?"kata dimas. Samudra menngguk patuh
Setelah memangku samudra menaiki mobil. Dimaspun duduk dikursi kemudinya dan mulai menjalankan mobil sesekali memberikan pertanyaan random untuk samudra agar tidak bosan. Es krimnya tinggal setengah soalnya dimas ga mau beli lagi jadi dia ajak cerita cerita lucu.
Samudra meminta diantarkan ke rumah paling besar dikampung ini anak itu bilang dia mau ketemu om om badan besar pakai baju hitam. Dia menyebut nama pemilik rumah itu mamah ke sembilan. Dimas menurut.
"Hiks om dimas harus ikut! King ga mau masuk sendiri!!! Om om disana yang lihatin kita itu nyeremin!! Makannya king ga mau nginep disini huwaaaaaaaaaaaa king kira ga ada diaaaa huwaaa hiks"
"King samudra atmajaya ayo masuk sekarang. Penjaga! Seret anak itu masuk!!"kata lelaki itu tegas. Namanya kalo tidak salah Adam Delionard tapi author lupa lupa ingat. sorry.
Pria menyeramkan dengan pipi bolong kalo kata samudra.
"Ahggg ga mau ga mau besok sekolah!!!"siapa yang tadi pengen ketemu om om baju hitam badannya gede gede? Ya samudra! tapi lihat anak iitu sekarang. Digendong paksa ala karung beras oleh tiga penjaga yang menjaga didepan tiang tiang tinggi mansion itu. Meronta rontapun akan repot bisa dijatuhkan tak elite dia
Dimas tersenyum canggung segera memasuki mobil terburu.
Sementara didalam mansion tepatnya salah satu kamar dilantai tiga. Samudra anak gembul itu pasrah didekap paksa pria tadi, mengecupi hampir seluruh wajahnya jangan lupa tangan. Apa tidak sekalian sempaknya saja kau cium wahai bapak kempot tua! Damn aaghhh rasanya king mau cium balik biar bapak tua itu diam.
Samudra mengedarkan pandang dia mencari mamah sembilannya dimana ya?
"mamah mu pergi belanja dengan mardian katanya kau akan menginap disini benar?"Adam menatap manik mata hazel milik samudra dalam. Disana dimata anak itu adam melihat setitik rasa kesepian. Adam kembali memeluk samudra erat sesekali mengucupi surai legamnya
"Adek kesepian sayang hm?"tanya adam lembut menggenggam salah satu lengan samudra
"Gapapa kok ada papah ada mamahmu ada om mardian yang jahilkan? Papah bilang tinggal saja disini. Apa tidak lelah bolak balik sana sini ganti ganti rumah?"katanya mendelik. Samudra bimbang
...
Istri adam bernama Tya. Nama lengkapnya tidak perlu.
Kedua emak anak itu sudah kembali dari berbelanjanya. Samudra dan adam disuruh turun. Dalam gendongan koala adam samudra menemukan kehangatan dia dielus dengan lembut meski tak jarang adam akan bersikap sedikit kasar jika mengenai keluarganya samudra yakin seribu persen jika adam sebenarnya lelaki yang sangat baik. Anehnya samudra ikut terbawa padahal dia bukan anggota keluarganya.
"Uuututuuuu bayi besar sini om gendong"dian mencubit cubit gemas pipi tumpah samudra kemudian mengambilnya dari gendongan adam. Dia jadi yakin nama samudra diambil karena anak ini pipinya tumpah seluas samudra. Ah hiraukan pikiran randomnya
"Ga diapa apain kan sana om om pedo itu?"adam mendelik kesal
Semuanya sudah berkumpul dimeja makan termasuk tiga maid didapur yang dipaksa samudra harus satu meja makan dengan mereka. Jujur rasanya mereka ingin mati saja kalau begini.
"Tidak apa apa bibi... Makan saja king juga bukan siapa siapa disini"Mardian adam dan tya menatap tajam samudra yang seenak udel ngomong kyk begitu
"Hehe... Mamah sembilan boleh puding pink itu buat king"
"Ambil, ambil saja sayang, nih didapur masih ada tiga kotak semua untuk samudra oke?"
"Mamah king kentut terus, apa bakal mens ya?"hening
Pret
Pret"TUHKAN!!! HUWAAAAAAAAAAAA GA MAU MENS!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesayangan satu kampung (On Going)
Acak"Pak RT si bocah gendut ambil pechi kesayangan bpa" "biarin" "Besok disekolah sam ada pangambilan rapot. Biar saya aja!" "Enak aja saya lah! yang punya anak satu sekolah sama samudra pasti repot kyk mbak" "Saya bu inem" "Ck bu rika ada ada aja, jel...