Chapter Four - CODA (Children of Deaf Adult)

26 0 0
                                    

Palembang, 2016

Hari itu berjalan dengan normal seperti biasanya di keluarga Arya. Ayudia yang sibuk sejak pagi melakukan pekerjaan rumah, Arya yang menyiapkan keperluannya untuk koas nanti di kampus, dan Mahardika yang sudah berangkat kerja sejak pukul 7 pagi. Tak ada rutinitas yang berbeda hari itu. Semua berjalan sebagaimana mestinya, hingga datang sebuah telepon yang menyela fokus Arya siang itu.

Pelataran rumah sakit menjadi saksi dirinya yang tergesa-gesa menuju ke sebuah ruangan. ICU. Satu kata tiga huruf itu amat mencekam bagi Arya. Ia merasa hal apapun yang ia dengar saat berada di sana tidak akan ada yang bagus.

Sesampainya di ICU, Arya berjumpa dengan beberapa orang tenaga medis dan tenaga kesehatan yang sibuk bekerja di dalam ruangan. Salah satu dari mereka melihat kedatangan Arya dan mendatanginya yang masih kebingungan.

"Apakah benar dengan Mas Arya?" tanya salah satu petugas. Arya melirik name tag yang terpasang di baju. Karina, Perawat. Ternyata dia orang yang menghubungi Arya tadi.

Arya mengangguk. "Iya, saya Arya. Gimana kondisi Ayah saya, Mbak?"

"Silakan ganti bajunya dulu dengan gown steril di sana, lalu setelah itu masuk ke dalam, ya." Perawat tersebut menunjukkan sebuah ruangan dan kembali masuk ke dalam.

Setelah mengganti baju dan sepatu dengan seragam khusus, Arya pun masuk ke dalam ICU. Di sana, ia melihat ada banyak pasien dalam kondisi tak sadarkan diri dengan selang infus yang terpasang di tangan dan sungkup oksigen yang menutupi wajah mereka. Wajahnya berubah pucat. Apa yang akan terjadi dengan ayahnya?

Seorang dokter paruh baya mendekat ke arah Arya dan menepuk bahunya. Arya mengenal dokter itu sebagai dr. Husni, Sp.BS (K).

"Kamu yang namanya Arya?" tanya dr. Husni yang dijawab dengan anggukan Arya. "Ayo ikut saya ke sini."

Mereka pun menuju ke salah satu bed pasien, kondisinya cukup memprihatinkan dengan kepala yang terbalut perban, selang ETT (endotracheal tube) yang terpasang di mulut, dan infus serta monitor TTV yang menyertai. 

"Ayahmu terkena benturan yang cukup keras di kepala saat terjadi ledakan di pabrik. Kondisinya cukup parah saat kami menyelamatkannya, tapi untunglah ayahmu bisa diselamatkan. Namun, benturan di kepala tersebut besar kemungkinan akan menyebabkan terganggunya beberapa fungsi organ, salah satunya pendengaran ayahmu bisa jadi akan terganggu."

Arya terdiam mendengar penuturan dr. Husni. Pendengarannya akan terganggu? "Maksud Dokter, ayah saya kemungkinan tidak akan bisa mendengar lagi?"

dr. Husni mengangguk. "Kemungkinan terbesarnya itu, tapi kita harus melihat perkembangan saat ayahmu sadar nanti."

Pikiran Arya berkecamuk. Bagaimana cara untuk menyampaikan hal ini kepada ibunya nanti?

***

2 bulan sudah berlalu sejak kecelakaan itu. Kini Mahardika sudah sadar penuh dan diperbolehkan pulang ke rumah, tapi tetap harus kontrol rutin ke rumah sakit tiap seminggu sekali untuk rehabilitasi.

Kondisi Mahardika yang mengalami gangguan pendengaran saat ini membuat Arya dan Ayudia harus beradaptasi dan mengeluarkan usaha lebih untuk saling memahami. 

"Arya, kamu sebagai CODA merupakan anak yang spesial. Kamu bisa jadi penghubung antara kedua orang tuamu dengan dunia luar."

Pesan yang disampaikan dr. Husni seminggu yang lalu terus berputar di benak Arya. CODA. Satu kata empat huruf yang membuat hidupnya jungkir balik sejak kecil. 

CODA atau Children of Deaf Adult. Anak dengar dari orang tua Tuli. Arya yang terlahir dari seorang ibu yang tunarungu sejak lahir, memang wajar menyandang gelar CODA. Ia ingat bahwa ketika berusia 8 tahun adalah saat ia mengerti untuk pertama kalinya bahwa keluarganya berbeda. Bahwa ibunya tak bisa mendengar dan berbicara. Selama ini ia menganggap hal tersebut normal-normal saja, terlebih karena ayahnya tak pernah mengungkit hal tersebut dan menjalani keseharian mereka dengan wajar. Ia bahkan tak pernah mempertanyakan mengapa ayahnya bisa mengobrol secara normal dengannya, sementara ibunya harus menggunakan papan tulis atau notes yang diketik di ponsel. 

CODA (Ruang Bicara) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang