Chapter Five - Antara Rumah dan Rumah Sakit

23 1 0
                                    

"Dek, coba tolong dicek itu pasien di bed 1 sudah kencing atau belum? Ditampung ya, BAK nya."

"Lapor Dok, ada pasien baru di depan. Anak perempuan berusia 5 tahun datang dengan keluhan tidak sadarkan diri setelah mengalami kecelakaan 20 menit yang lalu."

Dokter residen anak yang sedang sibuk melakukan follow-up pasien di P2 Anak langsung berhenti melakukan aktivitasnya dan berjalan menuju sumber suara saat mendengar penuturan dari perawat yang menerima telepon.

"Pasiennya masih di depan atau sudah dibawa ke P1, Mbak?" teriaknya sambil lalu.

"Sudah di P1, Dok." sahut perawat tersebut dan dibalas acungan jempol dari dokter residen itu yang langsung berlari ke arah ruang P1.

Icha menatap kepergian Kak Nia, dokter residen anak tersebut, lalu berpindah menatap bed pasien. Total ada 3 pasien anak-anak, 1 pasien bayi, dan 1 pasien neonatus. Tak hanya itu, sudah ada 1 pasien lagi yang menunggu di ruang P1. Sepertinya mereka tak akan bisa tidur malam ini.

***

"Hoaamm..."

Arya dan Icha menguap bersamaan saat berjalan menuju ke bangsal anak selesai dinas malam. Mereka benar-benar tidak tidur, barangkali hanya bisa memejamkan mata 40 menit sampai 1 jam saja saat bergantian tidur di ruang ganti lantai 3 IGD setelah sholat subuh.

Bagaimana tidak? Mereka dinas di IGD hanya berdua, dengan 1 orang dokter residen dan 1 perawat. Ada pasien yang harus dilakukan bagging semalaman karena tidak sadarkan diri dan ruangan PICU penuh, jadi pasien belum bisa dipindahkan ke ruangan. Alhasil mereka bergantian bagging--alias melakukan bantuan napas buatan dengan sungkup dan ambu bag--di P1 sampai pagi. Untungnya, setelah subuh tadi pasiennya bisa dipindahkan ke ruangan, jadi mereka bisa sedikit bersantai.

"Eh Arya, hari ini kita ya yang harus laporan jaga?" tanya Icha tiba-tiba.

Arya berhenti mendadak. "Oh, iya! Gimana nih, aku belum siap ditanya-tanya." sahutnya panik.

"Tapi, yang bakal maju nanti Kak Nia kan, ya? Bukan kita?"

"Eh, bener juga, sih. Ya udah, seenggaknya kita harus siap-siap aja ngasih jawaban kalau ditanya sama konsulen. Yok, buruan mandi!"

Mereka pun bergegas menuju ke kamar mandi yang ada di bangsal anak untuk bersiap-siap mengikuti laporan jaga.

***

Beberapa hari berikutnya, di ruangan rawat inap anak RSMH Palembang, tampak dua dokter muda yang sedang sibuk mondar-mandir dari satu ruangan ke ruangan lain.

"Eh, Cha. Pasien di HCU tadi udah dicek temp-nya?"

Arya bertanya pada Icha saat mereka sedang dinas malam hari itu. Tugas koas anak saat dinas malam di bangsal di lantai 1 adalah mengawasi dan melakukan follow-up pada pasien di ruang ranap biasa dan ruang HCU.

"Udah kok, terus ini aku baru mau cek pasien di ruang isolasi." jawab Icha.

"Oh iya, ada pasien TB di situ, ya. Aku barusan selesai periksa semua pasien di ruangan lain dan rencananya mau keluar bentar beli makan. Kamu ada mau nitip nggak, Cha?"

"Boleh. Kamu mau ke mana? CFC?" sahut Icha sambil menyiapkan obat untuk nebulisasi.

"Iya. Kamu mau beli makan di CFC juga? Atau nitip di Omi aja?" Arya meletakkan alat-alat TTV di ruang HCU dan mengambil dompetnya, bersiap untuk membeli makan.

Omi adalah salah satu minimarket yang ada di kompleks RSMH dan menjual berbagai jenis makanan ringan dan minuman. Tak jarang ada pula makanan berat seperti nasi uduk, nasi kuning, atau bihun dijual di sana.

CODA (Ruang Bicara) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang