Chapter Eleven - Aku, Kamu, Kita

15 0 0
                                    

Adakah yang lebih bahagia dari merayakan cinta? Sepertinya belum ada. Setidaknya, begitulah menurutku. 


Arya mengetik beberapa kalimat yang akan diposting di story dan feed Instagram. Beberapa minggu terakhir ini, entah mengapa ia merasa sangat bahagia. Hatinya berbunga-bunga, terutama jika mengingat satu sosok yang selalu tampak indah di matanya.

"Arya, kamu lagi ngapain?"

Icha yang muncul tiba-tiba di hadapan Arya mengagetkan pemuda itu.

"Kamu ini kebiasaan deh, Cha. Nongol tiba-tiba melulu," gerutu Arya sebal.

Icha tersenyum jahil. "Emangnya kenapa, sih? Itu kamu lagi ngetik apaan?" selidiknya.

"Bukan apa-apa. Eh, kamu udah daftar buat wisuda nanti?" tukas Arya cepat, berusaha mengalihkan perhatian Icha.

"Udah, tadi aku mampir ke TU untuk daftar. Kalau kamu?"

"Aku juga udah, kok. Berarti kita tinggal nunggu jadwal keluar, ya."

Icha mengangguk. "Iya, nggak terasa ya, ternyata udah 2 tahun aja."

Mereka pun sibuk mengenang seluruh kejadian yang mereka alami selama 2 tahun menjalani koas. Awal mula menjadi teman sekelompok, stase pertama, jaga malam pertama, kabur dari jaga pagi bersama, makan dan ngobrol bersama, menangani pasien gawat bersama, saling curhat dan mencurahkan perasaan, hingga akhirnya menyelesaikan koas bersama-sama.

Semua itu tak akan mudah untuk dilakukan jika mereka tak saling membantu dalam segala suka dan duka. Co-ass mate, atau pasangan koas, adalah kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang dan dipersatukan untuk menjalani kegiatan koas bersama-sama selama kurang lebih 2 tahun. Terkadang, mereka satu frekuensi. Tapi tak jarang mereka juga berselisih pendapat. Ada tangis dan canda tawa di setiap fasenya.

Jika ingin menuliskan kisah mereka berdua selama 2 tahun ini, sepertinya tak akan cukup buku 1 jilid, paling tidak 2 jilid. Haruskah ia menuliskannya? Arya berpikir dalam diam.

"Arya! Hooii.." panggil Icha membuyarkan lamunan pemuda itu.

"Kenapa, Cha?"

"Ngelamunin apa, sih? Kayaknya bahagia banget," sindir Icha.

Arya tergelak. "Ngelamunin kamu, Cha!" godanya.

Wajah Icha memerah. "Apaan sih, Ya. Gombal deh kamu." 

"Hahaha, wajahmu semerah kepiting rebus!"

"Huh, nyebelin." dengus Icha kesal. "Udahan ah, aku mau nanya serius, nih. Kamu nanti mau milih internship di mana, Ya?"

Arya berhenti tertawa, wajahnya berubah serius. "Hmm.. iya, ya. Bentar lagi abis yudisium dan pengambilan sumpah dokter, wisuda, terus kita mau iship, ya."

"He'eh, kamu milih wahana di mana, Ya? Tetep stay di Palembang atau mau keluar?"

"Omong-omong soal itu, aku sebenernya pengen ngomongin sesuatu sama kamu, Cha."

Nada suara Arya mendadak serius, membuat Icha mengernyitkan keningnya bingung.

"Ngomong apaan?"

"Kamu mau milih wahana iship yang sama denganku, nggak?"

"Iya, lah! Tujuan aku ke sini kan buat nanyain itu ke kamu. Biar aku bisa milih wahana yang sama juga," sahut Icha.

"Beneran?" Arya menatap Icha tak percaya.

Icha tersipu malu. "Kamu kan tahu perasaanku ke kamu, jadi yah.. nggak heran lagi, kan?"

Arya tersenyum. "Oke, kalau gitu kamu mau menjalin hubungan yang serius denganku nggak, Cha?"

CODA (Ruang Bicara) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang