Interlude /inter·lu·de/ n bagian kosong pada lagu seperti layaknya Intro tapi berada di tengah-tengah lagu. Interlude ini bagian yang menyambungkan Verse dengan Verse atau Verse dengan Chorus.
Bedanya dengan Intro Tengah adalah dari nada yang digunakan. Tidak terdapat syair dalam Interlude ini.***
3 hari setelah keramaian yang terjadi di IGD saat Ayudia dibawa ke rumah sakit karena pingsan akibat hipoglikemia. Setelah evaluasi ulang, ia dinyatakan sudah bisa rawat jalan dan pulang ke rumah.
Ayudia dan Mahardika tersenyum lega mendengar penuturan dari dr. Kuswanto, Sp.PD. Akhirnya mereka bisa pulang!
"Alhamdulillah, kita bisa pulang ke rumah lagi, Mas." Ayudia memeluk suaminya bahagia. Ia sudah bosan menginap di rumah sakit.
Mahardika balas memeluk istrinya. "Iya, Sayang. Kamu jangan stres lagi ya, makannya juga harus teratur." Ia mengingatkan kembali.
"Oh ya, Bu Ayudia. Sebentar," dr. Kuswanto memanggil Arya yang menunggu di luar ruang rawat inap untuk masuk ke dalam.
Arya melangkah masuk dengan wajah polosnya. "Ada apa ya, Dok?"
"Jadi gini," dr. Kuswanto memulai kalimatnya. "Kamu sudah tahu kan ya, kalau ibumu kemarin sempat pingsan karena faktor stres dan malnutrisi. Jadi, kamu sebagai calon dokter harus lebih perhatian lagi dengan kondisi ibumu. Jangan sampai kejadian seperti kemarin terulang lagi."
Pesan dr. Kuswanto pada Arya yang dijawab dengan anggukan pelan dari pemuda itu.
"Baik, Dok. Saya akan lebih perhatian lagi."
"Jangan lupa untuk selalu temani ibumu kontrol DM secara rutin ke rumah sakit. Dan, lebih terbukalah dengan kedua orang tuamu, terutama ayahmu. Paham, Arya?"
Kalimat terakhir dari dr. Kuswanto membuat Arya menelan ludahnya kelu. Rupanya beliau sudah mengetahui situasi yang terjadi di keluarganya.
"Siap Dok, akan saya lakukan sesuai arahan Dokter," jawab Arya pelan.
"Oke, kalau begitu pasien sudah boleh pulang setelah administrasi rawat inapnya selesai. Sehat-sehat ya, Bu, Pak." dr. Kuswanto pun pamit pada kedua orang tua Arya dan pergi keluar dari ruangan.
Sepeninggal dr. Kuswanto, perawat yang bertugas pada hari itu langsung menyiapkan kepulangan Ayudia. Mereka mencatat di buku operan jaga dan melangkah keluar ruangan untuk mengurus keperluan administrasi sebelum check-out.
Tinggallah Arya dan kedua orang tuanya di dalam ruangan. Tampak canggung, Arya menggaruk kepalanya yang tak gatal dan menggoyangkan kakinya pelan.
"Um.. Pak, Bu, karena hari ini Ibu sudah boleh pulang, jadi Arya mau ngurus berkas administrasinya dulu ya," Arya berkata kepada orang tuanya dan hendak melangkah pergi saat ia mendadak dicegah Mahardika.
"Arya." Mahardika memanggil Arya tanpa menggunakan bahasa isyarat.
Arya menghentikan langkahnya dan memutar badannya terkejut. Ayahnya bisa bicara lagi?
"Bapak.. sekarang bisa bicara lagi?" pemuda itu bertanya tak percaya akan pendengarannya.
Mahardika menggaruk tengkuknya malu. "Hm.. iya.. Walau..pun.. pelafalan.. kalimat.. Bapak tak.. selancar dulu.. tapi.. Bapak sudah.. bisa.. bicara lagi..." ia menjawab pertanyaan Arya meski dengan terpatah-patah dan sambil menggunakan bahasa isyarat.
Mungkin karena selama ini ia selalu terbiasa memakai isyarat sehingga tanpa sadar tubuhnya secara otomatis bergerak sendiri melakukannya.Mata Arya berbinar penuh haru menatap sosok ayahnya, lalu bergantian menatap ibunya. Ayudia tersenyum dan mengangguk.
Arya langsung berlari menghampiri kedua orang tuanya dan memeluk mereka dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CODA (Ruang Bicara) [COMPLETED]
General Fiction{general fiction - medical} Apa yang harus dilakukan jika kamu terlahir berbeda dari keluargamu yang lain? Arya, seorang CODA (Child of Deaf Adult) yang berusaha beradaptasi dengan berbagai polemik dalam hidupnya, terutama cita dan cintanya. Pertem...