17

946 76 15
                                    

Aku melihatmu tertawa. Aku melihatmu menangis. Aku melihatmu berteriak. Aku melihatmu marah. Aku. Melihatmu.

🐶🍑🐶🍑🐶🍑

Jason masih berada di kediaman Widjaya. Tertidur selama tiga hari membuat dirinya tidak memiliki tenaga untuk bangun. Sehingga selama masa pemulihannya, dia terpaksa mendengarkan cerita tidak masuk akal dari Batara.

Tentu Batara tidak menceritakan segalanya ke Jason. Dia hanya menceritakan garis besarnya saja. Terutama bagian Tyson dan Jeremy yang sering membuat masalah. Terkadang itu sedikit dilebihkan agar meyakinkan.

Selama mendengarkan cerita Batara, dia diam termenung saat yang dewasa menceritakan perihal kedua anaknya. Dua anak yang entah bagaimana wujudnya menarik atensi si muda. Dia melamun, tidak pernah membayangkan memiliki anak.

Batara sengaja memberi tahu Jason. Memancing omega ke dalam rencananya. Jason adalah orang yang tepat untuk menghadapi submisif menyebalkan yang mendekati Manggala hanya untuk uang atau kekuasaan.

"Kenapa anda mencerita– "

"Panggil aku Kakak. Dan jangan terlalu formal." Potong Batara cepat.

"Kenapa Kakak memberitahuku?"

"Karena kamu berhak tahu. Karena kamu berhak mengetahui posisimu."

"Posisiku?" Jason tidak yakin apa posisi itu seperti yang dia pikirkan.

"Posisi menjadi pasangan Manggala. Menurutmu, bagaimana mate yang cocok untuk seorang enigma?" Tanya Batara.

"Yang bisa memberikan keturunan." Jawab Jason ragu. Tapi bukankah itu yang dominan suka? Enigma pasti butuh keturunan bukan?

Mendengar jawaban klasik tersebut membuat Batara terkekeh menggelengkan kepala. Poinnya bukan hanya di keturunan, ada yang lebih penting.

"Mate ideal enigma adalah yang tidak mempunyai celah."

Jason menundukkan kepala, tanpa sadar jarinya bertautan bergerak gelisah. Baru saja kemarin dia merasa bahagia karena dicintai dominannya. Kenyataannya dia tidak punya posisi kuat untuk mengimbangi enigma, memaksa dia harus sadar diri.

Dia tidak pantas bersanding dengan Manggala ya?

"Mate enigma, lebih baik mulai– "

Batara menutup mulutnya ketika menyadari ada feromon beraroma lembut yang bergetar di sekitarnya. Dia melihat sumber feromon itu, Jason terlihat murung.

Batara mengingat kembali apa yang baru saja dia ucapkan. Melupakan fakta bahwa submisif memiliki sisi sensitif. Hati mereka mudah terluka karena sebuah ucapan.

"Maaf. Aku salah memilih kalimat. Biar aku memperbaiki kalimatku. Kamu boleh marah kok."

Yang muda menggelengkan kepalanya. Dia tidak punya hak untuk marah kan? Bagaimana bisa dia marah ke orang yang menjadi walinya? Apa haknya?

"Tidak. Aku mengerti. Aku cukup tahu diri karena sudah banyak dibantu. Aku tidak akan menjadi mate enigma."

"Hah?!" Batara menepuk dahinya lelah. Pasti bocah ini salah paham.

"Hei bocah. Tenang dulu. Kamu salah paham. Dengarkan aku dulu." Batara mencoba memotong ucapan Jason sebelum anak itu berpikiran semakin jauh.

". . ."

"Dengar dulu. Oke?"

Jason mengangguk mengerti. Lagi-lagi dia merasa cemas. Biasanya setiap dia mengalami cemas berlebihan, Manggala akan datang dengan feromonnya yang menenangkan. Sayang sekali, yang diharapkan tidak ada di sini.

Mix n Match! [GyuJae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang