20

524 51 21
                                    

Ratu yang bermahkota tiara turun ke medang pertempuran, tangannya menggenggam erat pedang milik Dewa

🐶🍑🐶🍑🐶🍑

Jonathan tidak memperdulikan mobil yang mengikuti mereka. Terlihat yang di belakang hanya ingin mengikuti tanpa ada maksud menyerang. Dia memilih fokus untuk menyetir tanpa merasa terganggu. Lagipula, ini hal biasa bagi mereka.

Selalu ada anjing yang mengikuti.

Banyak alasan mengapa Manggala atau Jonathan terjebak dalam situasi seperti ini.

Alasan pertama, mereka adalah anak-anak yang memiliki potensi untuk menjadi penerus bisnis keluarga. Bisnis ini mencakup banyak bidang, semua sektor negara ada dalam genggaman keluarga golongan atas.

Anak-anak penerus sering dianggap ancaman. Sebuah ancaman yang belum matang dalam kekuatan. Tidak jarang antar saudara akan diadu domba untuk saling menjatuhkan. Permainan licik dimulai ketika mereka lahir di dunia.

Kehidupan berlimpah harta yang diidamkan banyak orang, menyembunyikan sisi kejam. Hidup mereka seolah tidak pernah tenang, selalu diawasi oleh banyak mata.

Alasan kedua adalah mereka yang ingin bergabung dengan keluarga atas. Mereka terobsesi ingin menjadi pasangan para ahli penerus. Entah mereka memang mencintai atau hanya sekedar ingin memiliki status resmi sebagai pasangan.

Kegilaan ini yang sering dihadapi Manggala dan Jonathan. Tidak peduli apakah sudah punya pasangan atau tidak, mereka yang ingin status tinggi terus mendekat tanpa rasa takut.

"Kalau dari mobil mereka, kelihatannya si Arkan lagi." Ucap Manggala yang mulai mengambil posisi tidur.

"Beneran gak ada kapoknya. Orang gila." Timpal Jonathan kesal.

"Udah biarin aja. Arkan biar diurus Jason." Balas Manggala yang disertai tawanya.

"Jason kenal Arkan?"

"Gak. Lebih tepatnya belum. Tapi nanti gue yakin Jason bakal bisa ngurus mereka yang bawel." Manggala yakin omeganya akan melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya sendiri.

Aku menantikannya. Perubahan omegaku menjadi submisif tidak terkalahkan, batin Manggala yang bahagia.

"Gue tidur duluan. Ngantuk banget dah."

"Jangan sampai calon adek ipar gue hamil sebelum lu nikahin."

"Aman bro."

Mobil yang dikendarai mulai hening. Tidak ada suara, bahkan Jonathan tidak menyalakan musik untuk menemaninya. Di saat seperti ini, dia perlu fokus melihat dan mendengarkan keadaan sekitar.

Empat jam waktu yang dihabiskan di perjalanan. Jonathan keluar lebih dulu untuk meregangkan tubuhnya. Dari parkiran dia sudah dapat melihat beberapa orang keluar dari asrama. Ada yang baru mandi, lari pagi, atau berjalan ke arah dapur untuk sarapan.

"Gal bangun. Temuin pelatih sono."

Manggala membuka matanya. Dia meregangkan tubuhnya yang kaku karena hampir tidak bergerak selama perjalanan. Baru keluar mobil sudah ada yang mendekat memanggil namanya.

"Gala!"

"Gala! Akhirnya kamu dateng. Tim kita di pertandingan eksibisi kalah banyak. Karena gak ada kamu kali ya." Lanjut orang itu.

Jonathan melihat Manggala dengan tatapan yang ingin mengumpat. Dia juga jengah mendengar keluhan atau suara rengekan yang memekakkan telinga. Walau mereka sudah berpamitan untuk menghadap ke pelatih, orang itu masih saja mengikuti.

Mix n Match! [GyuJae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang