🏀 9 | Pertolongan Pertama

23 12 0
                                    

"YUIZZA tuh kayak cahaya dalam kegelapan banget bagi lo, ya? Kayaknya gue harus kasih tahu lo. Jangan suka ngurusin kepribadian orang lain. Ikut campur urusan orang lain, itu namanya bodoh. Udah ngerasa hidup lo sendiri paling bener?"

"Cowok tercinta lo itu yang bikin adiknya sendiri mati. Sampai sini ngerti?"

Raungan tangisan memenuhi satu ruangan di salah satu kamar asrama itu seiring kata-kata jahat yang terngiang-ngiang di kepala.

Flora dan Olivia saling lirik sebelum kompak menoleh ke tempat tidur Vanila. Entah sudah berapa jam gadis itu menutupi diri dengan guling hingga tangisannya membuat kedua temannya merasa bingung harus apa selain menenangkan. Tapi Vanila justru marah-marah.

Sejam lalu mereka mendapati Vanila yang entah dari mana, pulang-pulang ke asrama sudah menangis. Untung saja ruangan mereka kedap suara di lantai empat. Kalau kedengaran sampai memenuhi satu asrama bisa-bisa mereka dituduh penyebab Vanila menangis.

"Val, udah dong, Val."

"Cowok kayak gitu nggak pantes lo tangisin. Aksara, kan?"

"Semua cowok sama aja!" seru Vanila, kesal campur marah.

Flora garuk-garuk kepala. Gini nih cewek. Ntar kalo udah nemu yang tepat pasti bilangnya 'aku gak bisa hidup tanpamu'. Giliran disakitin bilang 'semua cowok sama aja'.

"Vanilaaaaa, lo dicariin Novelia tuh," info Yurra yang tiba-tiba masuk membawa kardus entah berisi apa.

Vanila perlahan bangkit sambil mengusap wajah menghapus jejak-jejak air matanya. Begitu turun, dia mendapati Novel yang berdiri membelakanginya di taman depan asrama.

"Vel?" Vanila sudah menstabilkan diri agar terlihat baik-baik saja, namun suaranya masih terdengar serak khas orang sehabis menangis.

Sejurus kemudian tubuh itu berbalik dengan wajah sembap. "Vaaaalllll!" Gadis itu menerjang sahabatnya erat sambil meraung.

Vanila tercengang. Apakah Novel juga sedang galau? Sama sepertinya? Karena suasana hati Vanila yang sedang memburuk, ditambah Novel yang juga merasakan hal yang sama, membuat gadis itu tidak bisa menahan tangisannya.

Berakhir keduanya saling mendekap sambil meraung di depan asrama hingga menarik perhatian orang-orang di sekitar.

•••

"Apa? Yuizza bentak-bentak lo?" Novel menggeleng tidak habis pikir. "Apa gue bilang? Jangan main suka aja sama orang yang nggak lo tahu sifat aslinya gimana."

"Gue gagal move on." Bahu Vanila melemas. "Setahun nge-crush-in dia nggak dapet apa-apa," keluh Vanila.

"Ya udah, lo lupain aja, Valll. Lihat, dia aja nggak ngerasa bersalah banget sama lo, kan?"

Pagi itu di kampus mereka mengadakan festival yang diisi oleh beberapa acara. Semua anak diwajibkan mengikuti. Ada yang tidak betah, pura-pura pingsan, atau modus apapun demi menghindari acara itu. Acara pertama adalah olahraga, diisi dengan pemanasan, lalu lompat jauh.

Vanila bukan cewek lemah, tapi jujur saja, kalau soal lompat-lompat bukanlah suatu yang menyenangkan baginya. Tapi teman sekelompok memaksanya untuk ikut, jadi mau tidak mau dia pasrah.

Tatapan Vanila jatuh ke depan sana, jajaran panitia festival waktu pemanasan sedang berlangsung. Fokusnya ke satu titik: Yuizza. Ya, mahasiswa itu menjadi salah satu panitia acara.

"Valll, habis ini giliran elo, loh," ucap Yurra yang hendak maju untuk melakukan lompat jauh sesuai panggilan dari dosen pembimbing acara diiringi sorakan penyemangat beberapa anak.

Hi, I Have On Crush You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang