🏀 6 | Kode Aksara

28 15 0
                                    

Hi, bonus bab dari semalam nih. Saya sempetin karena seneng aja nulis cerita yang ini walaupun agak macet mikirin lanjutannya, hehe. Kalau ada saran dan kritik bisa komen, ya! Jangan lupa share ceritanya, ya!

Happy Reading💓

.

"PERMISI Kak, m-maaf ganggu. Emm... di sini ada yang namanya Kak Yuizza?"

Akhirnya setelah terjadi keheningan beberapa detik, Vanila membuka suara dengan hati-hati. Mereka semua saling tukar tatap jahil begitu mendengar kalimatnya.

"Ehm!" Salah seorang dari mereka yang lain berpura-pura batuk. Panggil saja dia Nolan.

"Ada perlu apa lo nyariin dia?" tanya Toni, cowok yang badannya sedikit berisi yang tadi sempat menawari jalan untuk Vanila lewat, tapi gadis itu tak berniat menanggapi.

"T-temen saya... gengsi pengen minta tanda tangannya. J-jadi saya berinisiatif membantunya. Namanya Novelia." Duh, kalau Novel tahu, habislah Vanila. Tapi mau bagaimana lagi? Mana mungkin Vanila berani menyebut dirinya untuk meminta demikian, kan? Bisa jatuh sudah harga diri yang dia bangun tinggi-tinggi.

"Coba lo tebak yang mana," ucap Yuizza, membuat tatapan Vanila beralih ke arahnya. Astaga, dia bisa pingsan begitu tatapan mereka bertemu untuk ke tiga kalinya. Cowok itu kini tidak memakai kacamata hingga terlihat jelas wajahnya yang baby face, mata sipit, alis simetris sedikit tebal. Benar-benar tipe Vanila banget.

Vanila tidak mau keliatan bego di sini, maksudnya langsung tahu Yuizza yang mana, keliatan, kan, kalau dia sudah tahu tapi masih bertanya? Jadi dia menatap satu persatu dari mereka, berpura-pura seolah dia belum mengenali semuanya. Saat tatapannya jatuh pada cowok familiar yang gondrong tadi, Vanila mengepalkan tangan, lalu buru-buru mengalihkan pandang ke Nolan, lalu mendekatinya.

Laki-laki itu otomatis mengerjapkan mata, tebakan cewek ini salah. Dia tidak tahu saja kalau Vanila pura-pura menyalahkan tebakan. Vanila kini sudah berdiri setengah meter di depan Nolan.

Toni menepuk jidatnya, ingin memberitahu tapi ragu-ragu dengan Yuizza, sementara Yuizza yang melihat gadis itu menghampiri Nolan pun berdiri hendak menuruni tangga. Di langkah ke empat, panggilan Vanila menghentikan langkahnya.

"Kak Yuizza!"

Toni, Nolan, dan Nata membulatkan mulut tidak menyangka tebakan Vanila akhirnya benar dan terbukti karena Yuizza tiba-tiba menghentikan langkah saat dipanggil.

Kini Vanila berjalan ke arah Yuizza, berdiri tepat setengah meter di depannya. Tingginya hanya sepundak cowok itu. Sungguh, dari jarak sedekat ini Vanila langsung bisa mengenali parfum yang sama aromanya seperti saat cowok ini pernah melewatinya di aula waktu seminar setahun yang lalu.

"S-saya langsung tahu karena k-kakak menghentikan langkah. Bener, kan?"

Yuizza tersenyum sedikit. "Bagus."

Vanila menyerahkan buku dan bolpoin yang sedari tadi dibawanya ke Yuizza ragu-ragu. Melihat gelagak ragu-ragu itu, Yuizza pun peka langsung menerimanya. Vanila menggigit bibir bawahnya dan menarik ujung kaosnya guna menghilangkan rasa gugup seiring Yuizza menorehkan tinta di bukunya.

"Eh, Dek, nggak minta TTD gue juga, nih?" tanya Toni jahil.

"Iya, ih, temen lo curang, pilih-pilih," tambah Nolan.

Vanila hanya menyengir lucu menanggapi mereka. Di detik berikutnya, Yuizza menyerahkan bukunya setelah selesai menorehkan tinta. Kurva di bibir Vanila otomatis terbit begitu memandang tanda tangan cowok itu. Simpel dan mudah ditiru.

Hi, I Have On Crush You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang