CH 9 - HAL YANG DIKHAWATIRKAN

53 5 0
                                    

Kerusuhan di kantin sudah terselesaikan. Semua anggota kembali ke kamar masing-masing, sedangkan Gyuvin mengikuti pamannya ke kantornya.

"Paman, tidak bisakah aku saja yang pergi ke bagian penahanan menggantikan Liuxin?" Gyuvin melemaskan otot pundaknya, membiarkan kedua lengannya itu melambai-lambai tanpa tenaga. "Aku tidak apa di penjara selama setengah tahun. Kurung saja aku, aku mohon."

"Ugh, bodoh. Bagaimana bisa kau berakhir dalam situasi ini pada hari pertama pelatihan?" Paman Song Kang mencubit pipi kiri Gyuvin dengan gemas.

"Aku tau.. aku tau.."

Tiba-tiba pintu kantor terbuka dan seorang pria berjas muncul.

"Apa kau sibuk, instruktur?" Pria dewasa itu melangkah masuk. "Apakah kau keberatan jika ku ganggu?"

Ah, itu Rudolf Gentil. Setahu Gyuvin adalah atasan langsung pamannya. Lantas, tangan yang berada di pipinya segera dilepaskan. Cukup meninggalkan sedikit sakit disana.

"Kau tidak mengganggu. Kami sudah selesai berbicara." Paman Song Kang tersenyum ramah.

"Oh baguslah. Pria muda ini adalah keponakanmu, bukan?" Tanya Rudolf.

"Ya, itu benar."

"Berarti dia adalah saudara kembarnya Kim Minhee?"

Huft... Mereka berbicara seolah aku tidak ada disini.

"Ya, Kim Minhee adalah anak pertama dan dia anak bungsu." Jelas paman Song Kang.

"Aku mengerti."

Sepertinya Minhee benar-benar sangat populer. Sudah lama sejak seseorang menatap Gyuvin dengan begitu tajam.

"Jika kau berada disini, lalu apa yang dilakukan oleh saudaramu?" Rudolf melemparkan pertanyaan yang ambigu.

Apa dia bertanya padaku?

"Minhee baik-baik saja tanpaku." Jawab Gyuvin polos.

"Mereka kembar tapi mereka bisa dipisahkan. Jadi, walaupun mereka jauh di mata, mereka akan selalu dekat di hati." Paman Song Kang berbicara dengan suara yang lembut.

"Ah, ya. Benar sekali."

"Gyuvin, kau boleh pergi sekarang." Paman memberikan gestur mengusir.

Dengan sopan Gyuvin pamit dan keluar dari kantor pamannya. Ia berdiri cukup lama di depan pintu dengan desahan yang panjang.

"Sepertinya pelatihan sudah dimulai." Gyuvin memejamkan mata. "Aku tidak mau kembali."

Aku yakin gosip tentang aku yang memiliki senjata sudah menyebar. Sepertinya instruktur khusus senjata akan memberikanku hukuman.

"Dia mungkin akan memukulku dengan pistol." Keluh Gyuvin.

Kakinya melangkah dengan malas saat melewati koridor. Mendadak teringat dengan kantor administrasi. Alangkah baiknya jika ia bisa melihat wajah Anton.

"Aku tidak akan memiliki apa-apa untuk dikatakan. Bahkan jika aku muncul tanpa alasan sekalipun." Gumamnya. Kepala menengadah ke atas untuk tatap langit-langit koridor.

Aku akan sangat senang sekali jika aku bisa bertemu dengannya ketika dalam perjalanan kesana.

Sengaja Gyuvin ambil langkah yang lama. Satu langkah untuk setiap tiga detik. Berharap secara tidak sengaja akan bertemu dengan Anton.

"Eh? Kevin?"

Suara itu.. mata Gyuvin seketika berbinar cerah. Segera saja memutar tubuhnya dan menatap pria yang lebih muda darinya tersebut.

PASSION - CANON RICKGYUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang