"Ini bermula dari kesombonganmu." LoopBot baru mau buka mulut, setelah aku menempelkan power sphera bundar itu ke tembok dengan lakban, dan mengancam akan mengeluarkan baut-baut karatannya dari tubuh logamnya. "Di timeline lain, kamu juga diperintahkan untuk membasmi Nebula."
"Apa jawabanku?" Tanyaku.
"Kamu menjawab persis sama seperti sekarang. Kamu bilang, kamu bisa melawan Nebula sendiri, tanpa bantuan. Meskipun Komander Kokoci juga menawarkan Kapten Kaizo untuk ikut, kamu menolak." Kata LoopBot. "Di timeline itu, kamu berangkat dengan pongah, mewajahi Nebula, melukainya barang sedikit, tapi berakhir kalah. Kamu dikejar Nebula sampai jarak ratusan mil, dan salah satu mesin jet pesawat luar angkasamu mati karena bahan bakarnya menipis. Nebula juga setia membuntuti, dia menorehkan semburan gas, dan pesawatmu sempurna kehilangan daya dorong. Karena tidak ada jet, dan kebakaran kosmik menggerogoti kokpit, kamu mendarat di eksoplanet terdekat. Rimbara. Kamu tertimpa malapetaka."
"Planet hutan itu?" Aku merenung sebentar. Jadi, aku ditakdirkan mengalami kecelakaan pesawat? Jika LoopBot tidak ikut, aku akan jatuh di Rimbara?
"Sayangnya pendaratanmu di Rimbara enggak mulus. Jangkar pesawatmu putus, dan sayap kanan jetnya keburu terbakar karena lapisan panasnya thermosphere Rimbara. Pesawatnya terseret ke padang rumput, menuju hutan, hingga belasan kilo ke rumah penduduk Rimbara." Ujar Rimbara. Sambil didongengkan, aku berusaha membayangkan. Mengejutkan, aku turis tak diundang di sana? Tampaknya aku merusak ekosistem Rimbara terlalu parah. Apa aku akan dimarahi oleh alien-alien di sana?
"Aku tidak tahu rincinya apa saja yang terjadi di sana. Karena aku bukan saksi mata. Tapi katanya, kamu disuruh membersihkan lahan bekas kecelakaan pesawatmu oleh si Boboiboy itu. Hanya saja, Boboiboy masih lupa ingatan, dan dia mengaku-aku bernama Arumugam."
"Boboiboy tidak melawan Nebula?" Tanyaku.
"Boboiboy tidak melawan Nebula, dan tidak buta." LoopBot menerangkan. "Karena Nebula terlemahkan oleh perlawananmu. Biar pun kamu kalah, kamu tetap menorehkan luka serius pada Nebula, sehingga makhluk gas itu kembali ke kawasan H-II untuk menyerap azoth lebih banyak, dan tak lekas menginvasi Rimbara. Seperti kataku waktu itu, apabila kamu memutuskan melanjutkan misi—dan melawan egomu, membiarkan dirimu kalah—maka kamu akan menyelamatkan Boboiboy dari pertemuannya dengan Nebula."
"Aku tahu." Aku tidak bisa berargumen. Tapi jika aku tahu dari dulu, ketika kekalahanku bisa mencegah kebutaan seseorang, tentu saja aku akan memilih kalah. Masalahnya, aku baru paham konsekuensi meninggalkan misi Komander Kokoci belum lama ini.
LoopBot berhenti sebentar, dan berusaha mengingat, "Entahlah apa saja kelakuanmu di Rimbara. Aku hanya tahu, kamu pulang ke markas evakuasi TAPOPS dengan terburu-buru. Kamu langsung mengadu kamu dikawinin Boboiboy."
Aku menahan kalimatku di ujung lidah, dan menelannya lagi, "oh benarkah? Dia memang manis. Tapi aku tak berpikir aku mau menikahi orang sebelum mantanku berjumlah genap lima puluh. Supaya aku bisa bilang begini pada anakku kelak, 'Nak, dulu ibu punya lima puluh mantan, jadi jangan tengil, ibu lebih pro dari kamu. Dan bapak kamu itu yang nomor lima puluhnya.', tapi sayang sekali ya, padahal mantanku baru empat puluh tiga."
Jadi, si Halilintar itu enggak bohong? Di timeline lain, aku ...
"Lepaskan aku dulu, baru aku melanjutkan cerita." Sekarang LoopBot banyak mau.
Terpaksa, aku menyobek selotip yang terbentang dari jidatnya ke tembok di belakangnya. "Sudah, LoopBot. Dan aku mau tanya, kenapa kamu bilang begitu pada Petir?"
LoopBot pergi mengistirahatkan diri di sofa lab mesin. Itu sofa favoritnya, dan ia segera berkata, "Boboiboy datang padaku. Dia curhat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy x Reader | Alternate Route of Supehero
Fiksi PenggemarAku terjebak dalam putaran waktu melawan Nebula. Aku mengulagi dan mengulangi. Tapi aku tidak kunjung menang. Di pengulangan waktu yang ke seratus tujuh kali, Loopbot menyarankan aku untuk berhenti, dan mencoba strategi lain; mundur sejenak. Aku men...