- 15

601 105 48
                                    

"Loh, loh, loh," aku memincingkan mata, "apa aku tidak salah lihat?"

Ini area helipad. Bau avtur menguar di udara. Aspal melapisi bagian rooftop dari stasiun evakuasi TAPOPS yang mengambang di dekat panet dengan hujan besi cair abadi. Aku disuruh kemari untuk mengecek kesiapan tentara galaktik—korps kesatuan tentara sukarela, tentara rekrutan mentah dari penjuru alam semesta, yang sejujurnya diketuai oleh Papi, tapi karena Papi lebih mementingkan ekspedisinya ke kawasan H-II, pemeriksaan kesiapan tentara galaktik gelombang dua jadinya dilimpahkan padaku.

Aku menunjuk pada batang hidung badut lucu itu, "Jokertu."

Jokertu menyengir, "Laksamana. Alam semesta bisa hancur. Tenaga dibutuhkan sebanyak-banyaknya."

Dengan alasan itu, Jokertu, mantan penjahat di lapas TAPOPS, diizinkan untuk bergabung.

Aku mengangkat bahu, "terserah. Selama kamu tak mengacau."

Aku baru tahu Papi juga merekrut penjahat. Bukan ide yang buruk. Selama mereka menurut, dan tidak mengacau, tenaga mereka tentu saja akan berguna untuk menghalau Nebula. Apa ada penjahat lain?

Aku berdiri di altar, pijakan yang lebih tinggi dari aspal. Mataku mencari ke arah barisan prajurit-prajurit alien di depan sana. Jokertu berdiri paling depan, lumayan mudah untuk mengenalinya sebagai salah satu terdakwa kejahatan. Dan pandanganku berhenti pada penambang dengan pakaian lusuh. Baju kodoknya belepotan tanah, ia juga mengenakan helm proyek warna kuning.

"Hey." Kataku. "Kamu anak buahnya Retak'ka?"

Si penambang menggertakkan gigi, "Tidak sopan berkata begitu. Aku cuma penambang batu zambrut yang tak sengaja membebaskan Retak'ka dari kungkungan penjaranya Hang Kasa. Aku salah apa, coba?"

Aku tak begitu mengerti apa maksudnya. Kukira ia berkomplot dengan Retak'ka. Apa benar begitu, ya?

"Tapi kamu mengeksplotasi planet Gugura. Kamu penambang ilegal." Aku mengingatkan, sambil turun dari altar.

"Empat puluh empat ..." Shielda datang ke dekatku sembari memandangi kesepuluh jarinya.

"Apanya?" Tanyaku. Shielda baru saja berkeliling ke barisan-barisan tentara galaktik. Mereka direncanakan akan dikirim ke area H-II, memantau kawasan warna-warni itu, melaporkan tiap fenomena ledakan supernova atau hipernova, berjaga apabila Nebula lahir lagi dan menggandakan diri. Makanya aku perlu mengedukasi bagaimana caranya memfungsikan alutsista; meriam pada pesawat luar angkasa TAPOPS lumayan ribet kontrol panelnya, karena pengaturannya masih manual.

"Hanya ada empat puluh empat orang." Shielda tertegun. "Aku akan coba hitung lagi."

Shielda menbatalkan niatnya untuk berdiri di sebelahku. Shielda kembali menghitung orang-orang militer ini dengan berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.

Perempuan bertudung hijau itu berkeliling lagi, mengulangi perhitungannya dari awal.

"Salah satu dari kalian hilang." Putus Shielda. Suaranya tegas. Shielda menelisik tablet digitalnya, ia menggeser layarnya sembari pergi ke dekatku. Shielda kemudian bergumam, mempetimbangkan segalanya sendirian.

Sejurus kemudian, Shieda menepuk pundakku.

"Laksamana." Katanya. "Satu orang hilang. Dan TAPOPS barusan menginformasikan adanya pencurian. Alarm lobi utama berbunyi."

Shielda memperlihatkan padaku layar tabletnya. Benda pipih itu menghasilkan hologram warna biru. Hologramnya menunjukkan rekaman CCTV di lorong menuju basement, terowongan satu-satunya untuk mengakses lobi tanpa melewati sensor keamanan manapun. Seseorang berlarian di sana, sambil memeluk power sphera mirip tomat setengah matang.

Boboiboy x Reader | Alternate Route of SupeheroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang