- 09

571 108 18
                                    

"Aku sudah menemukan koordinatnya." Aku mendeklarasikan. "Letaknya berada tak jauh dari OGLE-TR-506, planet yang seringkali hujan."

"Aku suka hujan." Kata Ice.

"Apa yang kamu pikirkan soal hujan?" Tanyaku balik.

Ice mengangkat bahunya sejenak, "air."

"Kupikir hanya bumi dan Rimbara yang benar-benar menurunkan hujan air." Aku terkekeh.

"Apa maksudmu?" Ice bertanya.

Aku menatap monitor di kokpit pesawat terbang ini. Aku menjumpai sinyal dari Voyager milik TAPOPS; satelit pengelana itu berada di dekat eksoplanet OGLE-TR-506. Sebuah raksasa gas yang mengorbit pada bintang tipe F. Kalau dilihat secara kasat mata, planet itu berwujud seperti permen gula warna kuning feses. Permukaannya landai dan tampak baik-baik saja selayaknya planet ekstrasurya pada umumnya.

"Venus memiliki hujan asam sulfat, Ice, bukan air. Titan menghasilkan hujan metana. Neptunus punya hujan berlian. Planet HD 189733b terkenal akan hujan kaca. Sedangkan OGLE-TR-56B ... diselimuti hujan besi cair." Aku menjelaskan lamat-lamat.

"Kamu tahu cukup banyak." Ice berkata. Aku tak tahu apakah itu pujian atau bukan. Ice minim eskpresi. Dan dia kebanyakan menunduk. Tudung dari mantel sherpanya melindungi kepalanya, dan ketika wajahnya menekuk, aku jadi kesulitan membaca ekspresinya.

Aku mendongak ke kaca pada ruang kendali. Seperti bayanganku, angkasa raya terlihat lebih redup—tapi masih berwarna. Kumpulan gas dan bekas-bekas reaksi fusi nuklir melahirkan pemandangan whitehole berpusar-pusar di antara ribuan katai putih. Entah supernova macam apa yang melatarbelakangi penginderaan ini.

"Kenapa kamu memutuskan untuk ikut." Aku menyakukan tangan di saku celana. Aku membelakangi Ice. Daguku masih membusung, sebab aku terlalu terpana akan bentang alam semesta di wilayah Omniverse bagian luar. "Aku sudah bilang, ketika aku merampungkan mesin kriogenik untuk Mechabot, aku mampu mengatasi Nebula. Aku tetap akan melatihmu, ketika bencana raya telah usai."

"Aku tidak tahu. Aku kepengen ikut. Cuma itu." Ice menjawab kukuh. "Dan aku mau menolong melawan Nebula."

Jawaban terakhirnya nyaris menjadikan aku tersedak ludah sendiri. Aku telah melihat seperti apa dia bertahan hidup mengandalkan tongkat kayunya. Arumugam tinggal di rumah pohon. Pohon penopangnya mirip komposisi biologi dari pinus strobus—orang Inggris sih lebih suka menyebutnya tusam Weymouth. Alarm tubuhnya selalu membangunkannya pada waktu dini hari. Ia meraih tongkatnya yang diletakannya di sisi ranjang, ia meraba lantai dan pergi mandi di sungai—ia bahkan kesulitan saat hendak melepas pakaiannya, sebab ia tidak tahu dimana persisnya kancing-kancing bajunya dijahit. Makanya ia mandi agak lama, di daerah turbin air pada anak sungai di sisi bawah area pengairan lembah. Dan sesudahnya, ia mendaki ke bukit, tepatnya kembali ke rumah pohonnya, dengan sandal basah. Jalanan terjal mengakibatkan ia terpleset lebih dari lima kali. Arumugam punya hari-hari sial. Well, semua makhluk hidup mutlak memiliki hari sialnya, meskipun hari itu tak tercatat di kalender mana pun. Aku cukup yakin di hari sialnya, Arumugam akan tersandung batu dan jatuh ke semak dan pantatnya bakal tertusuk duri tanaman pansy.

Aku juga meninjau bagaimana caranya naik tangga. Ia hampir tergelincir karena salah menapaki kaki di sembarang pijakan. Orang itu berkali-kali lolos dari celaka, dan tetap hidup, karena keberuntungan semata. Ia bahkan berubah menjadi Blaze dan memantik api untuk memasak, tapi ia menyembur api ke area pinggir tungku. I mean, aku menyaksikan bagaimana Blaze membakar dapurnya sendiri, dan berubah ke wujud Ice—kemudian Ice memadamkan wajan beserta perabot-perabot lainnya dengan satu jentikan jari. Mudah memang. Tapi kekacauannya dibereskan oleh elemen bernama Gempa. Kuakui, Gempa cukup bertanggung-jawab, tapi dia tidak memiliki pengelihatannya. Gempa merangkak untuk mencari sudip yang dijatuhkannya selama bermenit-menit lamanya, padahal sudipnya terganjal di salah satu mulut kendi. Jika aku tak muncul dari persembunyianku dan beralasan kebetulan menumpang lewat, dan menginformasikan bahwasanya sudipnya menyangkut di kendi air, Gempa mustahil menjumpai barang cariannya sampai malam.

Boboiboy x Reader | Alternate Route of SupeheroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang