"Vesha!!!"
Seruan dari belakang membuat Gavesha menghentikan langkahnya dan menoleh melihat Anin, temannya yang tengah berlari di ujung koridor.
"Anjir capek banget gue." keluh Anin.
"Ngapain lo lari-lari kayak di kejar anjing." ucap Gavesha.
"Gue ngejar lo pea!"
"Ngapain lo kejar?"
Anin menyibakkan rambutnya merasa gerah akan keringat yang membasahi lehernya.
"Lagian sih, lo di panggil gak dengar-dengar."
"Ya maaf. Mana gue tau kalo lo ngejar." ujar Gavesha santai.
Kedua gadis itu berjalan menuju kelas. Anin tidak hentinya menggerutu karena rambutnya sedikit lepek terkena keringat.
"Sumpah ya gue kesel banget. Masih pagi udah apes aja ni hidup."
"Kenapa lagi sih, Nin?
"Ban mobil gue bocor di jalan. Terus macbook gue ketinggalan. Dan sekarang rambut gue lepek." cerocos Anin tanpa henti.
Anin masih terus menggerutu di sepanjang jalan. Ia bahkan tidak memedulikan sekitarnya yang memandang aneh ke arahnya.
"Udah Nin, udah. Gak malu apa di liatin orang-orang." tegur Gavesha merasa risih dengan tatapan orang.
"Heh lo, apa liat-liat." tunjuk Anin pada Ghani.
"Apa lo, pagi-pagi udah gila." ejek Ghani.
Tidak terima akan ejekan Ghani, Anin melepaskan satu sepatunya dan melemparkannya ke arah Ghani.
"Mampus." ucap Anin di iringi tawa puas ketika sepatunya mendarat tepat di atas kepala Ghani.
"Anjing!" umpat Ghani.
Ghani mengambil sepatu Anin dan membuangnya ke tempat sampah yang kebetulan berada di dekatnya.
"Ghani anjing!!! Kenapa lo buang sepatu baru gue ke tong sampah sialan."
Anin berlari cepat mendekati sepatunya yang sudah tergeletak di dalam tong sampah bersama dengan sampah-sampah lainnya.
Gadis itu menatap nanar sepatu barunya yang baru hari ini ia pakai. Anin berkaca pinggang menatap Ghani dengan nyalang.
"YAK GAESEKIA! SIPHAL SEKIA!" teriak Anin marah.
Dengan langkah cepat Anin mengejar Ghani yang sudah terlebih dahulu lari terbirit-birit.
"Sini lo Ghani." Suara teriakan membahana Anin memenuhi indra pendengaran orang-orang yang tengah berada di koridor yang sama.
"Gak mau wlekk. Sini tangkap gue kalo bisa."
Anin yang sudah kepalang kesal pun menambahkan kecepatan larinya. Dua anak manusia yang berbeda jenis kelamin itu terus berlari. Anin si pengejar dan Ghani tersangka yang di kejar.
"GHANI ANJING. MATI LO, MATI."
"Jangan marah-marah mulu, cepat tua tau rasa lo." ucap Ghani. Pemuda itu terus berlari menghindari Anin yang masih mengejarnya.
"Bodo amat sialan. Berhenti lo!"
Gavesha menghela nafas lelah akan tingkah sahabatnya. Pagi-pagi sudah di suguhi pemandangan yang memusingkan.
*****
Gavesha sedang menikmati semangkuk mie ayam di kantin fakultasnya di temani segelas es teh.
Ia begitu menikmati mie ayam tanpa memedulikan sekitarnya yang ramai dan riuh.
"Sendiri aja Sha?" tanya Saka yang entah datang dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisa Waktu
RandomCerita tentang seorang anak yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya. Menyembunyikan pahitnya kehidupan, dan selalu berusaha terlihat baik-baik saja. Padahal, ia sedang menopang semua beban hidupnya sendirian. Membohongi orang-orang di sekitarnya de...