Hari ini Gavesha memiliki jadwal kontrol dengan dokter Irfan. Dan sialnya ia malah bangun kesiangan.
Gavesha baru membuka matanya ketika jam menunjukkan pukul sembilan, sedangkan dokter Irfan menjadwalkan jam kontrolnya itu pukul sepuluh. Itu artinya ia hanya memiliki waktu satu jam untuk bersiap-siap.
"Ini gara-gara Arjuna sih. Gabutnya gak lihat waktu." ucap Gavesha menggerutu.
Orang gila mana yang mengajaknya keliling Jakarta di tengah malam. Memang ya, Arjuna itu titisan manusia gabut yang tidak tahu waktu.
Gadis itu tidak mandi sebab jika ia mandi akan menghabiskan banyak waktu, ia hanya mencuci muka dan menggosok giginya.
"Ah mana ini waktunya mepet banget. Kalo telat bisa-bisa di omelin dokter Irfan."
"Oke Vesha, tenang. Lo cuma harus pake bedak sama lip tin terus ganti baju, beres deh."
Gavesha mengambil asal baju di dalam lemarinya. Kemeja putih dan rok jeans di bawah lutut.
Dengan cepat Gavesha memakai pakaiannya. Kemudian ia memoleskan sedikit bedak tabur di wajahnya tidak lupa ia juga memoleskan lip tin untuk menyamarkan bibir pucatnya.
Gavesha menyambar Sling bag nya. Ia keluar dari kamar tak lupa mengunci kamarnya.
Matanya melirik arlojinya yang menunjukkan pukul sembilan lewat empat puluh menit. Tersisia dua puluh menit untuk Gavesha.
Gadis itu menuruni tangga dengan langkah buru-buru, terkesan sedikit berlari. Sepertinya kedua orang tuanya sudah berangkat kerja, mbak Tika juga tidak terlihat. Rafka? Ah sepertinya adiknya sedang beristirahat di kamarnya. Gavesha keluar dari rumah dan memasuki mobilnya.
Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tapi di pertengahan jalan ia malah terjebak macet. "Ah sial. Kalo gini mah udah di pastiin gue bakal telat."
"Pak ini kenapa macet ya?" tanya Gavesha pada seorang pengedar lainnya.
"Dengar-dengar sih di depan ada kecelakaan neng."
"Gitu ya pak. Makasih ya."
Gavesha kembali melihat ke depan. Macetnya lumayan panjang, pasti akan membutuhkan waktu yang lama.
Mau gimana lagi Gavesha tidak bisa kemana-mana. Jarak rumah sakit tidak terlalu jauh lagi, hanya saja tidak mungkin ia berjalan kaki.
Tiga puluh menit Gavesha terjebak di kemacetan. Ia tiba di rumah sakit tepat di jam sepuluh lewat dua puluh menit. Artinya ia terlambat selama dua puluh menit.
Setelah memarkirkan mobilnya, Gavesha keluar dan berlari menuju ruangan dokter Irfan.
Semoga dokter Irfan tidak marah. Batinnya berharap.
Tok Tok Tok.
Gavesha mengetuk pintu kayu di depannya.
"Masuk." ucap dokter Irfan dari dalam.
Gavesha mendorong pintu kayu itu hingga terbuka. Gadis itu menunduk takut. "Maaf saya terlambat. Tadi ada kecelakaan yang menyebabkan jalanan macet."
Dokter Irfan hanya memberikan lirikan singkat. Hal itu semakin membuat Gavesha ketar ketir, takut terkena amukan dokter muda itu.
"Duduk." titah dokter Irfan.
Gavesha menurut. Ia duduk tepat di hadapan dokter Irfan, hanya ada meja yang membatasi mereka.
"Kenapa nunduk? Wajah saya ada di bawah, benar begitu Gavesha?" tanya dokter Irfan.
Gavesha mengangkat pandangannya, "Ah enggak kok Dok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisa Waktu
RandomCerita tentang seorang anak yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya. Menyembunyikan pahitnya kehidupan, dan selalu berusaha terlihat baik-baik saja. Padahal, ia sedang menopang semua beban hidupnya sendirian. Membohongi orang-orang di sekitarnya de...