Rissa turun dari motornya, dan berjalan menjauhi parkiran, tanpa sengaja ekor matanya menangkap siluet wanita dengan pakaian gurunya. Ya itu adalah Keyla, sang guru 'pujaan hati'. Entah masih ataukah tidak dirinya berjuang, tapi dirinya tetap percaya.
Langkahnya mendekati Keyla, dan menyapa sang guru itu. "Selamat pagi, Bu Keyla."
Keyla terkejut dan berdeham. "Pagi."
Buset, singkat banget, pikir Rissa. Dia jadi canggung karena chat kemarin terlintas dipikirannya.
Kembali mulai membuka topik saat mereka berjalan. "Bu.. kalau nanti bisa pulang bareng saya?"
"Tidak bisa. Saya ada janji, kalau begitu saya masuk dulu, nak Rissa." Keyla langsung masuk ke ruang guru, karena memang mereka sudah di depannya. Hanya membuat Rissa pasrah dan menghela napas.
Terlebih mendengar Keyla yang semakin dingin dan formal. Apa tadi? 'Nak Rissa'? Rissa hanya dapat mencibir dalam hatinya, dan menatap pintu itu dengan sedih.
Tapi saat merenungi nasib, bahu nya ditepuk pelan dari belakang membuat nya tersadar dan menoleh.
"Eh.. bu Ani."
Guru itu yang kemarin mendatangi dirinya saat ia mencari Keyla saat sepulang sekolah. Senyum tipis terpancar dari bibir tipis dari guru itu. Bagaimana ya mendeskripsikan nya? Guru itu cantik dan ramah, tapi masih cantikkan Keyla kalau kata Rissa.
Mata yang berwarna Emerald, dengan rambut dikuncir kuda dan kacamata, ada tahu lalat di sisi bibirnya sebelah kanan.
"Rissa, kamu gak papa?" Tanya Ani, dengan tangan kirinya yang mengelus rambut Rissa dengan lembut, membuat Rissa meringis kecil dan tersenyum ramah.
"Gak papa Bu, say.. saya ke kelas dulu ya Bu."
"Masih jam segini, setelah kamu taruh tas bisa temui saya di taman belakang?"
Rissa merasa heran dan bertanya-tanya mengapa guru di depannya ini mencurigakan, tapi dirinya hanya dapat mengangguk.
"I.. iya Bu. Saya ke kelas ya Bu."
Ani tersenyum dan berkata, "jangan lama-lama, nanti saya nungguin kamu loh."
_-_-_-_
Rissa dan Ani duduk bersebelahan. Tapi dengan tiba-tiba Ani mendekat kan wajahnya ke telinga Rissa. Membuat Rissa merinding dan ingin mundur.
"Saya mau kerja sama dengan kamu, Sa."
Bisikan itu membuat Rissa meremang, sekaligus penasaran. Wajahnya menoleh ke sang guru, membuat wajah mereka berdekatan, sangat dekat, kalau salah lihat bisa-bisa salah paham.
"Saya bakal bantu kamu deket sama Keyla." Gumam Ani dengan senyuman miring.
Brugh!
Seperti buku yang terjatuh, membuat atensi Rissa dan Ani buyar, dan menatap pelaku. Rissa membelalakkan matanya. Keyla.. melihat mereka dengan kondisi yang ambigu. Jangan salah paham, please, pikir Rissa.
"Ah.. maaf. Maaf saya mengganggu kalian."
Keyla buru-buru membereskan buku yang jatuh, dan berlalu dari sana, dengan wajah yang tidak bisa diartikan. Rissa dengan pelan dan masih penuh hormat ada Ani, mendorong nya menjauh.
"Bu.. apa mak-"
Dia panik. Takut Keyla berpikiran negatif tentangnya. Takut dikira brengsek, atau playgirl. Padahal hatinya hanya pada Keyla seorang.
Ani hanya tersenyum miring, "sekarang situasinya sedang berpihak padamu, Sa. Itu langkah pertama dari cara saya."
_-_-_-_
"Langkah kedua adalah kamu pura-pura peduli pada Keyla dan tak merasa apapun karena tadi."
Jadilah dirinya mengikuti cara Ani. Walau tidak tahu, apakah ini akan berhasil atau tidak. Di hari berikutnya, ia membawa paperbag botol air mineral dan bekal makanan, untuk Keyla tentunya.
Matanya menelisik setiap tempat yang sering dikunjungi Keyla di sekolah. Tapi dirinya tak menemukan sosok itu. Mungkin masih di dalam ruang guru. Ada note yang ditempel di paperbag itu.
"Semoga, Bu Keyla suka," gumamnya. Perlahan memasuki ruang guru, tapi Keyla tak ada di sana. Guru-guru juga sepertinya tidak ada, mungkin sedang ada meeting. Paperbag itu diletakkan di atas meja Keyla.
Berharap pada kemungkinan yang ada.
_-_-_-_
"Gagal."
Suara Ani memenuhi kepalanya. Dan membuatnya bersandar lesu di sofa. Ani dengan asik meminum jus, dan menatap televisi.
"Dia buang ketempat sampah, takut diracunin. Apalagi liat kata-kata alay. Padahal udah saya yakinin."
Rissa semakin melebur. Rasanya ingin meledakkan diri saja, agar eksistensi nya tak ada di bumi.
"Terus apalagi? Saya gak tau harus apa, Kak Ani~" Rengeknya.
Ani mengucek jusnya menggunakan sedotan, dan masih menatap televisi. Pikirannya masih berkelana.
"Kasih perhatian aja terus."
Itu sama sekali tidak membantu, Rissa menutup wajahnya dengan bantal.
"Ini udah hari keberapa, kak Ani! Saya udah lakuin itu dan ini dari awal Bu Key masuk ke sekolah!"
Dirinya merengut dan memakan cookies yang dibawa Ani.
"Mau apa lagi? Kamu udah lakuin itu dua Minggu, udah kek gak ada harganya." Ani menghela napas dan kembali melanjutkan perkataannya, "temen saya itu emang susah dimengerti."
Rissa mengangguk. Tapi dirinya menegakkan tubuh nya lalu menatap Ani.
"Kak. Kak Ani bantuin saya, kenapa? Kenapa mau bantuin saya deketin bu Key? Kak Ani gak jijik dengan hal begini? Atau aneh gitu?"
Ani terkekeh pelan dan menatap Rissa dengan serius. "Rissa, saya sama Keyla itu udah lama kenal, bahkan dari SMA. Cuman dia selalu gak mau mengekspresikan perasaan nya tentang cinta. Apalagi waktu dulu, dia selalu nolak cowok yang nembak dia, sampai sekarang. Juga dia selalu curhat tentang cewek."
Ani menatap lurus ke mata Rissa. "Dan saya pikir kamu orang yang tepat untuk dia. Karena dia udah disakitin dua cewek berbeda, jadi memang sulit membuatnya percaya lagi."
"Ah. Jadi saya bukan yang pertama?"
"Emang ini bukan pertama kalinya kamu suka orang?"
Rissa terkekeh, "ini kedua kalinya sama cewek."
Ani tersenyum dan mengangguk pelan, "karena itu, saya mau sahabat saya bersama orang yang tepat."
"Kenapa kak Ani se-percaya itu sama saya?"
"Karena kamu.. patut dipercaya."
Mereka terkekeh bersama. Dan setidaknya Rissa tahu, bahwa Keyla sama dengannya. Mereka kembali terdiam. Sama sama dalam pikirannya masing-masing.
"Semoga Rissa, benar-benar menjadi yang terbaik bagi kamu, Key. Gak kayak kamu sama aku." Batin Ani sembari melamun menatap televisi.
"Kenapa aku mau terus berharap, kalau aku dan kamu bisa menjadi kita, Bu Key?" Batin Rissa yang memeluk lututnya.
Mata mereka terpaku pada televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Teacher
Teen Fiction"Bu.. kita gak bisa kenal lebih dekat?" "Kenapa kamu ingin mendekati saya?" Clarissa Davina Septiandra, jatuh cinta pada gurunya sendiri, Keyla Jiandara. Guru baru yang dingin dan killer di sekolahnya, mampu membuat jantung nya berdetak kencang. Apa...