Malam itu Rissa ingin rasanya menghampiri Keyla ke rumah itu. Tapi apa wanita itu ada di sana? Bisa saja sedang berada di rumah orang tuanya. Uring-uringan setelah kemarin Ani tetap memberinya saran untuk memberikan perhatian lebih pada Keyla. Tapi terlihat sia-sia.
Bahkan setiap pesan hanya dibalas, 'Kalau bukan urusan murid dan guru. Sepertinya tak usah, Rissa.'
Uh.. sakit hati hayati ini. Tapi tentu beberapa waktu ini, dirinya selalu janggal, gurunya itu terlihat gelisah. Membuat dirinya tak dapat menahan diri untuk mendatangi gurunya itu. Terlebih mengingat kejadian 'itu'.
Rissa diam-diam mengambil kunci motor. Dan menjalankan nya ke arah rumah Keyla. Lalu tak lama sampai. Dan dengan ragu mengetuk pintu rumah itu beberapa kali.
Ragu-ragu dia sedikit membuka mulutnya. "Permisi, Bu Key? Bu Key?"
Setelah mengetok beberapa saat, akhirnya dia menyerah. Seperti nya Keyla tak ada di rumah. Namun saat ia akan berbalik. Pintu itu terbuka.
"Ri.. Rissa?"
Rissa menatap khawatir pada Keyla. Terdengar suara wanita itu seperti bergetar takut. Rissa dengan cepat ditarik masuk. Dan dipeluk erat, setelah mengunci pintu itu.
Tangis Keyla meluap. Membuat Rissa merasakan sakit di hatinya, mendengar isak tangis itu.
"Bu Key? Ibu kenapa? Bilang ke saya."
Rissa mengelus rambut coklat milik Keyla itu, berharap itu menenangkan sang pujaan hati. Pelukan saling berbalas itu, menghangatkan keduanya.
Tak lama tangis itu mereda. Dan Keyla mendongak. Hidung memerah dan bekas tangis masih ada. Rissa tak memedulikan kemejanya basah.
"Kenapa, hm?" Tanya Rissa lembut, sembari mengelus jejak air mata itu.
Keyla menghela napas menenangkan diri. "Kamu gak ketemu orang pas datang?"
Rissa terdiam dan menggeleng, "gak Bu. Ada apa?"
Keyla mengalihkan pandangannya, dan melepaskan pelukan itu. Menarik Rissa ke meja tamu. Dan menunjuk kotak kecil. Saat Rissa membuka nya, sebuah surat ancaman dan godaan. Juga bukan hanya sehelai, tapi beberapa helai rambut.
"Apa-apaan ini?" Rissa menatap marah kertas itu. Keyla meremas gaun tidurnya.
"Aku nerima itu, beberapa Minggu belakangan ini."
Membuat Rissa menoleh pada Keyla. Dan meletakkan kembali kotak itu ke meja. "Kenapa gak bilang saya, Bu?"
Keyla terkekeh kecil, "guru seperti saya? Menghubungi murid nya hanya untuk meminta perlindungan? Betapa kasihan nya saya, ya, Ris?"
Rissa mendekatkan dirinya pada Keyla. Walaupun sikap Keyla yang begitu dingin dan formal di saat jam sekolah. Seperti bisa ia maklumi, karena Keyla menjalani perannya.
"Apalagi kamu kan udah punya pacar. Siapa aku bisa ganggu kamu." Ucap Keyla menunduk, tak ingin menatap Rissa.
Tapi pipinya, dengan lembut diangkat lancang oleh tangan kanan Rissa. Memaksanya saling bertatapan.
"Kak. Aku itu masih single. Mana ada pacar. Ini juga cinta bertepuk sebelah tangan."
Pipi Keyla dielus nya. Membuat mereka berdua terlarut akan kenikmatan tatapan itu.
"Lalu? Ani?"
Wajah mereka sangat dekat, bahkan napas hangat keduanya saling berbenturan.
"Kak Ani? Cuman bantu aku, kak Key."
Rissa memiringkan kepalanya. Tangan kirinya memegang tangan Keyla yang ada di sofa, tangan kanannya beralih ke tengkuk wanita itu. Yang terlihat seksi pada gaun tidur itu.
"Benarkah?"
"Iya. Kak Key, gak perlu khawatir."
Cup..
Bibir mereka bersentuhan. Rissa menatap Keyla yang tengah memejamkan matanya, dengan sedikit melumatnya perlahan. Mereka saling memejamkan mata, menikmati ciuman pelan tak memaksa ini.
Menuntun Keyla duduk di pangkuan nya. Keyla merasakan perbedaan nya. Kejadian 'itu' sangat kasar, dan menjijikkan. Tapi sekarang entah kenapa ia bisa terbuai akan sang murid. Begitu lembut dan menjanjikan. Dan malah menerima perlakuan itu.
Karena keduanya hampir kehabisan napas. Dilepas lah ciuman itu. Dengan sedikit terengah. Ibu jari Rissa mengelap pelan air liur yang menetes dari bibir lembut sang guru.
"Kak.."
Keyla dengan mata sayu berdeham menjawab Rissa.
"Kak Key, gak bingung? Kenapa aku ngelakuin ini? Perhatian, kasih hadiah ke kak Key. Dan.. ciuman ini?"
Keyla sadar mereka terlalu melebihi batas akan guru dan murid. Dan wajah agak memerah saat ia berusaha turun dari pangkuan Rissa. Tapi pinggulnya dipeluk Rissa, menahannya agar tak pergi dari nya.
"Kak Key. Jawab aku~" Rengek Rissa.
Keyla menggigit bibir bawahnya, dan dengan sedikit terbata-bata, ia berkata, "Saya memang bingung."
Rissa menghela napas berat, "kak Key gak peka."
Bahunya Rissa diremas. Semakin gugup.
"I. Love. You. Kak Key."
Menegang mendengar pernyataan itu. Keyla langsung menatap manik mata sang murid.
"Hah?"
Rissa greget sendiri jadinya. "Aku cinta sama kak Key. Dari pertama ketemu."
Keyla terdiam. "Kenapa bisa? Gak. Jangan suka sama saya, Rissa. Jangan."
Rissa menyernyitkan dahinya. "Maksudnya? Kita udah ciuman, dan apa itu gak ada artinya bagi Bu Key?"
Dengan sedikit dorongan Keyla berhasil melepaskan diri. "Gak. Aku takut, hal yang sama akan terjadi lagi."
"Dia pernah disakitin dua cewek."
Rissa menggeram saat mengingat perkataan Ani itu. Dia menyumpah serapahi dua cewek yang membuat Keyla trauma seperti ini.
"Saya juga udah ternodai!"
Suara serak dari Keyla mengisi telinga nya. Dengan cepat Rissa kembali memeluk sang guru. Agar tak menghindar lagi.
"Bu Key, jangan bilang gitu. Ibu itu gak dinodai!" Seru Rissa, menyadarkan nya. Dan membuat Keyla menatapnya.
"I'm here, with you, Kak Key." Bisikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Teacher
Teen Fiction"Bu.. kita gak bisa kenal lebih dekat?" "Kenapa kamu ingin mendekati saya?" Clarissa Davina Septiandra, jatuh cinta pada gurunya sendiri, Keyla Jiandara. Guru baru yang dingin dan killer di sekolahnya, mampu membuat jantung nya berdetak kencang. Apa...