2 - Hari-hari

553 36 0
                                    

"Kalian kenapa jalan kaki, lari-lari gini?" tanya Caine, kebingungan melihat anak-anaknya yang berlarian dipinggir jalan entah untuk apa.

Hari ini, niatnya Caine hanya ingin berjalan-jalan keliling kota dengan santai. Tadi ia sudah mampir ke salon, cafe uwu, bahkan berganti pakaian di binco. Beberapa saat lalu Caine mengendarai mobilnya ke pinggiran kota, berniat ingin memandang kota dari atas bukit, namun dipertengahan jalan Ia malah melihat beberapa anaknya berlarian dipinggir jalan ke atas bukit.

"Eh- oalah, Caine. Mobil si Mia dibawa kabur sama vale. Tuh anaknya lagi ngejar" balas Riji, nafasnya sedikit tersengal akibat berlari mengejar Mia dan yang lainnya yang sedang mengejar mobilnya Mia.

"Ya Tuhan, yaudah sini kamu masuk" Riji pun masuk kedalam mobil Caine, bersyukur dia tidak perlu berlari lagi. Mereka bisa melihat Mia, Makoto, dan Selia mengejar mobil Mia sambil memaki-maki Vale yang membawa mobil tersebut.

Tak lama kemudian Mia berhasil mengejar mobilnya dan menarik Vale tersebut keluar dari mobilnya, dan Vale tersebut langsung digebuki oleh Makoto dan Selia. Riji pun turun dari mobil Caine untuk membantu mereka sambil mengata-ngatai Vale tersebut.

Selia yang menyadari kehadiran mami langsung mendekatinya dengan senyum cerianya, "Mami! Lagi ngapain disini?"

"Lagi jalan-jalan aja, kalian?" sang Mami pun balas bertanya seraya merapikan rambut Selia yang agak berantakan karena habis berlarian.

"Sama sih, mi. Gabut banget asli" malah Makoto yang menjawab.

"Iya, hari ini ga ada agenda, sih" ucap Caine, yang tak sengaja mengucap kalimat keramat kota Tokyoverse.

"Waduh-"

"Aman gak tuh"

"Aman gak sih, harusnya, kayaknya"

Anak-anaknya agak panik mendengar kalimat keramat tersebut namun berharap saja tidak akan terjadi apa-apa hari ini.

Caine juga langsung sadar bahwa ia baru saja menyebut kalimat tersebut, "Ah- iya, maaf"

"No, no, it's okay, mi. Should be okay lah, kan Mami" balas Mia.

"Iya tuh, kalau si papi yang ngucap bakal bahaya banget itu" tambah Makoto.

"Eh iya, papi kemana? Dari pagi aku belum liat papi.." Selia baru ingat dirinya belum melihat Rion dari pagi ia bangun tidur.

"Rion lagi ada urusan diluar kota, nanti malam juga bakal udah di rumah" jawab Caine dengan tenang.

"Mami, ayo ke atas, mami! Siapa tau nemu kunti siang-siang!" seru Mia.

"Mana ada, kocak" balas Riji, mana ada sih Kunti muncul siang-siang? Tak habis pikir dia dengan si bontot itu.

"Yaudah lah, yang, jalan-jalan aja ke atas. Emang kamu gak mau?" Tanya Selia.

"Eh- mau kok, mau. Hayuk masuk mobil, ayo ayo" Balas Riji dengan kekehan kecil.

Saat sampai dipuncak bukit, mereka dapat melihat pemandangan kota Tokyoverse dari atas sana, terlihat sangat indah. Riji dan Selia mengambil foto berdua setelah mereka berlima berfoto bersama. Makoto dan Mia agak berada dipinggir, melihat betapa tingginya mereka sekarang.

"Hati-hati jatuh, Mia, Mako" peringat Caine, ia tak mau bila nanti ada yang jatuh lalu down.

"Aman, mi. ini aku-" Mia yang ingin bangun dari duduknya tiba-tiba tergelincir dan jatuh, "KAKAKK!!!"

"Mia!" Makoto mencoba meraih tangan Mia sebelum adiknya itu jatuh namun terlambat, Mia sudah berada dibawah sana.

"Yeh, down tuh" ujar Riji santai. Sementara sang mami dan Makoto bergegas menuju tempat Mia down menggunakan mobil Caine, kemudian merekapun langsung membawa Mia ke rumah sakit.

<⁠(⁠ ̄⁠︶⁠ ̄⁠)⁠>

"Eh gimana itu si Mia? Ini aku sama Selia otw kesana" tanya Riji lewat radio karena tadi ia tak langsung menyusul maminya dan Makoto, melainkan lanjut berfoto dan bermesraan dengan Selia di puncak bukit tadi.

"Operasi dikit ga ngaruh bre" balas Mia, ia sudah sadar dari obat biusnya.

"Loh, separah itukah?" Selia pikir Mia hanya akan mendapatkan beberapa treatment karena, entahlah, mungkin patah tulang dan sebagainya? namun sepertinya tidak hanya itu.

"Yang jelas sih sakit banget tuh jatoh, mana tadi tinggi banget tempatnya" ujar Makoto, tertawa kecil karena jika dipikir-pikir tadi adalah kejadian yang sangat lucu.

"Mia habis jatoh kah? Dimana?" Key ikut menanyakan kondisi Mia lewat radio, kepo dengan pembicaraan ini.

"Tadi kan habis ke daerah atas, bukit gitu, bun. Nah, si Mia sama Mako agak terlalu kepinggir, kepeleset dah tuh si bontot" jelas Selia.

"Ya Tuhan.." Kei menghela nafasnya, rasanya tidak benar kalau ia menanggap ini hal normal di kesehariannya.

"Hari-hari minimal down sekali" ucap Elya.

(⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)

"Radio cek, Rion masuk radio"

"Masuk, pak/pi~"

"Gue udah mau pulang, nanti ada yang jemput gue ya di bandara" ujar Rion.

"Males ah, males"

"Ga usah dijemput guys"

"Hah? apa tuh? kayaknya ada yang minta jemput"

"Setan itu, biarin aja"

"Kurang ajar ya Lo semua" ucap Rion setelah mendengar balasan dari anak-anaknya itu, "Yaudah iyak" dan bergantilah Rion ke mode pundung.

"Yeh, pundung si bapak" yang lain pun tertawa mendengar balasan sang bapak.

"Pi, oleh-oleh bawa ga pi?" tanya Souta.

"Oh iya, papi bawa oleh-oleh ga pi?" tambah Mia.

"Bawa kok, bawa" jawab Rion, setiap dia ada bisnis keluar kota pasti anak-anak akan menagihnya oleh-oleh.

"Syukur deh, kalau ga bawa ga boleh pulang soalnya" ujar Enon.

"haha, setuju, setuju" tambah pak Sui.

"Yayy oleh-oleh!!" seru Mia, Souta, Garin, dan Echi.

"Woi, Echi, dimana Lo?!" tanya Krow.

"Mami, tolong aku, mami!! Aku mau dibunuh sama Krow!!" setelah mengucapkan hal tersebut Echi pun langsung memutuskan saluran radionya.

"Ribut Mulu sih, lu berdua" Gin hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar Krow memburon Echi untuk yang kesekian kalinya Minggu ini.

"Yang penting gue ga direbutin, sih" balas Krow dengan sedikit sindiran.

"Apaan sih, anjing" yang lain terkekeh mendengar balasan sewot Gin setelah disindir oleh Krow.

"Lagian siapa sih yang mau rebut pacarnya BoNus kita" ujar Funin.

"Ya kan?" yang lain langsung tertawa terbahak-bahak sementara Krow sendiri berusaha setengah mati menyanggah hal tersebut dengan beberapa kata kasar.

Part Of Our Life - TNFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang