Di hari yang cerah dan tidak terlalu panas ini, Mia sedang bersosialisasi di UwU Cafe ditemani oleh Echi beserta Mami dan Papinya. Mia sedang berada di parkiran UwU sambil bercengkerama dengan beberapa temannya, sementara Echi tengah memalak Bu Sur didepan UwU Cafe sambil diawasi oleh Mami dan Papinya.
"Hehe, Bu Sur~ hehe, ini udah seminggu deh kayaknya, hehe" Echi sedari tadi mengekori Bu Sur dengan muka tengilnya itu, Bu Sur hanya menghela nafas sabar.
"Aduh.. Yaudah, kantong berapa kamu?"
"Nah, gitu dong~ hehehe" Echi pun dengan cepat menyebut nomor kantongnya, Caine hanya terkekeh sementara Rion menghela nafasnya kemudian lanjut menghisap batang nikotin ditangannya itu.
(◍•ᴗ•◍)
Mia berniat menghampiri Echi dan yang lainnya setelah teman-temannya pergi, namun tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang.
"Hai, gue Theo. Kenalan dong, nama Lo siapa nih?" sapanya ramah.
"Namaku Mia, Theo warga baru kah? Aku baru liat mukanya" balas Mia tak kalah ramah.
"Haha, enggak juga kok, gue udah sekitar semingguan- atau mungkin udah dua Minggu, ya? Haha, gue sampe ga Inget"
"Gitu kah? Padahal aku sering keliling kota, mungkin emang kebetulan aja gak pernah ketemu ya, haha" Mia mungkin terlihat seperti anak manis yang begitu ramah, namun dibalik matanya yang bersinar itu sebenarnya ia sedang memerhatikan lawan bicaranya ini dengan saksama.
Rambut hitam yang lumayan panjang disertai highlight merah, kalung liontin perak yang terlihat murahan, kaos norak juga celana jeans robek-robek. Tak luput dari mata indah Mia pula beberapa tindikan di telinga serta hidung Theo maupun nada bicaranya yang terdengar agak angkuh setelah diserap indra pendengaran Mia.
Kalau boleh jujur, Mia malas berhadapan dengan orang seperti ini.
"Yah, masih bisa dibilang warga baru juga sih. Tapi penghasilanku ga main-main loh, sekarang aku lumayan kaya lah" ujar Theo dengan kekehan kecil.
"Oh, iya kah? Emang duitmu udah sebanyak apa?" tanya Mia dengan santai, sekaya apa sih pria aneh didepannya ini?
"Kurang-lebih 5 juta" jawab Theo dengan senyuman yang terlihat sangat bangga akan dirinya sendiri, yang malah membuatnya terlihat sombong.
Astaga, Mia kira setidaknya pria ini sudah mempunyai total balance 2 digit di rekeningnya. Angka yang disebutkan bahkan tidak sampai setengah yang dimiliki Mia, loh? Aduh, Mia berusaha keras untuk tidak menertawai lawan bicaranya saat ini.
"Oh, wow! Banyak juga ya"
"Iya nih, boleh lah kapan-kapan kita jalan-jalan bareng, aku yang bayarin semuanya nanti, haha"
"Waduh, kalau itu sih harus bilang ke Mami Papi aku tuh" heh, dia kira dia siapa seenaknya mengajak Mia jalan? Belum saja ia bertemu kakak-kakaknya.
"Wah, harus ijin dulu nih? Gapapa sih, pasti diijinin" balas Theo dengan penuh percaya diri.
'Pede amat, ewh' kurang lebih begitu kata hati Mia.
"Hm? Boleh, tuh Mami, Papi, sama kakak aku lagi di sana" Mia menunjuk ke arah keluarganya yang sedang bercengkrama ria, masih setia berada di depan UwU.
"Oke lah, ayo!" Theo menggenggam tangan Mia dan menuntunnya ke depan UwU.
'Sembarangan banget ni orang megang-megang!'
(ㆁωㆁ)
Saat sudah mendekati keluarganya itu, Mia langsung berpindah tempat jadi disamping Rion dan disambut Rion dengan elusan di kepala Mia.
"Udah mau pulang?" tanyanya lembut, dibalas dengan gelengan kecil oleh Mia kemudian menatap kearah Theo.
Rion pun akhirnya menyadari keberadaan Theo yang tengah memandang mereka dengan senyuman sok tampannya itu.
"Halo, siapa nih?" tanya Rion santai.
"Nama saya Theo, temennya Mia. Mau izin aja, Om"
"Izin apa tuh?"
"Mau ngajak Mia jalan-jalan, hehe"
Rion tau anak bungsunya satu ini tidak ingin berjalan denga pria ini, karena biasanya bila ingin berpergian dengan temannya, Mia jarang sekali menyuruh temannya untuk ikut meminta izin untuk pergi bermain bersamanya.
"Kapan?"
"Hmm, sebisanya Mia aja sih"
"Kamu kenal sama anak saya dari kapan, emang?"
"Baru tadi sih, Om, hehe. Tapi Mia anaknya asik, Om, jadi mau saya ajak jalan-jalan, hehe"
'Asik lah, turunan gue' gumam Rion dalam hatinya.
"Emang Mia mau diajak jalan sama kamu?" Caine ikut angkat suara, Ia juga menyadari perilaku tak biasa yang dilakukan oleh Mia saat ini. Begitupun Echi yang kini tengah memeluk lengan Caine.
"Mau dong, ya gak, Mia?" Theo langsung melirik kearah Mia dengan senyuman penuh percaya dirinya yang tak pernah luntur dari mukanya itu.
'Gak mau! Mending Mia joget Silit Tua bareng Grandpa di depan rumah!'
"Maaf ya, tapi Mia bakal sibuk banget akhir-akhir ini. Dia udah ada jadwal yang padat" sebelum Mia dapat menjawab, Caine sudah mewakilkannya.
Caine tidak bohong, kok. Memang kedepannya TNF akan dipenuhi dengan agenda pasti yang tentunya tidak hanya berleha-leha di rumah maupun UwU Cafe.
"Eh? Gitu ya? Gak bisa luangin sedikitpun waktu buat Gue, Mia?" Theo terlihat sedih mendengar jawaban tersebut.
"Eh.. Hehe, ya gitu deh. Maaf ya, Theo" balas Mia yang sebenarnya tengah memuji-muji sang Mami karena telah menolongnya.
"Udah denger kan? Kalau gitu kita duluan ya, ada jadwal nih. Mari," ujar Rion seraya menarik lembut tangan Mia dan menuntunnya ke mobilnya.
( ꈍᴗꈍ)
"Siapa sih tuh orang? Sok asik banget" ujar Echi, memulai percakapan dimobil.
"Tau tuh, tiba-tiba dateng nyamperin aku terus pamerin duitnya padahal cuma lima juta!" balas Mia.
"Dih, seperempat punya Papi juga ga nyampe itu" sahut Rion sambil memutar kedua bola matanya jengah.
"Kalian tadi baru kenal?" tanya Caine.
"Iya, Mi. Kalau bukan dia duluan yang nyamper mah gak mau sebenernya Mia kenalan sama dia" bukannya memandang fisik atau apa, tapi Mia yakin 1000% bahwa bahkan Garin yang terlihat seperti warlok pun masih jauh lebih baik daripada si Theo Theo tadi.
"BTW, makasih ya Mi, Pi, udah bantuin Mia tadi! Mia bakal ga enak buat nolak ajakan dia kalau lagi sendiri.." lanjutnya.
"Iya, makanya kamu kalau kemana-mana jangan sendiri ya, dek. Kalau lagi gak sama si Mako ya ajaklah kakak-kakakmu yang lain" titah sang Papi.
"Siaapp!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Our Life - TNF
FanficTokyo Noir Familia's daily life (not canon) ga bakal ada angst, tenang saja :D