Tidak ada bercak darah di lantai sekitar rumah,
Tidak ada lagi Key yang selalu bersama dengan Elya sebagai teman duo dispensernya,
Tidak ada lagi teriakan kesal antara satu sama lain,
Tidak ada lagi sesi tonjok-menonjok di ruang tengah,
Tidak ada lagi sang Papi yang memimpin rapat mereka di ruang tengah,
Tidak ada lagi anak-anak yang mengadu pada Mami tentang apapun itu,
Tidak ada lagi radio yang tidak pernah tenang,
Tidak ada lagi laporan korban tikungan kematian ataupun korban pom meledak dari radio,
Tidak ada lagi aduan yang terdengar dari radio,
Tidak ada lagi Jaki yang membawa pot tanaman besar keliling rumah,
Tidak ada lagi Jaki yang melakukan hal diluar nalar bersama Garin,
Tidak ada lagi Jaki yang sering sekali menjahilinya,
Tidak ada lagi Jaki yang selalu menggodanya.
Krow menatap hampa ruang tengah yang sebelumnya tidak pernah sepi, sekarang bahkan tidak ada seorangpun yang duduk disana.
Kemana Rion yang biasanya duduk diatas meja?
Kemana Echi yang tidak pernah serius saat rapat?
Kemana Caine yang biasanya hanya mengawasi anak-anaknya dalam diam?
Kemana Jaki yang biasanya duduk disamping Krow saat mereka berkumpul di ruang tengah?
Krow duduk di sofa, sendirian. Sunyi, tanpa teriakan-teriakan dari para anomali di keluarga, tanpa siapapun.
Ia menatap kosong kearah TV yang jarang dinyalakan itu. Kapan terakhir kali mereka nonton bersama?
Kapan terakhir kali mereka hanya duduk santai dan bergosip disini?
Seribu satu lebih kenangan tersimpan di ruangan ini. Emosi sedih, marah, kecewa, bahagia, semua itu mereka rasakan disini. Ah, jadi sentimental.
Krow teringat masa-masa para OG masih keliling mencari tempat yang pas untuk hud mereka. Mengelilingi kota mencari lokasi yang ideal, hingga menunggu Maestro yang tak kunjung datang.
Masa-masa mereka masih harus mencari nafkah dengan cara mencuci batu dan menjual ayam. Masa-masa mereka masih hanya menggunakan baller sebagai transportasi mereka kemanapun itu.
Masa-masa saat masih ada Thia dan Souta, kedua member yang sudah lama berada di luar negeri. Masa-masa mereka mengeluh kepada dewa tentang harga-harga tak waras di kota ini.
Hingga TNF tidak lagi hanya 10 orang, semakin lama semakin bertambah, relasi maupun keluarga inti. Hingga mereka mempunyai tempat tinggal seharga 16 miliar (atau juta?) ini, Krow menyaksikannya.
Krow dan yang lainnya tau betapa bekerja kerasnya mereka untung membangun TNF agar menjadi Mafia Yang sesungguhnya. Rion dan Caine yang selalu sabar dan terus membimbing anak-anaknya hingga semua menjadi orang hebat sekarang.
Dan sekarang, banyak dari mereka yang telah pergi.
Caine, Rion, Jaki, Mia, Mako, Key, hingga Echi yang masih belum balik hingga sekarang. Anomali ungu itu bilang ia hanya akan pergi untuk 2 Minggu, memangnya sekarang masih belum 2 Minggu? Krow bahkan lupa kapan gadis bersurai ungu itu pergi, mungkin memang belum 2 Minggu, ya sudah lah.
Dengan perginya Rion serta Caine, jabatan kepala keluarga diturunkan kepada Riji dan Krow.
Ah, dengarkanlah kesunyian ini. Radio tidak ribut sama sekali. Rasanya seperti hanya ada dia di kota ini. Memang, biasanya Krow akan berdoa agar hari-harinya tidak terlalu berisik dan tentu saja tidak pernah terkabul, namun kini.. Rasanya kesunyian ini tidak benar. Sangat tidak benar.
![](https://img.wattpad.com/cover/365498288-288-k201428.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Our Life - TNF
FanfictionTokyo Noir Familia's daily life (not canon) ga bakal ada angst, tenang saja :D