5 - Mama Papa

539 37 2
                                    

Di lagi hari yang cerah ini, Rion mengumpulkan semua anaknya di ruang tengah untuk membahas sesuatu setelah mereka sarapan bersama.

"Oke, jadi.. Hari ini bakal ada tamu, ya. Jaga sikap selama ada mereka, rehat dulu jadi anomalinya" jelas Rion setelah semuanya berkumpul di ruang tengah.

"Hah, siapa pih?"

"Tamu penting kah?"

"Siapa tuh pih?"

Tanya anak-anaknya, penasaran, karena mereka sudah pasti jarang menerima tamu guna menghindari orang-orang yang tidak diundang datang ke tempat berpulang mereka.

"Papa aku sama Mamanya Rion" jawab Caine, mewakili Rion.

"Yep, Mama Shani sama Papa Noel" tambah Rion.

"Wih, Mamanya Papi sama Papinya Mami?" tanya Echi dengan semangat.

"Wah, udah lama nih gak ketemu Mama Papa" ujar Gin yang kenal dengan kedua tamu mereka yang akan datang itu.

"Mereka udah sampe sini kah?" tanya Elya yang kini bersandar pada bahu Key.

"Iya, mereka lagi di pesawat. Makanya nanti aku sama Caine bakal jemput mereka berdua di bandara. Nah, nanti pas kita bawa mereka berdua kesini, kalian jaga sikap. Paham?" jawab Rion sambil mengambil kunci mobilnya.

"Aman, pih"

"Siapp"

"Shap!"

"Yaudah, aku sama Rion pergi dulu ya" pamit Caine kepada anak-anaknya kemudian menyusul Rion ke garasi.

"Hati-hati, Mami!"

(⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠)

"Pakai Urus mu aja, Caine"

"Boleh, tapi kamu yang nyetir, ya? Aku rada melambat"

"Aman"

(⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)

Rion dan Caine berkendara dengan damai sambil mendengarkan musik dari radio, tak satupun dari mereka berniat untuk memecahkan keheningan ini. Ayolah, kapan lagi mereka dapat berkendara dengan damai dan sejahtera bila tidak sekarang? Hal ini sangat mustahil untuk dilakukan saat sedang bersama anak-anak mereka.

"Caine, coba telfon Papa tanya mereka di terminal berapa" ucap Rion setelah mereka memasuki area bandara.

"Oke, bentar ya" Caine pun mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Papanya.

Tak lama, Caine memutuskan panggilannya. "Di terminal 7, Yon"

"Sip" balas Rion seraya mengendarai mobil mereka ke terminal 7. Sudah dapat dilihat dari jauh kedua orang yang ingin mereka jemput.

"Tin Tinn~" seru Rion, menghentikan mobilnya tepat didepan Mamanya serta Papanya Caine.

Rion dan Caine pun turun dan menyalami orang tua mereka kemudian membantu memasukan barang-barang mereka ke bagasi.

(⁠ㆁ⁠ω⁠ㆁ⁠)

"Ohh, jadi kalian berdua udah punya anak?" tanya Shani selaku Mama dari Rion, dari kursi belakang.

"Kok kedengerannya salah ya" rasanya pernyataan itu tidak benar.. Tapi benar.

"Loh, bener kan?" tanya Shani lagi.

"Keren ya kalian, udah berkeluarga aja" usil Noel, dengan seringai jahil terukir di wajahnya.

"Y-ya.. Gak salah sih, pa.."

╮⁠(⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)⁠╭

Sesampainya di rumah, Rion menurunkan Caine beserta kedua tamunya didepan pintu sebelum memarkirkan mobil Caine di garasi.

Caine terkejut saat Ia membukakan pintu  untuk Papanya serta Mamanya Rion. Anak-anaknya telah berbaris dibelakang pintu dan menyambut mereka layaknya staf-staf hotel menyambut tamu penting.

"Selamat datang!"

"Astaga.. Kalian ngapain?" Caine geleng-geleng kepala melihat tingkah anak-anaknya menyambut tamu mereka.

"Wih, anakmu nih, Caine?" tanya Mama Shani dengan semangat, gemas melihat anak-anak dari anaknya itu.

"Banyak juga ya" tambah Papa Noel, terkekeh karena sambutan yang mereka dapat.

"Yah.. Gitulah. Ayo, ke ruang tengah" balas Caine kemudian memimpin jalan mereka ke ruang tengah.

Mako, Krow, dan Jaki mengambil alih koper dan tas Shani serta Noel untuk ditaruh ke dalam kamar yang akan mereka inapi malam ini. Sementara yang lainnya mengikuti Caine ke ruang tengah.

"Nah, kenalin ini Mama Shani, mamanya Rion serta mama tiri aku, dan ini Papa Noel, Papa aku"

"Halo semuanya," sapa mereka berdua yang telah diperkenalkan oleh Caine seraya Rion ikut bergabung dan duduk disamping Gin.

"Loh, Mami sama Papi incest dong?!" Echi menutup mulutnya dengan tangannya, terkejut akan hal tersebut. Anak-anaknya yang lain juga terkesiap, tidak dengan Gin tentunya.

"Gak gitu, paok! Ngadi-ngadi bet ni anak, dasar anomali ungu" Rion melemparkan boneka kecil milik Mia kearah Echi.

"Udah ah, kenalan lu pada satu-satu" titah Rion sambil menyesap kopinya.

"Aku dulu, aku dulu! Halo Grandmother, Grandfather, nama aku Echi Ceress bisa dipanggil Echi! Anak Mami yang paling cantik~" seru Echi memperkenalkan dirinya.

"Grandmother? Grandfather?"

"Lah, kan ini Mama sama Papanya Mami Papi?" Echi balas bertanya dengan polosnya.

"Ya gak salah sih" ujar Funin.

"Aku Funin Funanto," tambahnya.

"Aku Mia! Anak paling bontot di sini~"

Dan anak-anak yang lain pun lanjut memperkenalkan diri masing-masing.

"Eh, tapi kalo manggilnya grandma grandpa, kita panggil si kakek apa?" tanya Selia.

"Ya.. Kakek?" jawab Garin.

"Tapi aneh gak sih?"

"Hmm.. Terus apa dong?"

"Panggil Mama sama Papa juga boleh gak?" tanya Mako pada tamu mereka.

"Boleh~"

"Nah, yaudah, si Kakek tetep dipanggil grandpa!" ujar Mako

"Kakeknya tetep saya, ya" Istmo terkekeh.

"Eh, eh, Mama.. Shani? Dulu Papi tuh bokem ya pasti?" tanya Echi blak-blakan.

"Heh! Sembarangan banget itu mulut, anomali dasar" seru Rion, apa-apaan coba anaknya itu?

"Hih! Anomali, anomali.. Dasar bapak roblok!" balas Echi tak terima dikatain anomali, padahal memang mirip.

"Bapak roblok.. Orang gue Minecraft"

"Kan, udah tua gitu aja masih kek bocah" celetuk Shani, terkekeh melihat anaknya beradu mulut dengan anaknya sendiri. Ah, dulu juga mereka seperti itu.

"Kentel banget emang aura bokemnya" tambahnya.

"Iya sih, Papi udah tua gitu banyak banget tingkahnya" ujar Selia.

"Tau ya, Papi nih gak takut asam uratnya kambuh apa" sahut Mia.

"Encok duluan dia pinggangnya" tambah Riji.

seisi ruangan pun menertawakan Rion, yang kini beranjak ke pojok ruangan membelakangi orang-orang, pundung ceunah.

"Emang gak ada yang peduli sama gua.. Yaudah iya.. Sialan emang semuanya.. Durhaka sama bapak.. Gua kutuk jadi kutu lu semua.. Awas aja.." gumamnya membuat yang lain menertawakannya lebih keras.

"Ma, Ma, tau gak? Si Papi tuh parah banget suka nabrakin sama nyelengkatin anak-anaknya-" kalimat Echi terpotong oleh sang Papi.

"Itumah elu, paok! Nuduh-nuduh gua.." cibir Rion.

Setelah itu anak-anaknya yang lain ikut membongkar aib-aib Rion dan membuat si Bapak makin pundung.

Part Of Our Life - TNFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang