“Aku suka pelukan Mama. Pelukan Mama hangat. Aku merasakan ketenangan seperti tak ada beban yang berat lagi.”
-Kalanie Iryssa-
__________
Elara mondar-mandir di depan halaman rumah. Dia gelisah, memikirkan kondisi anaknya. Seharusnya jam segini Kala sudah sampai di rumah, tapi anaknya itu belum pulang. Apa terjadi sesuatu? Kalau iya, dia harus bagaimana? Astaga, dia makin khawatir.Suara deru motor terdengar. Dia memperhatikan dari balik pagar. Kala baru saja turun dari motor, dan dia dibonceng oleh lelaki yang tidak Elara kenal? Siapa lelaki itu?
“Kalanie,” panggil Elara dengan nada tegasnya. “Kenapa baru pulang?” Dia melirik ke arah lelaki yang membonceng Kala. Menatapnya tajam. “Siapa anak ini?”
Zayden ikut turun dari motor. Dia melepas helmnya, dan tersenyum ramah pada Elara. “Saya teman sekelas Kala, Tante. Zayden Argantara.”
“Teman sekelas?” beo Elara.
Kala menghela napasnya. “Ya, Ma. Dia teman sekelas aku. Dia yang nawarin diri buat anterin aku pulang.”
“Memangnya kamu habis dari mana? Kenapa tidak izin ke mama kalau mau pulang telat?”
Kala mengernyitkan keningnya. Izin? Biasanya mama juga gak peduli mau aku pulang telat atau gak. Dia harus menahan ucapannya itu, karena tidak mungkin dia bicara begitu di depan teman sekelasnya.
“Dari rumah Evelyn. Ngerjain tugas sekolah.”
“Lain kali kamu harus izin kalau mau pulang telat, Kala. Jangan membuat mama khawatir lagi,” katanya sedikit frustasi. Sejujurnya, dia takut Kala melakukan hal yang sama seperti di masa depan nanti. Dia tidak ingin hal buruk itu benar terjadi.
“Gak usah khawatir. Aku baik-baik aja, Ma. Mama masuk duluan aja. Aku mau ngomong sama Zayden.”
Elara mengembuskan napas. Dia lega karena anaknya pulang ke rumah dengan selamat. “Jangan kelamaan ngobrolnya, dan segera masuk ke rumah.”
Kala mengangguk.
Kala menoleh ke arah Zayden. Senyum tersungging di wajahnya. “Makasih, ya, Zayden. Lo jadi repot-repot nganter gue pulang.”
Zayden balas tersenyum. “Gak ngerepotin sama sekali. Bilang aja kalau lo butuh bantuan lagi. Tawaran gue masih berlaku.”
Zayden memasang kembali helmnya. Setelahnya, dia pergi melesat dengan motornya. Kala menatap kepergian Zayden. Dia merasa sesuatu menggelitik perutnya. Perasaan macam apa ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mother's Epiphany [SEGERA TERBIT]
Teen FictionMenjadi seorang ibu adalah perjalanan yang penuh perjuangan. Elara membesarkan kedua putrinya seorang diri. Dia selalu menuntut mereka untuk mendapatkan prestasi sempurna demi membanggakan namanya. Namun, suatu hari Kalanie Iryssa bunuh diri. Tak ad...