Bab 5

443 113 50
                                    

"Mimpi burukku adalah cermin dari kehilangan yang aku rasakan di dunia nyata, di mana aku terus mencari jejak Kakak tanpa pernah menemukan Kakak."
-Calia Ashana

" -Calia Ashana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________

Asha terbangun tengah malam dari tidurnya dengan napas yang tidak beraturan, matanya memindai ke arah penjuru kamar ketakutan dengan keringat yang terus membasahi wajahnya. Perasaannya berubah menjadi gelisah saat mimpi buruk itu datang.

Kalanie, kakaknya datang ke mimpinya.

Napasnya tersengal-sengal. Asha memejamkan matanya sejenak, berusaha meredakan detak jantungnya yang berdegup kencang. Dia merasa seperti terperangkap dalam alam semesta gelap mimpi buruknya, di mana bayangan kegelapan terus mengintainya.

Tiba-tiba, dalam keheningan yang menyelimuti kamarnya, muncul bayangan yang dia kenal. Kalanie, kakaknya yang telah pergi, muncul di depannya dengan senyum hangat.

"Kak Kala ....?" Asha berjalan mendekati bayangan kakaknya. Senyumnya mekar. Dia tahu bahwa yang di hadapannya itu bukan sosok asli kakaknya, tapi dia tidak peduli. Yang dia inginkan hanya kakaknya, entah itu kenyataan atau ilusi semata.

Ketika Asha meraih tangan Kala dengan penuh harap, tiba-tiba bayangan kakaknya mulai berubah. Senyum hangat yang tadinya memenuhi wajah Kala berubah menjadi ekspresi yang gelap dan menakutkan. Matanya yang dulu cerah dan hangat sekarang dipenuhi oleh kegelapan yang menakutkan, dan senyumnya tergantikan oleh ekspresi yang suram.

"Asha ...." Suaranya bergema dengan nada yang berbeda, lebih dalam dan menyeramkan. "Kenapa kamu gak menyelamatkan kakak?"

Ketakutan menjalar di seluruh tubuhnya. Dia dilanda kepanikan. Bayangan kakaknya seakan-akan berubah menjadi sangat menyeramkan. Dia menatap pintu kamarnya, yang entah mengapa pintu itu semakin menjauh dari Asha.

"Terlepas dari semua penderitaan kakak, kakak berharap kamu menyelamatkan kakak."

"Maaf, Kak. Maafin aku ...." Asha memejamkan matanya, dadanya tiba-tiba sesak hingga membuatnya kesulitan bernapas. Dia memukul dadanya menggunakan kepalan tangan.

"Tolong dengarkan permintaan terakhir kakak ...."

"Kakak ....," Asha merintih, matanya menatap takut-takut ke bayangan itu.

"Kunjungi makam kakak."

Asha langsung menutup telinganya, menundukkan kepala sembari menahan sakit. Dia berteriak kencang.

The Mother's Epiphany [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang