Bab 15

293 42 0
                                    

“Aku terus meyakinkan diriku bahwa aku kuat. Tapi nyatanya, aku tidak sekuat itu. Aku juga butuh bantuan. Bagaimana cara meminta bantuan ke orang lain?”
-Kalanie Iryssa-

 Bagaimana cara meminta bantuan ke orang lain?” -Kalanie Iryssa-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________


Elara duduk di sofa dengan tatapan tegang, tas hitam Kala terbuka di pangkuannya. Dengan gerakan hati-hati, dia mulai merazia setiap isi tas, mencari tahu rahasia apa yang disembunyikan Kala yang membuatnya merasa gelisah.

Di antara buku-buku, mata Elara tertangkap oleh sebuah bungkusan kecil yang tergeletak di sudut tas. Napasnya tertahan. Dia mengambil bungkusan itu dan membukanya dengan hati-hati.

Ketika kertas pembungkus terlipat terbuka, mata Elara menangkap sebatang rokok yang tergeletak di dalamnya. Hatinya berdesir. Rasanya seperti pukulan keras yang menghunjamnya secara tak terduga. Dia merasakan kekecewaan yang mendalam. Rasanya seperti dia telah gagal dalam mendidik anaknya itu.

Dia melangkah ke kamar Kala. Derap langkahnya terdengar jelas. Hatinya berdegup, berharap apa yang dia khawatirkan tidak terjadi. Begitu sampai, dia masuk ke kamar anaknya, yang tidak dikunci.

“Kalanie,” panggil Elara dengan wajah seriusnya. “Ingin cerita sesuatu sama mama?”

“Gak, Ma,” jawab Kala. “Gak ada apa pun yang perlu aku ceritakan.”

“Ada.” Elara menatap tajam anaknya. “Mama nemu bungkus rokok di tas kamu. Bisa jelaskan sejak kapan kamu merokok?”

Jantung Kala berdegup kencang. Dia tidak menyangka mamanya akan menemukan bungkus rokok itu. Sekarang, bagaimana caranya menjelaskan?

“Jawab mama, Kalanie!” serunya, agak membentak.

“Mama, aku bukan anak kecil lagi. Lagipula kenapa Mama seenaknya aja ngecek tasku? Itu, ‘kan, privasi, Ma.”

Elara kecewa dengan jawaban putrinya. Benarkah Kala merokok? Kenapa dia baru sadar akan hal ini? Apa ini artinya ... dia telah gagal menjadi ibu yang baik?

“Di mata mama kamu masih anak kecil yang membutuhkan pengawasan mama. Mama ngecek tasmu karena cuma mau memeriksa—“ Suaranya tertahan. Dia tidak bisa melanjutkan ucapannya itu. Apakah ada obat anti-depresan di tasmu itu? Apakah kamu sudah mengalami depresi dari saat ini?

“Pengawasan? Mama bicara seakan-akan Mama pernah memberikan perhatian sebesar itu ke aku.” Kala tersenyum pahit.

“Maafkan mama soal itu.” Elara sungguh menyesal. “Mama khawatir kamu kenapa-napa, Sayang.”

Kala menghela napas. “Tidak ada apa-apa, Ma. Aku baik-baik aja. Kalau pun aku ada masalah, aku bakal menyelesaikannya sendiri. Aku jauh lebih kuat daripada yang mama kira.”

Elara tersenyum pahit. Benar, kamu jauh lebih kuat daripada mama. Tapi, mama tidak ingin kamu memilih jalan tragis itu. Sudah tugas mama memastikan kamu baik-baik saja.

The Mother's Epiphany [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang