27. Awal dari perpisahanʚ❁

26 4 0
                                    

𝙵𝚘𝚕𝚕𝚘𝚠 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚋𝚊𝚌𝚊!🕊️

𝚂𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊🍀
𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊
𝚃𝙸𝙽𝙶𝙶𝙰𝙻𝙺𝙰𝙽 𝚅𝙾𝚃𝙴 𝙳𝙰𝙽 𝙺𝙾𝙼𝙴𝙽
.
.
.
.
.

Akhirnya, setelah dua jam lamanya menunggu keadaan Zayana di ruang operasi. Dokter berperawakan tinggi nan tampan keluar dari ruang operasi dan langsung di serbu berbagai pertanyaan dari orang tua Zayana.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Novi tak sabar.

"Operasinya berjalan lancar, bu. Beruntung pasien segera di larikan ke rumah sakit. Jika terlambat sedikit saja bisa berakibat fatal. " Ucap dokter tadi dengan senyuman ramah dan lesung pipi di sebelah kiri.

"Ibu boleh masuk sebentar untuk melihat keadaan anak ibu. " Sambung dokter tadi kemudian pergi meninggalkan Novi dan Bagas.

Novi bersama Bagas langsung memasuki ruang operasi dengan perasaan lega dan senang.
Ada beberapa suster yang menunggui Zayana disana, sedangkan Zayana masih setia menutup kedua matanya.

"Zayana, anak mama. " Novi langsung memeluk lembut Zayana yang masih terbaring di brankar dengan balutan perban di beberapa bagian tubuhnya.

"Mama pastikan orang yang membuat kamu seperti ini akan mendapat hukuman berat. " Kata  Novi dengan sorot mata penuh emosi.

◕●◕●✿◕●◕●

Diruangan bercat putih dan bau obat yang menguar di seluruh ruangan. Terdapat seorang gadis dengan balutan perban di kepala ditemani seorang wanita yang sudah ia anggap sebagai bunda dan seorang lelaki yang dianggap sebagai saudara.

Gadis yang selama hampir tiga jam terakhir selalu setia menutup mata, akhirnya sekarang mulai siuman.

Atensi Zanaya langsung tertuju pada bunda Rita yang duduk di kursi tepat di samping brankarnya. Terlihat jelas wajah bunda Rita yang letih dengan kantung mata yang terlihat menghitam. Bunda Rita selalu setia menggenggam tangan kiri Zanaya yang terbebas dari infus.

Setelah memberi kabar pada sahabatnya—Riza tentang keadaan Zanaya, Alga merebahkan tubuhnya di sofa pojok ruangan.

Karena kantuk yang menyerang dan malam yang mulai larut, Alga mencoba untuk menutup kelopak matanya. Namun, perasaan yang terus saja gelisah membuat kedua kelopak matanya enggan untuk ditutup.

Hingga ia menyadari pergerakan gadis di brankar yang mencoba untuk duduk. Dengan cekatan Alga langsung membantu Zanaya dan menjadikan bantal sebagai sandaran.

Saat menyadari tangan yang selama ini digenggam mengalami pergerakan, bunda Rita reflek membuka mata.

Dan benar saja, Zanaya telah siuman dan menatap bunda Rita dengan senyuman dan mata membentuk bulan sabit menghiasi wajahnya yang pucat.

"Aya, Alhamdulillah kamu udah siuman. "

Bunda Rita langsung memeluk erat tubuh ringkih Zanaya dan menghujani pipinya dengan kecupan.

"Aya ga papa kok, bunda. " Kata Zanaya dengan suara pelan.

Bunda Rita langsung melepaskan pelukan mereka dan menatap lekat wajah Zanaya.

"Bagaimana kamu bisa mengatakan bahwa kamu baik-baik saja? Sedangkan-"

Belum selesai bunda Rita menyelesaikan ucapannya, Zanaya kembali memeluk bunda Rita dan menyembunyikan wajahnya dalam dekapan bunda Rita.

Twins Za (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang