###
##"Jadi, bagaimana dengan pria barumu itu?"
"Hei, jangan menyebutnya 'pria baruku', dia itu adalah calon suamiku."
"Kau benar-benar gila!"
Johee yang salah tingkah lantas memukul bahu Hyunso beberapa kali. Sementara Hyunso terus tersenyum senang di sana. Mereka berdua duduk di kursi-di meja pembatas antara pelanggan dan barista.
"Aku sangat penasaran bagaimana kalian bisa bertemu. Coba ceritakan." Johee memangku kepalanya dengan kedua telapak tangannya.
Hyunso berdehem dua kali sebelum memulai cerita singkatnya. Ia tidak menceritakannya dengan detail, hanya sebatas dirinya yang memaksa Jungkook untuk tidur bersama, dirinya yang terus-menerus mengusik Jungkook, mengajaknya untuk menikah.
Johee sangat syok oleh cerita gila barusan. Ia tak tahu kalau sahabatnya yang tidak pernah memiliki pengalaman dalam cinta itu ternyata seagresif dan segila itu.
"Hei... Bukankah kau sudah seperti double-bukan, triple buldoser?"
"Begitukah?" Hyunso menempelkan kedua telapak tangan pada kedua sisi pipinya, tersenyum manis. "Ternyata aku segila itu, ya?"
Johee mengangguk dua kali. "Tidak apa-apa. Tidak ada larangan bagi wanita untuk mengambil alih kendali. Lihatlah diriku, sekarang aku sudah memiliki tiga anak. Kau juga semangat, ya."
Hyunso tiba-tiba mengulum bibirnya sedih. "Sebenarnya pacarku itu sangat polos dan lambat. Padahal kami sudah tidur bersama, tapi dia tak ingin menikah denganku."
"Itu wajar, Hyunso. Pria seperti itu memang harus terus dipepet menggunakan triple buldoser sepertimu. Kau pasti berhasil."
Hyunso sukses tersentuh. "Gomawo, my bestie..."
"Aku yakin cepat atau lambat, dia akan luluh padamu. Kau hanya perlu terus mendorongnya!" ucap Johee sembari menuangkan bir ke gelasnya dan gelas Hyunso. Lalu mereka saling bersulang minuman.
"Omong-omong, apa kau serius ingin menjual seluruh propertimu? Mau dipikirkan berapa kali pun itu terlalu gila, Hyunso," tanya Johee tepat setelah menenggak habis birnya.
Hyunso menggoyang-goyangkan gelasnya, menjawab pertanyaan Johee sebentar sebelum meminum sisa birnya. "Iya, aku berencana untuk tinggal di rumah pacarku."
"Dipikir-pikir kau juga selalu pindah ke rumah baru setiap tiga bulan. Apa itu memang hobimu? Sebenarnya ada berapa banyak uang yang kau miliki? Kau bahkan tak pernah menceritakan soal pekerjaan dan keluargamu padaku."
Hyunso tersenyum simpul. "Yah, anggap saja itu memang hobiku."
"Ck, hobi yang aneh."
Hyunso hanya membalas dengan tawa kecil. "Jadi, apa sudah ada pelanggan yang ingin membelinya?"
"Yang sabar, dong. Butuh waktu lama untuk memproses properti sebanyak itu. Paling cepat mungkin dua bulan?"
"Wah, cepat, ya. Seharusnya dari dulu aku meminta bantuanmu."
"Aku menolak. Lain kali lakukanlah sendiri, jangan membuat wanita yang sudah bersuami ini jadi sangat sibuk." Johee menuangkan bir ke gelasnya lalu menenggak habis seluruhnya.
"Dasar pelit."
"Lagi pula ada apa denganmu? Orang yang dulunya sangat terobsesi mencari sang cinta pertama, sekarang malah berganti perasaan ke pria lain."
Hyunso juga menuangkan bir ke gelas, lantas meminumnya, lalu menghembuskan napas panjang. "Sepertinya aku harus menyerah."
"Sudah lima belas tahun, lho. Memangnya sesulit itu untuk menemukan pria itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Limerence
FanfictionMenjadi wanita jomblo seumur hidup bukanlah motto Hyunso. Diusianya yang sudah menginjak 29 tahun, Hyunso teringin untuk melepas status jomblonya. Kebetulan saat itu ia menemukan seorang pria yang sangat sesuai dengan tipenya. Hyunso tak memikirkan...