Srett!!Jimmy dan seorang petugas tampak di sekitar meja resepsionis saat pintu klinik dibuka. Sementara itu, Vanny sedang membantu Laura membersihkan diri di dalam ruangan yang sudah tertutup tirai.
"Bagaimana keadaan nya?" Tanya Zayn yang baru tiba.
"Hanya sedikit goresan di wajah nya. Lebih baik kalian juga membawanya ke psikolog, kurasa psikis nya terganggu" ucap sang petugas.
"...."
"Berhentilah menatap ku seperti itu. Aku bukan dokter jiwa. Tugasku hanya mengobati sakit fisik yang diderita para siswa" sambung petugas kesehatan setelah melihat tatapan datar Zayn.
Jimmy yang mengetahui suasana saat ini, segera menenangkan Zayn dan menyuruh temannya itu untuk duduk.
Sret!
Tirai klinik dibuka dan menampilkan dua gadis siswi sekolah itu.
Zayn dan Jimmy pun segera menghampiri mereka.
Hanya dengan berkomunikasi lewat tatapan, Zayn yang bertanya pada sekretarisnya mengenai kondisi Laura segera dijawab oleh gelengan kepala yang menandakan kondisi Laura masih belum stabil.
Paham akan hal itu, Zayn pun mengambil alih Laura.
"Aku akan mengantarmu pulang" ucap singkat Zayn sambil mengambil baju ganti Laura dari tangan Vanny.
Zayn pun menggenggam tangan Laura dan menarik gadis itu untuk mengikutinya.
Namun mendengar dirinya akan di bawa pulang, Laura pun berusaha menolak dan melepaskan genggaman tangannya.
"Tidak, aku masih--"
"Laura, jangan keras kepala" ucap tenang Zayn namun dengan nada penuh tekanan.
"Zayn, kumohon" mohon Laura yang tidak ingin pulang.
"Hah... Laura apa yang di katakan Zayn benar. Kamu harus pulang untuk memulihkan tenaga mu dulu. Kamu harus ingat acara besar sekolah kita akan tiba beberapa hari lagi. Masih ada waktu mu untuk beristirahat. Lagi pula tugasmu sudah selesai bukan? Selanjutnya anggota mu yang akan melanjutkan nya" ucap Jimmy.
"Tapi aku masih kuat hanya untuk mengawasi tugas anggota ku" mohon kembali Laura yang masih tetap menolak untuk pulang.
Melihat sifat keras kepala gadis didepannya, Zayn pun memutuskan angkat bicara "Ganti kepala devisi dekor!" ucap singkat Zayn yang berhasil membuat Laura membelalakkan matanya tidak percaya.
"A-apa? Tidak tidak. Apa salah ku? Apa pekerjaan ku tidak bagus? Aku akan memperbaiki nya. Hiks jangan lakukan itu" pecah tangis Laura.
Jimmy dan Vanny yang tidak percaya dengan keputusan ketua OSIS mereka itu sama sama terkejut.
"Zayn--" perkataan Jimmy terpotong oleh gelengan kecil Zayn.
Sedangkan Zayn yang kini tengah menatap lurus gadis didepannya itu pun kembali angkat bicara "Kami tidak memerlukan anggota yang keras kepala dan susah di atur. Itu hanya akan menambah beban kerja kami" ucap datar Zayn.
"Hiks maaf...hiks kumohon aku masih ingin menjadi bagian dari acara ini hiks. Akan aku lakukan apa pun itu untuk tetap menjadi kan ku panitia acara ini hiks. Kumohon" tangis memohon Laura.
Mendengar ucapan itu pun, Zayn segera memegang kedua bahu gadis didepannya dan menatap serius Laura.
"Kamu masih ingin menjadi bagian dari acara ini?" Tanya Zayn yang di angguki Laura.
"Kamu serius dengan apa yang kamu ucapkan tadi?" Tanya kembali Zayn yang diangguki Laura.
"Jika kamu masih ingin posisi ini maka kamu harus mendengarkan semua keputusan kami terkhusus aku sebagai ketua mu. Kamu paham" ucapan Zayn yang di angguki cepat Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Your My Special One
Teen Fiction"Jangan mendekati ku, duniaku membosankan. Aku yakin siapa pun itu tidak akan nyaman. Rumahku berantakan, banyak pecahan kaca, jangan masuk, nanti kamu terluka. Pergilah, sudah cukup aku sendiri. Duniaku hanya monokrom, kamu akan lelah jika memaksa...