Banyak yang berkata jadi diri ku sangatlah menyenangkan, dikelilingi dengan harta melimpah hingga keluarga terpandang. Namun apa artinya jika itu hanya untuk memanfaatkan?
Aku hanya lah seorang gadis muda yang tampak menawan dari luar, padahal aku selalu kesepian hingga rela merasakan kekecewaan karna jatuh hati pada kepakan sayap burung yang berkesan bebas.
Mirip seperti gemintang yang gemerlapan, rembulan yang bersinar cemerlang hanya menapak pada langit dengan kegelapan.
Musim berlalu, daun daun tua berguguran digantikan dengan daun muda segar, angin sejuk berhembus menerbangkan yang tua maupun yang muda. Tidak ada yang tahu seperti apa dan bagaimana takdir berjalan, layaknya roda yang selalu berputar.
Terkadang di bawah, terkadang di atas, terkadang tersandung hingga menabrak. Dari penghalang sekecil kerikil hingga sebesar batu akan di hadapi. Seperti itulah hidup, walau bagaimana pun rintangan dan lika liku nya, tetaplah bertahan untuk masa depan dan juga demi cinta yang utuh.
Hidup bergelimang harta tidak menjamin kebahagiaan.
Harta mewah tidak ada nilainya dengan sebuah keluarga yang tidak dapat dikatakan sebagai rumah yang nyaman bagi anak.
Banyak anak di luar sana yang bukannya bahagia akan kehidupan mewah dari orang tua mereka, malahan mereka merasa sesak dengan semua itu.
Laura Naville Easton, atau biasa di kenal dengan nama panggilan Laura. Gadis muda itu akan memasuki usia 16 tahun di akhir bulan ini. Kurang lebih hanya dua minggu lagi hari kelahiran nya akan tiba.
Kebanyakan orang di luar sana merasa very excited hanya untuk menunggu hari dimana mereka di lahirkan di dunia ini. Mungkin itu hanya berlaku bagi anak anak yang memiliki keluarga cemara.
Beda halnya dengan yang selalu di rasakan putri tunggal dari keluarga Easton ini. Sampai kapan pun itu ia sangat membenci bulan kelahiran nya hingga tanggal di mana ia menangis untuk pertama kalinya di dunia ini.
BRAKK!! PRANG!!!
"Huft, baru di pikirkan sudah terjadi lagi. Pfftt benar benar tradisi yang aneh" ucap Laura yang baru saja keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua di sambut oleh suara keributan dari arah ruang tamu yang berada di lantai satu.
"Kali ini permalasahan apa lagi?" Ejek Laura dalam hati.
Ia memilih untuk duduk di tangga dan mendengar dari jauh keributan yang sedang terjadi.
Prang!!!
"Ck!! Apalagi hah?!"
"Apalagi kau bilang?! Tidak bisakah kau berada di rumah untuk satu hari hah?!"
"Kenapa harus aku?! Dan kenapa kau menuduh ku seolah olah hanya aku yang bersalah di sini hah!!!. Kenapa bukan kau saja?!"
"Kau ibunya, kau yang harus menemani nya!! Sebagai seorang kepala keluarga sudah tugasku untuk terus mencari nafkah hanya untuk kalian berdua!!! Apa kau tidak berkeinginan untuk hadir di moment moment berharga kehidupan putri mu?!"
Plak!
"Jangan asal berbicara!! Kau juga bersalah, kau juga tidak pernah hadir di saat kelulusan putri mu. Dan jangan egois, aku juga bekerja untuk menafkahi anak ku! Untuk merayakan hari kelahiran nanti aku tidak bisa datang, aku ada acara penting karena para investor luar negri akan tiba, aku tidak bisa meninggalkan moment itu. Kau saja yang hadir"
"Aku juga tidak bisa, urusan ku lebih penting! Cabang perusahaan ku di luar negeri sedang bermasalah aku harus memeriksa nya"
"Ck! Merepotkan saja, apa perlu di rayakan ? Dirinya sudah besar, tinggal di kasih uang saja sudah beres"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Your My Special One
Teen Fiction"Jangan mendekati ku, duniaku membosankan. Aku yakin siapa pun itu tidak akan nyaman. Rumahku berantakan, banyak pecahan kaca, jangan masuk, nanti kamu terluka. Pergilah, sudah cukup aku sendiri. Duniaku hanya monokrom, kamu akan lelah jika memaksa...