"Gue beneran gila." Floryn menjatuhkan kepalanya di atas meja, merasa begitu bodoh, ia merusak tatanan rambutnya yang telah disisir dan membuang napas kasar.
"Ya, bentar lagi lo akan masuk rumah sakit jiwa. Tapi sebelum gue anter lo ke sana, kasih tahu gue dulu, lo sama Zello ada hubungan apa si?" tolong siapapun pisahkan Chiara dengan rasa penasarannya.
"Jelas kita tahu mereka berteman dari kecil," sahut Belinda yang kemudian meluruskan helaian rambut Floryn, sedikit merapikan.
"Gue baru tahu kalau ada jenis pertemanan kayak mereka," cibir Chiara.
"Shut up!" interupsi dari Floryn.
Belinda tertawa begitu saja. "Calm down, Ryn. Lo kenapa si uring-uringan gini?"
"Ini cuma tebakan gue ya, gue rasa mereka ngelakuin sesuatu kemarin malam. Karena Floryn nggak pulang ke apartemen gue, otomatis Floryn dibawa ke tempat Zello kan, and ya—maybe they had seks, i don't know."
"Chiara!"
"Frontal banget lu," sisa tawa Belinda masih terdengar.
"Gue nggak sampai tidur bareng sama dia," koreksi Floryn, membuat Chiara semakin bersemangat karena tebakannya tidak sepenuhnya salah.
"But he kissed you, right?"
Floryn bungkam. Kali ini Belinda yang sedari tadi santai menanggapi, ikut heboh juga. "Seorang Zello Antrasena, wow! Jadi gimana rasanya?"
"What?" alis Floryn menukik.
"His lips, rasanya gimana?" goda Belinda.
"Bad." Belinda dan Chiara tertawa kencang mendengarnya.
"Ya si, sampai lo segila itu. Very bad, huh?"
Floryn merotasikan bola matanya jengah, memilih meninggalkan ruang kelas yang sudah kosong itu, malas terpojok ucapan kedua gadis itu. "Kok pergi?" protes Chiara. "Nanti lo pulangnya ke apart gue kan? Gue nggak mau tidur sendiri." seruan Chiara tak direspon Floryn.
Di belokan koridor, Floryn dicegat oleh mahasiswi berpenampilan modis, yang Floryn yakini mereka tidak pernah berurusan sebelumnya, sehingga Floryn menatap gadis itu heran.
"Hai, gue Giorgia. Lo Floryn, kan?" gadis yang mengaku bernama Giorgia itu memiliki senyum yang manis, wajahnya terlihat ramah seperti gadis baik-baik pada umumnya, sayangnya Floryn tahu bahwa dibalik itu ada niat terselubung yang sebentar lagi akan merugikan Floryn.
"Gue anak FISIP, sama kayak lo, if you want to know."
"Oh." Floryn bergeser ke kiri, mencari celah untuk melewati Giorgia, namun langkahnya kembali dihalangi.
"Gue mau minta tolong, Ryn. Boleh, ya?" Giorgia mengatupkan kedua tangannya, tampak memohon pada Floryn.
"Gue tahu lo deket sama Zello."
Floryn mendengus, sialan sekali hidupnya, harus selalu dihantui satu nama itu. "Terus?"
"Gue mau minta tolong sama lo, kalau sama lo mungkin aja dia mau kan nurutin lo, secara kan kalian temenan dari kecil."
Sejak kapan orang-orang mulai berpikir kalau Zello dan Floryn berteman, akur saja tidak pernah. "Dia nggak suka diperintah," balas Floryn, meski belum tahu apa yang Giorgia minta.
"Nggak, gue minta lo bujuk dia. Minggu ini gue ngadain birthday party, rencananya gue mau ngundang band Zello ke acara gue, tapi pas gue hubungin kontak mereka, gue ditolak. Bahkan gue udah minta ke Zello langsung, malah gue dibentak. Please, bantuin gue bujuk Zello supaya bandnya mau tampil di acara gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romance"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...