Harsa hilang terganti lara, bumantara sebagai saksi chandra merenggut baskara, lintang baswara seolah mendukung. Adorasi yang sia-sia, japri kehidupan memang begini efemeral tetap terjadi, entah apa yang daku cari.
~ SEA
Seanna Sadajiwa Clarasasti, berjalan tergesa-gesa memasuki sebuah restoran. Pair jantungnya sebagai saksi ada amarah yang harus diluapkan. Ia mengedarkan pandangannya. Setelah menemukan apa yang ia cari, Sea semakin mempercepat langkahnya. "Langit Cakrawala Albirru, CEO Cakrawala Medical. Bisa bicara sebentar?" tanyanya tanpa basa-basi.
Kelima orang yang berada di sana langsung menghentikan kegiatannya, mereka menatap Sea penuh tanya.
"Mohon maaf, Nona, kami sedang rapat," ucap salah satu dari mereka.
Langit tak mengalihkan pandangannya dari Sea. "Ini, kan, gadis yang di roftoop rumah sakit?" gumannya pelan.
"Lima menit!"
Tanpa mendengar balasan dari mereka, Sea mendudukkan diri di salah satu kursi, sedangkan Langit mengangguk dan keempat karyawannya pindah ke meja lain, memberikan ruangan untuk mereka.
"So?"
"Bisa berikan saya alasan mengapa beasiswa saya ditarik?" tanya Sea berusaha santai, tak ada raut ramah sedikit pun di ekspresi mukanya.
"Maksud Anda?" tanya Langit tak mengerti mengenai beasiswa yang dimaksud oleh gadis tersebut.
"Bukankah setiap tahun Cakrawala Medical memberikan beasiswa khusus untuk mahasiswa kedokteran dan saya sudah menerimannya selama dua tahun. Lantas mengapa semester ini nama saya dihilangkan? Saya butuh penjelasan. Bahkan IP saya tidak pernah turun." Emosi Sea mulai tersulut.
Langit membenarkan bahwa setiap tahun perusahaannya memberikan beasiswa kepada mahasiswa kedokteran. Namun, masalah penarikan beasiswa, ia tidak tahu sama sekali. "Tak ada konfirmasi yang saya terima. Artinya itu bukan kesalahan saya. Silakan tanya ke pihak kampus."
Nada santai yang keluar dari ucapan Langit membuat Sea naik pitam. Ia meletakkan selembar surat dengan kasar tepat di depan langit. "Bukankah ini tanda tangan Anda?" tanyanya retoris, karena jelas di situ terdapat stempel perusahaan yang menandakan bahwa surat itu valid.
Langit yang tak tahu apa-apa ikut bingung. Bagaimana mungkin? Ia benar-benar tak menerima informasi apa pun.
"Saya bisa mengembalikan beasiswa Anda."
Mendengar itu, Sea tertawa sinis. "Anda, benar-benar egois! Ada tiga puluh lima orang yang beasiswanya ditarik, akan dikembalikan? Anda kira, Anda siapa? Tolong, ini bukan lelucon."
Sea yang sudah terlanjur marah, merasa dipermainkan di sini. Sudah tak terhitung berapa kali ia mengirim pesan lewat email maupun telepon, tetapi tak ada satu pun balasan yang ia terima.
"Apa lagi yang Anda permasalahkan? Saya akan kembalikan beasiswa Anda. Bukankah beres? Itu tujuan Anda ke sini, bukan?"
Dengan cepat Sea menarik segelas jus lalu menyiram rambut Langit dengan jus tersebut. "Kurang ajar!" ucapnya kasar.
Langit mundur beberapa langkah. Keempat karyawannya segera menghampiri mereka. Ya, mereka sekarang menjadi pusat perhatian.
Sea tak gentar meskipun tatapan intimidasi yang Langit layangkan membuatnya sedikit takut. "Gue bisa nuntut lo kapan pun! Gue udah berusaha baik dengan cara mengembalikan beasiswa sialan itu, tapi sekarang? Jangan harap lagi!"
"Gue enggak butuh itu, Sialan! Lo bisa kembaliin nyawa sahabat gue, nggak?" teriak Sea meluapkan semuanya. Perasaan sedih, kecewa, hancur, dan marah berbaur menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Effect
Teen FictionSea mengangguk patuh. Dengan penasaran, ia mengamati kegiatan Langit. Laki-laki itu berjalan ke arahnya, menyodorkan sebuah box yang lumayan besar. "Saya salah beli ukuran, anggap saja sedekah." Sea berdecak sembari tetap menerima box tersebut. "B...