260424♠ Merepotkanmu

1.2K 130 26
                                    

Double up hehe
Maaf mungkin kedepannya cerita ini agak bingungin, soalnya plot dipikiranku kadang berubah-ubah





Mungkin Bagi kalian Jila adalah tipe orang yang sering bercanda dan tak pernah serius, tapi dibalik itu semua dia punya sisi dewasa dan objektif yang tidak semua orang tahu.

Siapa si yang tak kesal saat diajak serius tapi ditanggapi dengan bercanda? Bukan maksud Jila kurang ajar, tapi dia tidak terlalu suka dengan suasana serius apalagi itu mempengaruhi detak jantungnya. Dia takut terluka karena berekspektasi dan berharap terlalu tinggi, makanya ia memilih menanggapinya dengan bercanda.

Seperti bagaimana saat itu Juna memujinya cantik melalui via chat, ia sampai menjatuhkan handphonenya ke lantai karena saking tak percayanya, dan lagi saat Juna memeluknya erat ditaman belakang mansion malam itu dan mengatakan bahwa Juna sangat mengkhawatirkannya, entah kenapa sejak itu Jila memandang Juna dengan cara yang berbeda.

Selama ini Jila selalu menganggap Juna hanya tukang kerja, komen dan julid sana-sini tapi dibalik itu semua Juna adalah pria matang dengan segala beban dan tanggung jawab yang ia emban dipundaknya, Jila sadar itu sejak dulu. Rasa kagumnya hanya tertutupi dengan rasa kesal karena Juna jarang pulang untuk menemui Kafael.

Ia, tidak jatuh cintakan?

"Apa-apaan itu? " Pikirnya kalang kabut selama beberapa hari ini saat sadar ada yang tidak beres dengan hatinya

Siapa yang tidak ikut hanyut saat diperlakukan lembut dan dijaga nonstop saat sakit? Yah meskipun Jila berusaha menyangkalnya dan menganggap Juna baik hanya karena ingin berbalas budi, tapi bagi Jila yang dari dulu sudah hidup mandiri, ini terlalu berlebihan. Contohnya seperti sekarang, Juna berusaha mendobrak kamar mandi saat Jila menguncinya dari dalam.

Jujur Jila sudah tidak tahan dan ingin memuntahkan semua isi perutnya, akibat proses pengeringan luka akhir-akhir ini suhu badannya sering naik turun tak terkendali, hal itu menimbulkan beberapa gejala seperti muntah, kepala pusing dan keringat dingin.

"JILA!! BIARKAN SAYA MASUK! " Paksa Juna berusaha menggedor-gedor pintu

"Hoek.. Gak usah hoek... " Ucap Jila susah payah sambil mendekap perutnya yang terasa bergulung-gulung, sudah dari tadi pagi ia terus muntah-muntah.

Awalnya Jila memohon ke dokter agar tidak usah menghubungi Juna yang sudah mulai berangkat kerja ke kantor walaupun cuma setengah hari, tapi karena dokter itu tak mau menanggung resiko murkanya sang CEO ia pun lebih mengkhianati Jila dengan menghubungi dan mengabari Juna tentang kondisi Jila yang lumayan serius.

"TOLONG BUKA ATAU SAYA DOBRAK PINTUNYA? " ancam Juna sungguh-sunggug

Daripada Juna merusak fasilitas negara, Jila memilih mengalah dan membuka pintu kamar mandi.

"Boss.. " Lirih Jila yang hampir ambruk ke lantai kalau Juna tak sigap menangkapnya

"Saya mual boss humphh.. " Lirih Jila sambil menutup mulutnya saat dirasa akan muntah, dengan segera Juna membawa Jila masuk kedalam kamar mandi lagi dan membantunya berdiri didepan wastafel dengan cara memeluk pinggang si manis dari belakang

Tanpa rasa jijik sekalipun Juna memijit tengkuk Jila dengan lembut, berusaha membuat badan Jila rilexs dan tenang agar bisa fokus mengeluarkan isi perutnya.

"Hah.. Hah.. " Jila terengah-engah setelah selesai menyelesaikan acara muntahnya, ia sedikit mendongak menatap cermin didepannya, dapat ia lihat bagaimana Juna memeluknya erat dari belakang sambil menatapnya penuh kekhawatiran dan ketakutan.

"Sudah selesai? " Tanya Juna lembut dan dihadiahi anggukan kecil dari Jila, mendapat jawaban itu Juna segera menggendong Jila ala bridal style untuk dibawa kembali keranjang

BOSS AND HIS BODYGUARDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang