Lega, satu perasaan dominan yang sekarang melingkupi relung hati Jila saat melihat Chocy berhasil kabur melalui jendela plavon ruangan tersebut, satu jam yang lalu.
Tapi didasar hatinya yang terdalam, ada perasaan takut yang tak terelakan. Tidak! Jila tak takut berhadapan dengan Rui sendirian, ia hanya takut dirinya tak selamat dan tak bisa bertemu Kafael lagi.
Kafael, iya satu orang itu yang membuat Jila berusaha kuat dan tegar hingga sekarang.
Jila tersenyum tipis saat mengingat kenangannya bersama sang kakak beberapa tahun lalu.
Ingatannya melayang ke masa lalu yang penuh dengan kenangan dan pelajaran berharga.
Saat itu Jiara masih berusia 8 tahun dan Ahlujeng berusia 28 tahun, ya mereka terpaut jauh 20tahun.
Jiara sangat membenci kedua orang tua kandung dan kakaknya, karena dirinya dibesarkan di Swiss dan dirawat oleh orang tua wali disana. Sedangkan kakak dan kedua orang tua kandungnya tinggal menetap disini.
Jiara yang saat itu masih kecil tentu marah besar karena diperlakukan tidak adil, bahkan nama besar Guatama tidak disematkan didalam identitas pengenalnya.
Meskipun begitu, setiap sebulan sekali Yuhanda, Loka dan Ahlujeng selalu datang menjenguk Jiara ke swiss. Jiara masih sangat ingat saat Ahlujeng menangis karena ia membuang kue ulang tahun ke-8 yang diberikan oleh kakaknya.
"Ra? kakak sayang sama kamu, tolong maafin kakak heum? Kamu adik kakak dan permata satu-satunya dihidup kakak" Pinta Ahlujeng
"Nggk ada kakak yang buang adiknya sendiri" Jawab Jiara dengan tatapan kosongnya
"Kakak harap suatu saat kamu mengerti Ra, kapanpun kamu punya kesulitan tolong bilang ke kakak! Kakak akan selalu berusaha ngelindungin kamu" Ahlujeng
"Oh ya, kakak mau ngasih tahu kamu, tahun ini kakak akan menikah, tolong doakan kakak ya agar semuanya lancar" Ucap Ahlujeng berusaha tegar
Mendengar itu Jiara menunduk sedih, kakaknya akan menikah tapi dia pasti tak diijinkan untuk datang, mungkin selamanya ia hanya akan menjadi bayangan semu dikeluarga Guatama.
"Selamat" Balas Jiara lalu melenggang pergi meninggalkan Ahlujeng yang kembali terisak dihalaman mansion sore itu.
---
Tak terasa dua tahun terlewati, kini umur Jiara sudah menginjak 10 tahun, Jiara tumbuh menjadi anak yang pendiam dan disegani disekolahnya, tentu saja karena dia dikenal sebagai anak dari kalangan sendok emas.
Meskipun pendiam, Jiara termasuk murid bandel yang suka berkelahi sana-sini, ia punya temprament yang sangat buruk, bahkan kedua orang tua walinya harus bolak-balik kesekolah untuk menyelesaikan masalahnya.
Kaki jenjang Jiara ia langkahkan masuk kedalam mansion, keningnya berkerut tak suka saat melihat kedatangan Ahlujeng dan kedua orang tua kandungnya.
Tanpa menyapa, Jiara hanya melewati mereka ber-3 lalu masuk kedalam kamar. Ahlujeng hanya tersenyum maklum lalu beranjak pergi untuk menyusul adiknya ke kamar.
"Kakak boleh masuk? " Tanya Ahlujeng saat pintu kamar Jiara tak dikunci
"Heem" Jawab Jiara dingin sambil memainkan rubiknya asal
"Wahh kamarmu indah sekali" Takjub Ahlujeng saat menatap dekorasi kamar Jiara yang bernuansa luar angkasa dengan perpaduan warna biru langit dan putih
![](https://img.wattpad.com/cover/367493683-288-k647510.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSS AND HIS BODYGUARDS
FanfictionNiat hati merecruit bodyguard yang bisa menjaga dan mengasuh anaknya, berujung Juna Sengga Farelie harus dibuat pusing karena tingkah bodyguardnya yang lebih bocah dari anaknya