>> 𝙎𝙩𝙧𝙖𝙬𝙗𝙚𝙧𝙧𝙮 𝘾𝙖𝙠𝙚 <<
~ Semuanya sama saja, tidak ada yang berubah ~
>>🍓<<
"Di wajibkan dengarkan musiknya saat membaca chapter ini, bisa buka youtube atau aplikasi musik lainnya"
>>🍓<<
Gempa melambaikan tangannya saat melihat kepergian mobil hitam milik kedua temannya, mereka berdua tidak bisa menemaninya karena Bibi Kuputeri meminta mereka untuk pulang cepat.
Senyuman simpul masih terbit diparasnya, ia mengeratkan totebag yang berisi barang - barang yang dibelikan oleh Blaze, Ice, dan Raja.
"Mereka terlalu baik," batinnya pelan.
Kedua maniknya menatap langit yang berubah warna menjadi jingga, gurat senja terlihat sangat indah.
Helaan napas terdengar dari mulut Gempa, ia membalikkan badannya menuju pintu rumahnya.
Badannya sudah sangat lengket karena bermain seharian, ditambah demamnya mulai meninggi karena ia lupa meminum obatnya.
Gempa menempelkan telapak tangannya pada dahinya, "Yah, sedikit demam.'
Remaja laki - laki itu memasuki rumahnya, keheningan menyambut dirinya seperti biasanya.
Padahal dulu sewaktu kecil, setiap ia pulang ke rumah pasti ada keributan yang menyambutnya pulang.
Entah itu dari kedua kakaknya ataupun dari kedua orang tuanya, walau begitu ribut tapi ia merasa memiliki arti hidup.
Sedikit gila memang, namun ia sangat menyayangi keluarganya dengan sepenuh hati.
Sejak dulu hingga sekarang, bahkan sekarang ia sendiri tidak yakin. Apakah keluarganya masih mengingat dirinya atau malah sebaliknya.
Gempa menatap beberapa figura foto yang tersampir di atas meja ruang tamu, dulu di meja ini tidak ada satupun foto yang terpajang.
Jemari Gempa mengambil salah satu figura yang terpajang, ia mengusap foto itu dengan lembut.
"Semoga Ayah, Ibu, Abang Hali sama Abang Upan sehat selalu yah. Dimanapun kalian berada, tenang saja rumah ini akan Gemgem jaga."
Sejak kedua orang tuanya bertengkar hebat, mereka mulai jarang pulang ke rumah dan lebih sering menginap di hotel.
Setiap mereka pulang akan ada perdebatan tanpa batas, saling menyalahkan satu sama lain.
Gempa sangat mengingatnya, tidak akan pernah ia lupakan hingga akhir hayatnya nanti.
Kejadian itu sangat berbekas dihatinya, semuanya terjadi begitu cepat dan ia tidak bisa mencerna semuanya dengan pemikiran anak sekolah dasar.
Saat itu, ia baru saja pulang dari bimbingan belajar sore dari sekolah. Baru saja ia sampai di ruang tamu, ia sudah melihat kedua orang tuanya bertengkar hingga bermain fisik.
Ayahnya memukul wajah Ibunya, begitu juga dengan Ibunya. Wanita yang ia panggil Ibu itu membalas pukulan Ayahnya dengan vas bunga.
Ia tidak bisa berbuat apapun, saat itu ia hanya terdiam dan tidak bisa memisahkan kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Cake
Fanfiction[Continued Story dari chapter Polaroid Terindah di Senandika] Hidup itu seperti kue Strawberry , hiasan kuenya terlihat manis dan lucu namun rasanya bisa saja asam karena buah strawberrynya. Hai, aku Gempa Renandra. Remaja awal yang hidupnya biasa...