🍓 Strawberry Cake 13🍓

777 106 67
                                    

>> 𝙎𝙩𝙧𝙖𝙬𝙗𝙚𝙧𝙧𝙮 𝘾𝙖𝙠𝙚 <<

~ Tak apa, aku baik - baik saja sejauh ini. Aku..., bisa menerima semuanya. ~

>>🍓<<

"Di wajibkan dengarkan musiknya saat membaca chapter ini, bisa buka youtube atau aplikasi musik lainnya"

>>🍓<<

Burung - burung pipit bercicit dengan merdu, saling bersahutan memberikan tanda pada semua makhluk hidup apabila mentari telah bertugas.

Menggantikan gelapnya malam beserta bintang yang menemaninya, sinar mentarinya menyinari sebagian belahan bumi dengan hangat.

Mencoba menyisihkan suhu musim dingin yang mulai menyelimuti sebagian wilayah, namun pancaran hangat sinarnya terlalu lemah.

Mencoba menembus beberapa jendela dan tirai rumah, membangunkan seseorang dari tidurnya yang terlelap.

Merasakan hal yang menggelitik pada wajahnya, remaja laki - laki itu membuka kelopak matanya yang terpejam.

Kedua iris emasnya terlihat dari persembunyiannya, berusaha mengumpulkan kesadarannya yang membuyar setelah lama tertidur.

Kelopak mata itu mengerjap dengan pelan, menyesuaikan pandangannya dengan sinar matahari yang mengenai wajahnya.

"Mimpi itu lagi?" batinnya lirih.

Remaja laki - laki itu mendudukkan dirinya, menyenderkan punggungnya pada sandaran kasur di belakangnya.

Arah pandangannya tertuju pada lukisan lusuh yang terpajang dengan bingkai putih, tersimpan rapi di atas meja belajarnya.

Sebuah lukisan anak kecil yang tidak ada nilainya sama sekali, lukian yang tidak jelas maknanya.

Masih ia ingat ingatan di balik lukisan itu, seorang anak kecil yang sedang memendam perasaan sedihnya yang tidak ada harganya.

Tanpa sadar Gempa mengepalkan tangannya, kenangannya dulu saat ia membuat lukisan itu menjadi lusuh dan tersobek - sobek.

Saat orangtuanya membawa kedua kakaknya pergi berlibur, ia ditinggalkan sendirian tanpa siapapun yang menemaninya.

Oh, ada.

Kesepian itu selalu menemaninya dalam diam, memeluk dirinya dengan erat untuk menghibur perasaannya.

Saat Gempa kecil melihat pintu rumah itu tertutup rapat, kepalan tangan anak kecil itu terbuka dengan lemah.

Lukisan yang telah dibuat sebelumnya dengan menyalurkan perasaannya pun telah hancur, netranya menatap lukisan itu dengan tatapan kosong.

Gempa kecil tidak menangis, malahan wajah manis itu tersenyum tipis. Kedua tangan anak kecil itu meremat kembali kertas lukisan di tangannya, menyalurkan perasaannya yang sedang tercampur aduk.

Ia tidak tahu jenis perasaan apa yang sedang menyapanya, anak kecil itu merobek kertas lukisannya pada bagian gambaran dirinya.

Ia membuang sebagian kertas yang terlukis kedua orangtuanya dan kedua kakaknya, tersisa gambaran dirinya dengan namanya.

"Ini baru lukisan yang benar, Gem dengan diri Gem sendiri. Hehe, ayo bermain bersama!"

Strawberry CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang