Senja Kala Itu

93 7 2
                                    

Dokumentasi yang paling berharga bukanlah foto atau video, melainkan ingatan yang tak akan pernah terlupakan.

☆☆☆

Teriakan bergembira anak-anak komplek kembali terdengar hingga ke dalam rumah. Mereka yang bermain dengan hati riang selalu menjadi tontonan yang tak terlewatkan, baik salah satu mereka atau bahkan seluruh penghuni rumah itu.

Seperti halnya di sore ini, Khansa duduk di atas kursi kayu dengan ditemani secangkir kopi dan keripik pisang. Karena dibalik gerbang rumahnya terdapat jalanan komplek yang memang sering di jadikan tempat bermain anak-anak kecil, Khansa yang berada di teras rumah langsung dapat melihat banyak anak kecil bermain bersama.

Khansa yang sedang melamun tiba-tiba disadarkan ketika Kai menepuk pelan bahunya. Khansa reflek menoleh dan melihat Kai dengan rambutnya yang masih setengah basah dan handuk yang tersampirkan di bahunya. Wangi sabun aroma mint  langsung tercium jelas di hidungnya.

"Wah, lo pakai sabun gue lagi ya?" tanya Khansa dengan ekspresi menebak

"Kaga njir," jawab Kai sedikit panik

"Jangan bohong, badan lo aroma mintnya kecium banget," tuduh Khansa berusaha memojokkan.

"Hidung lo tajam banget dah. Perasaan gue cuma dikit pake sabun lo," jawab Kai jujur.

"Lagian sabun wangi lemon punya lo mana? masa udah habis aja," tanya Khansa sembari memakan keripik pisang buatan kakaknya.

"Gue nggak sengaja tumpahin sabunnya. Cuma ada sabun lo disitu jadi gue pakai lah, masa gue mandi ga pakai sabun," tutur Kai menjelaskan.

"Bodoh bener dah anying," ejek Khansa sembari terkekeh senang.

Kai hanya diam membisu dan duduk di kursi kayu sebelah Khansa. Tak ada obrolan di antara mereka berdua, hanya menikmati cemilan sembari menonton permainan anak-anak di sekitar mereka. Sampai akhirnya Kai memecah keheningan setelah 5 menit sunyi.

"Gue bingung, kok jodoh gue masih belum ketemu dah," tanya Kai menunggu jawaban dari Khansa.

"Jodoh emang udah ditentukan Tuhan, lo tinggal usaha untuk carinya, gapapa kalau lo mau berlabuh dari satu dermaga ke dermaga lain, tapi jangan pernah buat dermaga itu ga layak lagi untuk kapal lain," jawab Khansa penuh nasehat dengan keripik pisang di tangannya.

Kai hanya mengangguk-anggukan kepalanya paham. Kai memang sudah beberapa kali memiliki pacar dan akhirnya putus juga, untuk saat ini, ia sedang menjalani hubungan dengan Thalia, adek tingkatnya di kampus.

"Gue kira otak lo isinya ngejailin orang doang jir, ternyata bisa untuk mikir juga" batin Kai.

Khansa yang sudah suntuk diluar memutuskan untuk masuk sendirian dan membiarkan Kai di luar.

Di dalam rumah, terlihat di atas sofa putih panjang, tiga orang termuda duduk dan menonton film horor di TV. Sebenarnya tidak semuanya benar- benar menonton film, Anan yang juga duduk di situ memilih bertukar pesan dengan Lulu, partner olimpiadenya semasa SMP dan SMA.

Sementara kedua adiknya yang lain sudah dari tadi menutup tubuhnya dengan selimut bergambar Tayo. Lio yang asik menertawai wajah ketakutan milik Aji, dan si bungsu yang sudah ketakutan setengah mati. Jika saja Kak Rei tidak cekatan menjewer telinganya, mungkin sofa akan hancur karena Khansa akan melompat ke atasnya.

Kak Rei menarik keji telingannya bukan karena niat nekatnya, melainkan sebab buku-buku novel Kak Rei yang awalnya tersusun rapi menjadi acak-acakan karena ulah Khansa yang tidak disengaja.

Khansa tadi siang memang berniat meminjam salah satu novel milik Kak Rei ketika ia belum pulang dari Supermarket, tapi naasnya, susunan buku yang tersusun rapi harus jatuh ke lantai. Khansa tidak berbohong, niatnya tadi setelah makan siang ia akan merapikan buku novel Kak Rei. Tapi takdir apa lah dikata, niat baik itu sayangnya tak terlaksana sebagaimana mestinya.

Saudara Tak SedarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang