"Setidaknya, hidupku di masa lalu sempat merasakan kebahagiaan"
☆☆☆
Pantai sore itu cukup dapat terbilang ramai. Banyak keluarga dan sepasang kekasih yang memutuskan berlibur bersama. Teriakan bergembira terdengar di telinganya. Berbeda dengan orang-orang di sekitarnya, kak Rei berkunjung ke pantai ini seorang diri.
Ia berjalan di atas pasir pantai yang tak terasa panas. Angin yang berhembus membuat tubuhnya yang diselimuti handuk itu menggigil kedinginan. Beberapa waktu sekali, kak Rei akan selalu pergi sendirian kemanapun ia mau.
Rambutnya yang semula basah perlahan kering karena sinar matahari. Ember hitam berukuran kecil yang dibawanya telah terisi oleh beberapa makhluk hidup laut. Sebenarnya, kak Rei tidak pernah ingin kembali ke sini.
Disini, tempat ia kini berpijak, telah menyimpan sebuah kenangan indah. Setidaknya menjadi satu-satunya peristiwa yang selalu ia kenang. Masa dimana keluarganya masih utuh dan bahagia.
Menatap kebersamaan keluarga di sekitarnya tentu membuat kak Rei sedikit merasa iri. Di lain sisi, pemuda itu juga berdoa agar kekeluargaan sekelompok orang itu tak terpecah seperti yang dialaminya.
Kak Rei selalu bersyukur telah memiliki keluarga baru yang lebih baik. Walau tak terdiri atas ayah, ibu, dan anak seperti pada umumnya, nama-nama mereka selalu ia panjatkan dalam doa.
Senyum tipis terbit dari wajahnya. Mengingat bagaimana kisahnya dengan 7 sahabatnya itu membuatnya merasa senang. Sampai ketika teriakan seorang wanita paruh baya memecahkan fokusnya.
"TOLONG, ANAK PEREMPUAN SAYA TENGGELAM DI SANA!" jerit seorang wanita paruh baya dengan tangan yang terus menunjuk di satu titik.
Kak Rei dengan sigap melepaskan ember hitam dan handuk miliknya. Tangannya melempar kedua barang itu ke segala arah. Ia melompat ke dalam air dengan ekspresi panik. Laut yang surut tentu membuatnya berpikir akan mudah untuk menyelamatkan seorang gadis kecil.
Sayangnya, dugaan kak Rei salah besar. Ombak tak disangka menerpa tubuhnya berkali-kali. Sampai pada akhirnya, ketika posisi dirinya dan gadis kecil itu udah amat dekat, ombak paling keras menerpa tubuhnya.
Kepalanya terbentur oleh batu besar di belakangnya. Kak Rei seperti tak merasakan sakit lagi. Tubuhnya seolah-olah kebas dan mati rasa. Alih-alih meringis, kak Rei malah terdiam selama beberapa detik.
Kecelakaan itu ternyata dapat membuat pikirannya mengingat kembali sesuatu yang telah berusaha ia lupakan. Di masa kelam dan hancur dirinya.
Ketika bidadari dunianya meninggalkan dirinya, ayahnya memutuskan menikah lagi, memperoleh tindakan kekerasan dari wanita yang dibencinya, sang adik tewas dengan mengenaskan di hadapannya, sempat dituduh menjadi pelaku pembunuhan, dan kakak tertuanya pergi meninggalkan dia seorang diri.
Semua hal buruk itu terputar kembali berulang ulang seperti kaset video yang rusak. Seolah-olah ia hidup hanya dalam beberapa menit. Kak Rei dengan susah paya mencapai tangan gadis di dekatnya itu.
Tangannya memeluk pinggang gadis kecil itu dan menariknya ke atas. Petugas keselamatan yang sedang berada di atas ban segera menghampiri mereka. Tubuh gadis itu pucat dan sedikit membiru ketika sudah dibaringkan di atas pasir pantai.
Semua orang bertepuk tangan akan aksi heroiknya. Mengapresiasi kebaikan dan keberanian seorang pemuda. Kak Rei hanya tersenyum tipis dengan selimut yang menutupi tubuh menggigilnya.
Tiba-tiba rasa sakit menyerang kepalanya. Perih menjalar ke seluruh tubuhnya. Kak Rei menyentuh bagian kepalanya pelan. Seketika itu juga, tangan kanannya sudah dipenuhi darah. Cairan merah itu perlahan mengalir di wajah tampannya.
Kesadarannya menghilang hanya dalam sekejap mata. Atensi orang-orang langsung tertuju padanya. Petugas keselamatan dengan sigap membaringkan tubuh pemuda itu di atas tandu dan membawanya ke dalam ambulan. Kak Rei yang pingsan telah dilarikan ke rumah sakit.
***
Khansa berlari di lorong bangunan serba putih itu. Ia menoleh ke kanan dan kiri mencari kamar dimana dirawat. Ketika ia melihat salah satu pintu kamar bertuliskan beberapa angka yang telah dikatakan oleh sang resepsionis, ia masuk ke kamar itu tanpa pikir panjang.
Khansa memandangi tubuh kak Rei yang terbaring lemas di atas ranjang. Terdapat perban di kepala kecil itu. Ia tersenyum tipis sambil menghampiri kak Rei. Tangan dingin kak Rei digenggamnya.
Ekspresi khawatir tak dapat ia sembunyikan. Bayangkan saja, ia baru pulang dari rumah sang kekasih ketika seorang pemuda asing menghubunginya dan mengatakan bahwa sahabatnya mengalami kecelakaan.
Dengan kecepatan tinggi, ia melajukan motornya dengan tergesa-gesa. Tubuhnya dibasahi oleh keringat. Kai masuk ke kamar tanpa tahu ada Khansa di dalam.
"Lah, cepet banget lo udah sampai sini," tukas Kai mengejutkan Khansa.
"Aelah, lo hobi banget bikin orang serangan jantung," keluh Khansa memegang dada ketika ia sudah duduk di sofa.
Kai yang diberi keluhan seperti itu malah tertawa. Ia duduk di sebelah Khansa dan menyadarkan kepalanya ke bahu pemuda itu. Khansa tentu menolak tingkah manja sahabatnya.
Ia hendak menggeser tubuhnya ketika Kai dengan sigap menahan tangannya. Khansa ingin memberontak tapi apalah daya, sebesar apapun usahanya, kekuatan otot Kai tetap akan mustahil untuk dilawan.
Pada akhirnya, Khansa hanya mampu pasrah dan mulai memainkan ponsel miliknya. Sembari menunggu kak Rei bangun dari pingsannya, Kai memilih beranjak dari sofa.
Ia berjalan ke arah pintu keluar. Khansa reflek menoleh ketika bunyi decitan pintu terdengar. Tubuh tegap Kai tengah memunggunginya. Ia membalikkan badannya ketika Khansa bertanya.
"Kai, lo mau kemana?" tanya Khansa berhenti memainkan ponselnya.
"Kantin rumah sakit, lo mau nitip ga?" jawab Kai menawarkan bantuan.
"Gue ikut aja deh, takut juga sendirian doang di sini," ujar Khansa beranjak dari sofa empuk yang didudukinya.
"Cih, lemah banget lo," ledek Kai tersenyum meremehkan.
"Kata orang yang nonton film horor, malah teriak-teriak ketakutan mulu," Khansa balas meledek.
Kai yang diejek seperti itu bukannya melawan, ia malah terdiam membisu begitu saja. Tidak adanya jawaban dari Kai membuat Khansa tertawa terbahak-bahak.
"Lagian kok lo takut sih nonton film horor? lo kan bisa lihat 'mereka', lebih jelas lagi," tanya Khansa di sela tawanya.
"Tetep aja gue bakal kaget kalau mukanya langsung depan gue," jawab Kai memandang tidak nyaman ke sekitarnya.
"Udahlah, gausah lagi diomongin," lanjut Kai berusaha mengganti topik pembicaraan.
Khansa yang mendengar penuturan Kai lantas menganggukan kepalanya paham. Perjalanan mereka menuju kantin rumah sakit terasa sunyi.
Bersambung ke bab selanjutnya...
Haaii everyooonee <3
masa perkenalan cowo² cakep ini udh selesai xixixi, jadi bab selanjutnya udah masuk jalan cerita. Sebenarnya perkenalan mereka juga termasuk sih.
POKOKNYAA GITUU DEEHH, DADAAHH GUYSSSS, SEEE YOOUU ♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Tak Sedarah
RandomRumah berlantai dua dengan 6 kamar itu adalah milik mereka yang memutuskan saling menjaga dalam suka maupun duka. Inilah mereka, 7 orang bersaudara walau darah yang mengalir di dalamnya tak sama. FYI: I chose Nct Dream members to be the visualizati...