Anak Kecil

10 2 0
                                    

Sepasang kekasih itu menaiki motor milik Khansa. Tas kecil berisi bekal dimasukkan ke bagasi motor. Kendaraan itu dilajukan menembus padatnya jalan raya.

Angin menyentuh kulit halus mereka berdua. Cardigan berwarna merah muda telah menyelimuti Ravisha. Tangan gadis itu memeluk lelaki di hadapannya dari belakang.

Senyum Khansa mengembang di balik kaca helm. Ia semakin melajukan motornya agar segera tiba di tempat tujuan. Ravisha sungguh menikmati pemandangan di sekitarnya.

Gemerisik pohon terdengar sedikit berisik. Beberapa genangan air yang sudah dari lama ada disana. Kucing kecil yang tiba-tiba hendak menyebrang membuat Khansa menghentikan motornya mendadak.

Makhluk mini seperti tidak menyadari bahwa banyak orang yang menanti kepergiannya dari jalan itu. Ia berjalan dengan kecepatan yang lambat. Ravisha meminta izin pada Khansa untuk turun dari motor sebentar.

Gadis cantik itu mendekati kucing kecil yang langsung menoleh ke arahnya. Sedikit mengeong seakan menyapa dengan ekor yang bergerak ke kiri dan kanan.

Ia mengangkat kucing itu dengan penuh kasih sayang. Dengan berhati-hati, ia membawanya ke pinggir jalan. Mengelusnya sebentar lalu beranjak pergi.

Banyak pasang mata menatapnya. Tatapan mereka seakan mengatakan 'terima kasih telah menjadi salah satu dari sekian orang baik yang pernah ada'.

Sekumpulan orang itu bertepuk tangan bangga. Mereka bersorak kecil dengan riangnya. Kemudian melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan masing-masing.

Ravisha menemui Khansa dan motornya yang telah terparkir di pinggir jalan. Ia memeluk sang kekasih dengan hangat. Ravisha tersenyum tipis ketika Khansa mengelus rambutnya.

Usapan itu selalu membuat Ravisha merasa nyaman. Ia menyayangi pemuda di hadapannya ini lebih dari siapapun kecuali ayah dan abangnya. Tangan Khansa merangkul pinggangnya dan membantunya naik ke atas motor.

Khansa kembali menghidupkan mesin dan mengendarai motornya itu untuk tiba di danau. Hati Ravisha menghangat, ia senang sekali membantu hewan dan orang lain.

Selama perjalanan berlangsung, senyumannya tak pudar sedikitpun. Selalu ada alasannya untuk tersenyum. Ia amat dicintai oleh orang-orang di sekitarnya.

Keduanya tiba di pintu masuk taman pukul 11 siang. Dengan tangan yang tertaut, sepasang kekasih itu berjalan melewati sebuah pohon besar.

Aroma dedaunan langsung tercium di hidung Khansa. Tak ada pembicaraan di antara keduanya. Hanya fokus pada pikiran masing-masing.

Terdapat beberapa tupai yang hinggap dari pohon ke pohon lain. Daun berguguran karena tertiup angin. Tak terasa, udara sudah semakin dingin saja.

Banyak orang yang mengambil tempat bagus untuk berfoto. Mulai berpose dan tersenyum ke arah kamera. Ravisha melihat itu sedikit tertawa karena mendengar percakapan lucu mereka.

"Isha, kamu mau aku fotoin ga?" tanya Khansa menatap wajah Isha sembari terus berjalan.

"Gausah deh, nanti malah kelamaan," jawab Ravisha jujur.

"Nggak kelamaan kok, biar kamu ada kenang-kenangan disini. Disitu aja, pemandangan di belakangnya bagus," saran Khansa menunjuk jembatan dengan pemandangan sungai mengalir di belakangnya.

"Iya, makasih ya Asa," Gadis itu tersenyum penuh keceriaan.

Khansa sedikit tertegun mendengar nama panggilan itu. Sudah beberapa bulan sejak nama itu terakhir dikatakan. Khansa tersenyum lalu mengelus pipi kekasihnya.

"Iya cantik, sama-sama," tutur Khansa menarik tangan itu lembut.

Mereka berjalan ke tempat yang diinginkan. Khansa meminta Ravisha untuk sedikit menjauh dari kamera. Setelahnya, Ravisha berdiri dengan tangan yang membuat bentuk love.

Saudara Tak SedarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang