Hujan Yang Menyerbu

18 4 0
                                    

Sebanyak apapun materi yang dimiliki, akankah mereka mempunyai kegigihan dan rasa bersyukur layaknya anak lelaki itu?

☆☆☆

Waktu pembelajaran kuliah sudah berakhir sejak satu jam lalu. Tetapi Khansa masih berada di parkiran kampus menunggu sang kekasih pulang. Ravisha dan segala kesibukannya di organasi baru saja keluar dari gedung kampus. Awan mendung menutupi langit dan tetesan air hujan mulai turun sedikit demi sedikit

Ravisha dengan tergesa-gesa berlari ke tempat Khansa berada. Ketika Ravisha tiba di parkiran kampus, ia malah melihat Khansa yang hanya berdiri tegak dengan tangan yang dilambaikan kearahnya. Tanpa pikir panjang, Ravisha menghampiri lelaki dengan paras tampan itu.

"Selamat sore, isha. Gimana harinya? ada masalah ga hari ini?" tanya Khansa dengan tangannya yang menepuk pelan kepala kecil di hadapannya itu.

"Ada, tapi dikit doang. Masalahnya cuma tadi siang ayah datang lagi ke rumah," jawab Ravisha dengan wajah yang sedikit murung.

"Terus? kamu sama bunda gapapa kan?" Khansa kembali bertanya dengan raut wajah yang semula senang menjadi panik.

"Aku sama bunda gapapa kok, ayah tadi cuma bawain bingkai foto keluarga kami yang dulu. Kata ayah, istri barunya ga suka ada bingkai keluarga lama ayah di rumah mereka," tutur Ravisha menjelaskan hal yang terjadi pada Khansa.

Khansa sungguh khawatir, mengingat bagaimana perilaku ayah sang kekasih kepada Ravisha dan ibunya dahulu membuat Khansa takut pria paruh baya itu akan mengulangi tindakan kejahatan yang sama.

Ravisha menjadi korban kekerasan sejak kecil, begitu juga ibunya. Sang ayah sering sekali mengajak selingkuhannya ke rumah dahulu. Jika ayahnya tidak menang dalam permainan judi yang digemarinya, Ravisha akan langsung dijadikan samsak tinju untuk melampiaskan amarah.

Ketika tahun 2016 awal, Ibu Ravisha memilih untuk bercerai dengan suaminya. Saat itu adalah masa-masa paling terpuruk dalam hidup Ravisha. Di umurnya yang ke-15, banyak permasalahan yang datang, mulai dari keluarga, pertemanan, bahkan percintaan.

Sempat terlintas di pikiran Ravisha untuk menghabisi dirinya sendiri dan dengan kuasa Tuhan, semuanya kembali membaik. Ayahnya yang sudah menyerah mengganggu kehidupan mereka, pindah ke sekolah baru, dan hubungan percintaan yang membaik menjadi titik terang dalam kehidupannya.

"Isha? kamu jangan melamun terus," tegur Khansa dengan nada bicara lembut dan memasangkan helm di kepala Ravisha.

"Eh maaf-maaf, kamu mau makan dulu ngga sebelum pulang? aku lagi laper nih," tanya Ravisha dengan kekehan kecil ala gadis itu.

"Makan dulu ya, bakso kayaknya enak," saran Khansa dengan tangan yang dilipat di depan dada.

"Bakso aja, aku juga lagi pengen makan bakso," tutur Ravisha menerima ulasan tersebut.

"Yaudah, bakso pak Tarno aja mau?" tanya Khansa menaiki motor hitam miliknya.

Ravisha hanya mengangguk kecil lalu naik ke atas motor perlahan-lahan. Motor langsung dilajukan ketika mereka berdua tidak merasa ada yang tertinggal. Jalanan raya yang cukup sepi membuat motor Khansa dapat melaju lebih kencang.

Hujan semakin deras turun, dan untungnya, sepasang kekasih itu sudah sedari tadi mengenakan jaketnya. Tetesan air hujan yang datang berhamburan membuat udara sekitar semakin dingin.

Saudara Tak SedarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang