Pergi Bersama

8 3 0
                                    

Di suatu sore, Anan mencari dompetnya yang entah hilang kemana. Ia mencari ke seluruh penjuru rumah. Lio yang sudah jengah memilih untuk duduk di kursi.

Rencananya, mereka akan pergi berbelanja ke supermarket di salah satu kota besar. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Anan keluar dari rumah.

Ia membawa tas selempang berwarna coklat dan mengalungkan benda itu di lehernya. Kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil kunci. Ia berteriak ke dalam rumah untuk meminta izin.

"Bang, gue izin pakai mobil lo yang warna putih ya! nanti gue bawain kopi susu kesukaan lo," Anan berteriak dan melangkahkan kakinya ke garasi yang sudah terbuka.

"Iya, hati hati di jalan," sahut bang Madi dari ruang tamu.

Anan dan Lio masuk ke dalam mobil. Pemuda yang lebih tua duduk di kursi kemudi dan Lio duduk di sebelahnya. Menyetel beberapa lagu kesukaan mereka.

Mesin mobil itu dinyalakan. Anan mengeluarkan mobilnya dari garasi. Ia mulai melajukan kendaraan itu ketika mereka mulai meninggalkan halaman rumah.

Lio mengambil salah satu jajanan kemasan dari kursi penumpang di belakang. Ia membuka bungkus jajanan itu dan memakannya.

Tak ada pembicaraan di antara keduanya. Anan yang sibuk menatap lurus jalanan dan Lio menikmati pemandangan dengan jendela sedikit terbuka.

Ia berhenti menguyah ketika mobil mendadak berhenti karena lampu merah. Matanya tertuju pada minimarket dengan spanduk diskon yang terpasang.
Ia sedang fokus melihat dua orang yang sedang duduk di atas kursi besi.

Mereka bersenda gurau bersama. Sang pemuda memberikan satu kantong plastik berisi coklat dan susu dengan varian rasa hazelnut.

Seorang gadis di hadapannya terdiam sejenak, lalu mengambil plastik itu. Ia berdiri dan membungkukkan badannya hormat. Gadis itu memilih masuk kembali ke dalam minimarket untuk membeli sesuatu.

Pemuda itu pergi naik ke atas motornya dan pergi dari situ. Lio mengenal persis wajah gadis cantik itu. Gadis yang dilihatnya tadi adalah Ravisha.

Tangannya mengepal dan menunjukkan semburat merah. Ia merasa amat marah pada pacar sahabatnya itu. Lio memilih diam dan memendam emosinya sendiri.

Mobil berjalan kembali ketika lampu merah sudah lenyap diganti lampu hijau. Perpaduan warna yang kontras muncul di langit siang itu.

Memang hujan baru saja selesai turun sekitar satu jam yang lalu. Membuat pelangi dapat muncul dan merubah raut wajah Lio yang semula kesal.

Bibirnya membentuk lekungan yang indah. Ia meminta izin untuk memotret pelangi menggunakan kamera milik Anan. Ia membidik objek itu dengan perlahan lalu memotretnya.

Mengambil album kecil bertuliskan "wonderland"  dengan warna emas yang mendominasi. Lio membukanya dan memasukkan hasil jepretannya yang telah dicetak.

Lio menoleh ke samping,"Kak, kalau pacar lo ternyata belum move on dan malah ketemuan sama mantannya, lo marah ga?"

Anan terdiam sejenak. Berusaha memikirkan alasan mengapa sahabatnya menanyakan hal itu.

"Iya lah, tapi gue ga bakal nyakitin pacar gue," jawab Anan enteng

"Terus, kenapa lo nanyain itu?" Anan kembali bertanya alasan Lio.

"Gue tadi lihat kak Isha sama mantannya yang pernah diceritain bang Khansa," jawab Lio menunduk dalam-dalam.

Ekspresi Anan berubah drastis. Emosinya perlahan naik dan mulai mendidih. Ia memukul setir dengan tangan kiri. Tatapan matanya berubah menjadi lebih menakutkan.

Saudara Tak SedarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang