Anan sedang memasak ketika Khansa masuk ke dalam rumah. Khansa melepas sepatunya dan meletakkannya di rak kecil di dekat pintu. Ia menghampiri Anan yang tidak menyadari kedatangannya.
Dengan sengaja, ia berjalan ke dapur perlahan-lahan. Pemuda itu menepuk bahu Anan sehingga membuat ia terkejut. Jari telunjuknya tersayat pisau ketika sedang memotong wortel.
Anan meringis kecil dan berlari ke ruang tamu untuk mengambil tisu. Ia membersihkan tetesan darah yang keluar. Tisu putih itu kini dipenuhi oleh bercak darah.
Ia mengambil kotak P3K dari atas lemari di dekat sofa. Walau sedikit kesusahan, Anan berhasil menggapai kotak itu. Ia meletakkan kotak putih itu di atas meja dan membuka penutupnya.
Anan mengambil perban putih lalu membungkus jari telunjuknya. Ia kembali ke dapur dan meninggalkan kotak itu dalam kondisi terbuka. Matanya menatap tajam ke arah Khansa.
"Kenapa sih lo hobi banget buat orang kaget?!" bentak Anan yang merasa kesal dengan tingkah Khansa.
"Maafin gue ya, nan. Gue ga ngira jari lo bakalan kesayat pisau," pinta Khansa meminta maaf dengan sungguh.
Anan tidak membalas perkataan Khansa. Ia berjalan ke tempatnya semula. Kembali melakukan kegiatan yang sempat tertunda. Ia menyalakan kompor dan meletakkan panci berisi air di atasnya.
Memasukkan berbagai bumbu masakan dan sayur-sayuran. Daging sapi yang sudah dipotong kecil-kecil pun turut dimasukkan. Khansa berjalan ke kamarnya di lantai dua. Membuka pintu ruangan yang dominan putih itu.
Terdapat bingkai foto Khansa dan keluarganya. Meja belajarnya sedikit berantakan karena tidak dibereskan dari kemarin. Ia merapikan buku-buku novel yang tersusun di rak.
Khansa membuka lemari bajunya dan mengambil kaus berwarna putih beserta celana pendek hitam. Ia membawa pakaian berwarna monokrom itu ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, Khansa keluar dari ruangan itu. Rambutnya lepek dan badannya yang sedikit menggigil. Ia berjalan turun ke lantai satu dengan handuk di tangannya yang sibuk mengeringkan rambut.
Ternyata, bang Madi sudah tiba di rumah ketika ia pergi mandi tadi. Tampak bahwa pemuda itu sudah terbaring di atas kasur. Lengannya menutupi sebagian wajahnya.
Khansa mendekati sahabatnya itu dan duduk di sebelahnya. Ia mengambil remote televisi dari atas meja. Memilih siaran selama beberapa saat lalu diam membisu karena asik menonton.
Berbeda dengan kedua sahabatnya yang sedang bersantai, kini Anan telah menyediakan makan malam bagi mereka. Ia meletakkan satu panci berisi sup hangat di atas meja lalu membagikannya ke tujuh mangkok yang sama.
Ia juga meletakkan piring berisi telur dadar sebanyak tujuh.Tak lupa ia menyediakan satu teko teh manis dan beberapa gelas. Ia menata makanan dan minuman itu dengan rapi di atas meja makan.
"Bang Madi, Khansa, sini ke meja makan. Makan malam udah siap nih," teriak Anan memanggil keduanya.
Melihat kedatangan kedua sahabatnya itu, Anan malah memilih menjauh dari meja makan. Tentu saja hal itu menimbulkan tanda tanya bagi Khansa dan bang Madi.
"Lah? Lo mau kemana, nan?" tanya Khansa menatap kepergian Anan.
"Bangunin kak Rei," jawabnya singkat.
Khansa hanya menganggukkan kepalanya paham, begitu juga bang Madi. Keduanya duduk di kursi meja makan dan menunggu kedatangan sahabatnya yang lain.
Mereka menoleh bersamaan ketika suara ketukan pintu terdengar. Tampak seorang pemuda mengenakan kemeja kotak-kotak birunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Tak Sedarah
RastgeleRumah berlantai dua dengan 6 kamar itu adalah milik mereka yang memutuskan saling menjaga dalam suka maupun duka. Inilah mereka, 7 orang bersaudara walau darah yang mengalir di dalamnya tak sama. FYI: I chose Nct Dream members to be the visualizati...