signatura [7]

180 31 13
                                    

Pria manis itu memutuskan untuk mengisi waktu dengan menyendiri di halaman belakang rumah Hyunjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pria manis itu memutuskan untuk mengisi waktu dengan menyendiri di halaman belakang rumah Hyunjin. Ibu sudah memberitahu bahwa Hyunjin akan pulang tak lama lagi dari kantor, mungkin Ibu berpikir dengan hadirnya Hyunjin mampu sedikit mengobati luka yang orang tua Felix torehkan padanya. Matanya menatap nanar pada kedua tangannya, hembus nafasnya seolah mewakili bagaimana perasaan dalam relungnya saat ini. Sesak, seolah masih tak percaya atas apa yang terjadi.

Sosok lelaki yang selama ini menjaga dirinya, yang selama ini ia elu-elukan kehadirannya sebagai seorang contoh pertama, kini membentengi diri entah atas dasar apa selain pertentangan yang Felix tuturkan. Mama, wanita itu juga ikut membatasi komunikasi dengan Felix. Padahal selama ini, Mama menjadi orang yang paling khawatir ketika berjauhan dengan dirinya. Apa yang membuat semua ini berubah hanya dalam sekejap mata? Akankah keadaan ini akan membaik setelah pernikahan itu terlaksana? Atau akan tetap seperti ini?

Tangannya saling bertaut, air matanya kembali turun mengingat hal yang begitu membekas dalam ingatan dan hatinya. Tak peduli dengan rintik hujan yang mulai membasahi bumi, fokusnya masih pada ingatan hari itu, Felix hancur. Felix kehilangan tempatnya pulang.

"Sudah mulai hujan, kenapa nggak masuk ke dalam?"

Suara yang tiba-tiba muncul di sampingnya tentu membuat Felix sedikit terkejut. Matanya membelalak kala mendapati Hyunjin duduk di sebelahnya. Pria itu selalu terlihat mempesona, terlihat tenang, terlihat tidak memiliki beban dalam benak pikirnya. Felix lantas menggeleng menjawab pertanyaan sang calon suami.

Sebenarnya, jauh di dalam hati Hyunjin, pria itu mati-matian menahan diri untuk tidak membiarkan pikirannya mengubah sosok di depannya dengan sosok perempuan yang ia rindukan hadirnya. Matanya beberapa kali berkedip, memohon pada hati supaya tidak memberi bayangan Jiwoo disini. Mereka berdua jelas orang yang berbeda. Felix dan Jiwoo, mereka berbeda.

Suasana, peristiwa, kenapa begitu sama dengan beberapa tahun lalu? Kala Hyunjin menemani teman gadisnya itu duduk di suatu sore, berbincang banyak hal terutama tentang masa depan, saling melempar tawa hingga matahari terbenam pun tiba. Deja vu, itu yang Hyunjin rasa.

"Hyunjin? Kenapa ngelamun?"

"Ah, bukan. Masuk ke dalam ya, kamu bisa sakit kalau kelamaan disini. Sebentar lagi kita punya acara sakral tau."

Pernikahan.

Dengan senyum hangat, Hyunjin meluluh lantahkan hati Felix. Pria manis itu bangun dari duduknya lalu berjalan bersama menuju kamar yang berada di lantai dua. Namun, tepat sebelum kedua tungkainya berjalan menaiki anak tangga, suara bariton lain terdengar mengisi ruang indra. Ayah baru saja kembali dari kantornya, disambut hangat oleh Ibu yang langsung memberi peluk lalu membawakan tas Ayah.

Felix tak ingat kapan terakhir kali melihat pemandangan itu, karena Mama dan Papa adalah dua orang yang sama-sama sibuk dalam dunia pekerjaan. Melihat hal itu, tiba-tiba sesuatu dalam hatinya tergerak, mulutnya seolah ingin bersuara namun batinnya menahan.

[1] Life With You | HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang