signatura [9]

189 31 4
                                    

─────── ⸙ ───────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


─────── ⸙ ───────

Sudah hampir seminggu mereka berdua menjalani kehidupan baru yang dinamakan pernikahan. Tidak ada berbeda, semua yang mereka lakukan hampir sama seperti sehari-harinya. Hyunjin yang akan pulang ke rumah sebelum pukul sembilan malam, sementara Felix akan kembali pukul enam sore tepat. Meskipun sudah menikah, Hyunjin sama sekali tidak melarang atau meminta Felix mundur dari pekerjaan dan berdiam diri di rumah. Hyunjin tahu, Felix pasti membutuhkan kesibukan ketimbang harus banyak melamun dan memikirkan hal menyakitkan.

Seperti di akhir pekan ini, Felix sudah lebih dulu berjalan pulang ke rumah mereka yang terletak di perumahan pinggir kota. Hyunjin memang memiliki rumah disana, yang katanya menjadi rumah tenang kala sibuk pekerjaan tidak bisa dihindarkan. Kedua tungkai panjangnya berjalan melewati sebuah taman dengan beberapa anak kecil disana, sedang bermain bersama para orang tua mereka, hanya melihat saja sudah berhasil membuat hati menghangat sepenuhnya.

Tidak memutuskan untuk meneruskan perjalanan, Felix memilih untuk duduk di salah satu bangku kayu di dekat taman. Mengamati pemandangan keluarga kecil yang tak jauh darinya, sambil sesekali menatap pada langit yang mulai gelap. Dalam ingatan Felix, pria itu sulit menemukan memori masa kecilnya. Entah mengapa hanya bisa mengingat masa dimana ia masuk di kelas empat sekolah dasar.

Sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa sadar seorang pria telah duduk di sampingnya. Mengambil sisa bangku di samping Felix untuk mengistirahatkan tubuhnya. Desahan halus itu pun yang menyadarkan Felix dari lamunan. Ia tersenyum menyapa lalu dibalas anggukan sopan dari pria di sebelahnya. Satu yang Felix tangkap dari pria itu, ia memakai cardigan putih tebal untuk menutupi perut besarnya.

Jika tidak salah tebak, mungkin saja dia tengah berbadan dua?

Merasa perutnya ditatap, pria itu mengelus perlahan perutnya lalu tak sengaja saling bertemu pandang dengan Felix.

"Umurnya sudah hampir tujuh, aku sedikit keberatan bawa dia kemana-mana." Kata pria itu.

"Pasti sulit ya?"

Sambil menghela napas, pria itu menjawab pertanyaan Felix. "Awalnya, iya. Saat aku tahu bahwa aku membawa kehidupan lain dalam perutku, aku merasa hancur. Seiring berjalannya waktu, aku menerima dia hadir disini dan itu membantuku merasa mudah."

"Kamu sendiri disini? Dimana Ayahnya?"

Bukan jawaban yang Felix dapat, hanya sebuah gelengan kecil dari si pria sambil menunduk malu. Matanya menatap perut dengan nanar, merasakan sakit dari hati yang tiba-tiba datang menyapa dirinya. Lantas, Felix menyadari bahwa pria ini sedang berjuang seorang diri dalam menjaga kehidupannya dan yang ada dalam perutnya itu.

[1] Life With You | HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang