signatura [10]

128 18 3
                                    

─────── ⸙ ───────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


─────── ⸙ ───────

"Hai, Felix. Ya ampun, Ibu baru sempat bertemu kalian berdua ya setelah beberapa minggu sibuk ini. Maafkan Ibu karena tidak bisa membantu kalian waktu itu."

Benar, keduanya memutuskan untuk berkunjung ke rumah orang tua Hyunjin yang mana baru saja kembali dari luar kota. Ayah Hyunjin mengerjakan proyek perusahaan yang mengharuskan beliau langsung berkontribusi bersama para investor lainnya. Sementara Ibu memilih ikut ketimbang di rumah sendirian, mengingat putranya yang kini memiliki kehidupan pernikahannya sendiri.

Hyunjin yang baru saja masuk ke rumah itu langsung disambut baik oleh sang Ayah. Memeluk tubuh anak laki-laki yang kini menjadi kepala keluarga, menatap bangga pada keputusan akhir darinya yang membawa Felix masuk ke dalam kehidupan barunya. Ayah dan Hyunjin duduk bersama di sofa ruang keluarga, berbicara tentang perusahaan serta pekerjaan Hyunjin sebagai model yang kian dikenal namanya di seluruh penjuru kota.

Ibu masih dengan agenda rindu pada anak manisnya, memperlihatkan beberapa barang yang ia beli untuk sang menantu tercinta. Ibu memberi Felix selimut dan juga satu pasang baju tidur yang sama dengan milik Hyunjin, katanya beliau senang saat membayangkan Felix dan Hyunjin akan memakai itu ketika hendak terlelap. Tak lupa, Ibu memberi satu lilin aromaterapi dengan tujuan agar menantunya memiliki kualitas tidur yang jauh lebih baik.

Akhirnya mereka berempat berkumpul di ruang keluarga, saling melempar canda dan tawa bahagia yang mengisi seluruh sudut di rumah Ayah dan Ibu. Dalam hatinya, Ibu sangat bersyukur akan kehadiran Felix yang sudah dinanti sejak lama, karena Ibu tidak ingin anaknya terlalu larut dalam duka.

Senyum yang sudah lama hilang dari wajah putranya itu kembali mengisi saat Felix berada di sisinya. Merengkuh salah satu lengan Hyunjin dengan erat, seolah ia tak ingin melepas apa yang sudah menjadi miliknya. Felix tidak ingin orang yang membawanya pada bahagia akan pergi begitu saja, ia membutuhkan banyak waktu untuk menikmati setiap momen istimewanya.

Ayah akhirnya pamit ke ruang kerja lebih dulu, disusul Felix yang meminta izin untuk membuat minuman agar acara tukar menukar cerita itu lebih nyaman. Ketika presensinya telah tak lagi terlihat, Hyunjin menghembuskan nafasnya pelan. Ibu yang melihat lantas bertanya, apa yang membuat anaknya terlihat begitu lelah?

"Hyunjin masih bisa jujur tentang perasan Hyunjin kan, Ibu?" Tanya ia pada sang Ibu dengan tatapan sendu.

"Hei, tentu saja. Ada yang mengganggu pikiran kamu, nak?"

Lagi dan lagi, hanya satu nama yang selalu berputar tiada henti dalam pikirnya. Entah mengapa, hati dan otak sama-sama enggan melepas memori tentang masa lalunya. Bukankah itu terlalu indah untuk dikubur begitu saja? Bukankah seharusnya Hyunjin memiliki jawaban atas pertanyaan yang selama ini selalu ia layangkan ketika malam datang?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] Life With You | HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang