Evan menyetir mobil dengan kecepatan maksimal di sepanjang kota Seoul. Setelah mendapat kabar dari patner kerjanya, Matthew.
Evan hampir saja menabrak seorang perempuan di perjalanan, wanita itu terlihat seperti terburu-buru menyebrangi jalan, karena itu wanita tersebut melanggar lampu merah para pejalan kaki.Dengan suara yang kuat, rem mobil milik Evan berdecit persis di depan separuh badan wanita pejalan kaki itu.
"WOI, NYETIR PAKE MATA! " pekik wanita itu.
"Maafkan saya, saya terburu-buru. " sambung Evan dengan permintaan maaf nya, sembari mengeluarkan tangannya.
"Cincin yang di kenakan pria itu, seperti pernah lihat, tapi dimana? " lampu hijau di berikan kepada para pejalan kaki. Wanita itu masih terpaku, untuk mengingat dimana ia melihat pria mengenakan cincin tersebut.
Kepala nya pusing, seperti berputar 360 derajat. Kerumunan pejalan kaki pun menabrakkan badan nya pada wanita itu."Kenapa dia? Aku bahkan belum menabrak nya. "
pria itu menepuk kepalanya, merasa sangat lelah.
Saat lampu hijau di berikan kepada roda empat, ia mencari wanita tersebut, tetapi Evan tidak menemukan nya lagi.
"Sudah pergi ya? Kalau ada, harusnya aku meminta maaf lagi. Pasti dia kesal. " padahal jelas-jelas wanita itu yang melanggar lampu lalulintas tersebut.Evan kembali menancap gasnya, kali ini dengan sedikit hati-hati, karena ia sudah tidak ada waktu lagi untuk meminta maaf, jikalau menabrak seseorang. Detik ini, dia hanya mementingkan Aya.
Sesampai nya Evan di mansionnya, para asisten mengucapkan kalimat yang sama.
"Selamat kembali, Tuan Evan. " dan menundukkan kepala, tubuhnya kepada Evan.Pertama kali seumur hidup, Evan tidak membalas asisten asistennya dengan bow.
"Mianhe, mianhe. " dengan nada tergesa-gesa, Evan menaiki lift dan berjalan ke lantai ruangan Aya.
"Jarang ya Tuan Evan seperti ini? Biasanya ia selalu sopan kepada asisten nya. " ucap salah satu asisten di mansionnya.
"Syut, Tuan Evan sedang mengkhawatirkan Nyonya Aya. "
"Oh iya ya, memangnya apa yang terjadi kepada Nyonya Aya? " para asisten tersebut sedang memegang sapu, dan alat pembersih di Masing-masing tangannya.
"Sudah sudah! Kalian ini apa apaan? Gak inget peraturan ya? Cepat tutup pintu garasi nya, dan kembali ke pekerjaan masing-masing. " tegur supir Aya.
Para asisten menggantung kata-katanya, dan kembali ke tugas nya masing-masing.
Sementara Evan sedang berlari ke kamar tidur putri kecilnya, Aya. Walaupun Aya pasti baik-baik saja sesuai kabar Matthew, tapi pasti ia butuh sosok ayah.
"Aya! Aya! Kamu dimana sayang? " pria itu berteriak-teriak mencari Aya, karena di kamar tidurnya tidak ada.
"PAPAH! " suara dari belakang Evan muncul. Evan pun dengan cepat menoleh ke sumber suara.
Aya berlari ke arah Evan, dan dengan cepat melompatkan tubuh nya, kedekapan Evan.
"Anak papah baik-baik saja? Aya ada luka ga? Ayo cerita sayang, papah pasti de-"
"Aya baik-baik saja. " dingin wanita dari seberang sana.
"Aya, sayang papah. Aya kembali ke kamar bersama Bi Yoon dulu ya? " tutur lembut Evan.
Bi Yoon dengan segera menggendong Aya menuju ke kamar, sebelum menutup pintu kamar, Aya berpesan.
"Ayah, jangan marahin mamah ya.. " ucap Aya.
Kemarahan Evan pun mereda setelah putri satu satunya melontarkan kata-kata tersebut.
Evan tersenyum kepada putrinya, Kim Aya. Lalu Bi Yoon menutup pintu kamar Aya. Sebelum tertutup, Aya memasang muka khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Missing | Aya
Teen Fiction"𝐌𝐚𝐚𝐟 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐥𝐨 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐠𝐮𝐞,𝐂𝐞𝐥. 𝐌𝐚𝐚𝐟 𝐠𝐮𝐞 𝐧𝐠𝐞𝐫𝐮𝐬𝐚𝐤 𝐣𝐚𝐧𝐣𝐢 𝐤𝐢𝐭𝐚,𝐦𝐚𝐚𝐟 𝐠𝐮𝐞 𝐧𝐠𝐞𝐫𝐮𝐬𝐚𝐤 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚"-𝐊𝐢𝐦 𝐀𝐲𝐚 𝐀𝐭𝐡𝐚𝐧𝐚𝐬𝐢𝐚. "𝐌𝐚𝐚𝐟 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐠𝐮𝐞 𝐠𝐚𝐠𝐚�...