7. I'm Gonna Love You

44 4 0
                                    


Langit sore di Kota Seoul sudah mulai pudar,gemuruh petir sudah mulai berdatangan, rintik-rintik hujan mulai turun tak berurutan.
Tetapi wanita bermarga Kim belum kunjung sadar dan belum bergerak sedikit pun dari ranjangnya.
Rasa rindu yang menghantui Evan kala itu. Jam Seoul sudah menunjukkan pukul 23.12 dini hari.
Pria itu belum berganti posisi dari tadi siang, dan belum berganti pakaian, masih memakai jas kerja, karena ia menunggu istrinya sadar.

"Kamu sih, kamu kenapa minum minuman nya, harusnya aku aja. Kamu jadi kayak gini, maafin aku, maaf aku ninggalin kamu kerja. " Mata Evan berlinang air mata, ia tak kuasa menahan tangisnya.

"Lie, bangun dong. Aku kangen suara kamu, aku kangen melihat mata indah kamu, aku kangen lihat tingkah kamu, aku kangen semua tentang kamu, Lie. " Evan menarik tangan lembut Natalie dan mendekatkannya pada mulut nya. Cup.

"Lie, Aya khawatirin kita. Dia takut. "

Evan menatap mata tertutup Alie, yang belum kunjung terbuka juga. Evan merasa gagal, dan putus asa jika sudah seperti ini kondisinya.

"Lie, kamu tega ya bikin aku ngomong sendiri, kita kan selalu deeptalk kalau ada masalah. " Evan mengelus-elus tangan Alie yang lembut. Setetes dua tetes air mata mulai berjatuhan.

Ia sangat takut jikalau istri nya tidak sadar hingga besok hari. Apa yang harus ia lakukan jika Aya bertanya? Pasti Aya sangat terpukul.

Tok-tok-tok

Sumber suara itu berasal dari pintu yang sedikit terbuka, orang itu tidak memunculkan wajah nya.

"Tuan Evan, sudah jam segini. Jaga kesehatan Tuan, Tuan mau ke meja makan atau saya bawakan? " Bi Yoon tak memunculkan wajahnya, karena ia tidak tega melihat Nyonya Besar Natalie terbaring lemas. Bi Yoon saja menjadi sangat lemah bahkan belum melihatnya, bagaimana Tuan Evan?

"Iya bi saya makan, tapi tunggu Natalie bangun dulu ya. " Evan menjawab dengan penuh linangan air mata di matanya.

Bi Yoon tak bisa lagi menahan tangisnya, melihat keluarga kecil yang selalu bahagia, selalu saja terkena marabahaya atau masalah yang berdatangan silih berganti. Siapa sebenarnya wanita berjubah hitam itu?

"Tuan jangan seperti itu, nanti Tuan sakit. Cukup Nyonya Besar Natalie saja. Saya sudah cukup tergores. " tangis Bi Yoon pecah, ia hancur.

"Tuan Evan, ayo makan. Saya hanya punya kalian, saya tidak punya siapa-siapa lagi. Saya merantau ke Korea mencari keluarga saya, tapi tidak kunjung datang, saya butuh keluarga hangat. Saya hanya punya kalian, cukup saya kehilangan keluarga saya, Tuan. " Bi Yoon menangis dengan nada yang rendah.

"Bi Yoon, terima kasih kekhawatiran nya. Kalaupun saya boleh memilih, saya akan pilih saya yang ada di ranjang ini, saya yang akan meminum minuman itu, saya yang akan terbaring lemas seperti ini. Saya akan mengorbankan jiwa raga saya untuk Natalie. Maka dari itu, saya mohon Bi Yoon pergi dan jaga Aya, pastikan dia nyenyak dalam tidurnya. " Evan selalu berusaha kuat, orang-orang tidak boleh mengetahui ia sedang lemah.

"B-baik, Tuan. " Bi Yoon baru berjalan selangkah menjauhi pintu kamar. Suara tangisan Evan terdengar seperti memenuhi ruangan tidur tersebut.

"Tuhan, sertailah keluarga kecil ini. " Bi Yoon menjauhi pintu kamar dengan langkah cepat, dan masuk ke ruang kamar Aya.

"Alie lihat, apa yang sudah aku perbuat. Aku gak bisa tinggalin kamu, kamu tau kan aku punya penyakit mag? Tapi demi kamu, aku rela tetap disini. Aku ga akan ulang kesalahan yang sama, aku ga akan tinggalin kamu sendiri.

Evan mengelus jari yang terdapat satu cincin di jari manisnya. Evan menangis, dan menjadi lemah dalam sekejap. Evan terus menundukkan kepalanya dan memegang tangan istri nya yang dingin.

Suddenly Missing | AyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang