Angin berdesir kencang, mendung semakin pekat, dan cuaca yang tidak begitu bersahabat itu seperti sedang murka.
Bocah SMP yang hanya bermodal bogemnya tersebut sedang berdiri di depan satu geng anak SMA yang berjumlah sekitar 20an di area kuburan.
"Berani juga lu datang sendirian, vis?" tanya seseorang dari mereka yang terlihat bos dari geng tersebut.
"Bacot lu mah riz, hanya karena masalah sepele dan itu ya salah lu ampe nantangin gue di sini!! Itupun bawa kawan!" sergah Vista jengkel terhadap Fariz.
"Takut? Gue kira omongan lu beneran sesuai ama kelakuannya ternyata cuma bocah SMP yang cuma banyak bacot!" ejek Fariz juga tak mau kalah
"Hmm, sepertinya lu yang takut ngelawan gue sendirian ya?"
Fariz yang terpancing dengan ejekan tersebut langsung berlari untuk memukul Vista.
Dalam jarak setengah meter sebelum Fariz mendaratkan pukulan, kaki Vista sudah menabrak dagu Fariz terlebih dahulu dan membuatnya mundur beberapa langkah.
Tanpa menunggu aba-aba anak buah Fariz yang melihat bos mereka gerakannya dipatahkan dengan mudah langsung serempak menyerang Vista.
Meski perkelahian tersebut tidak imbang namun Fariz serta kawan-kawannya terlihat kewalahan menghadapi Vista.
Muhammad Vista Ibnu Alvan, salah satu anak yang ditakuti baik di sekolahnya maupun di luar. Cerita itu di mulai ketika dirinya masih SD ada beberapa anak yang ingin membully-nya malah berakhir dibawa ke ruang UKS semua. Sejak saat itu tidak ada yang berani mengusik dirinya.
Fariz yang awalnya niat becanda dengan Vista dengan menaruh pasir dimakanannya malah langsung kena hajar, karena menurut Vista makan bukanlah hal yang dibuat becanda seperti itu.
Karena Fariz tau dengan rumor tersebut, dia mengajak Vista berkelahi di area kuburan dekat sekolah mereka serta mengajak teman satu gengnya untuk menghadapi Vista. Soalnya Fariz sendiri tidak yakin bisa menghadapi Vista sendirian.
Dengan badannya yang lebih mungil dari seumurannya, membuat Vista bergerak lebih cepat dan bebas. Hanya sekali hentakan kaki, beberapa dari mereka sudah terjerembab kesakitan.
Fariz tidak bisa diam begitu saja sembari menunggu timing yang pas dirinya bersiap di belakang Vista. Namun sebelum momen itu datang, Vista kembali menyikat teman-temannya dengan cepat.
Sriekh... Kaki vista dijegal dan membuatnya terhuyung ke depan. Melihat ada sedikit celah tersebut, Fariz langsung menghantamkan pukulannya ke kepala Vista bagian belakang dan membuat Vista terjatuh.
"Huh, gue udah mengira kalo gak bakalan semudah itu menghadapi lu Vis!"
Vista yang mendengar ucapan tersebut tidak merespon dalam posisi tengkurap dirinya langsung melakukan blackflip secara cepat dan mengenai bahu Fariz.
Dalam posisinya yang sudah berdiri, Vista melihat musuhnya masih dalam keadaan prima.
"Hahahaha sehebat apapun lu, gak akan bisa mengalahkan kami semua!" tandas Fariz karena Vista sudah mulai bernafas berat.
"Dasar pengecut!" umpat Vista terengah-engah.
"Hohoho, rupanya lu udah mulai kehabisan nafas ya" Fariz mengangkat tangannya memberikan isyarat "Serang!"
Setelah beberapa saat setelah perkelahian yang cukup lama, akhirnya musuh tumbang juga. Meski wajah dan tubuh Vista lebam dan memar, namun ke 20 musuhnya terkapar tanpa terkecuali.
"Ternyata anak SMA lebih lemah dari gue ya?" Vista melontarkan pertanyaan ejekan tersebut ke Fariz yang telentang tidak berdaya.
"Gue saranin lu sekarang pergi, selama masih ada kesempatan!" perintah Fariz.
Vista yang mendengar perintah tersebut kemudian berjongkok, "maksud lu masih mau nyerang gue?"
"Hahahaha, dasar monster! Habis ini teman-teman gue bakalan ke sini."
"Hemmm? Jadi masih ada yang perlu gue hajar?" tanya Vista mengernyitkan dahi.
"Mereka bertiga warga silat dan keadaan lu udah kayak gitu! Ini peringatan sekaligus bentuk kasihan gue terhadap lu."
"Maksudnya warga silat yang juga suka nge-bully?"
Fariz tak menjawab pertanyaan Vista, matanya hanya menatap kosong ke langit sebelum akhirnya suara motor terdengar senyap-senyap.
"Wah, pemandangan apa ini?" tanya salah satu dari mereka bertiga yang baru saja memarkir motornya.
"Mana bocah SMP yang angkuh itu?" disusul pertanyaan lain dari yang lain.
"Mungkin yang pakai baju SMP itu," jawab pemuda ketiga yang membuka jaketnya.
"Gue kasihan ama perguruan mereka, padahal silat untuk membela diri malah dibuat menindas dan berbangga diri!" ucap Vista pelan dan berdiri.
Vista sedang memutar otak, karena perkelahian kali ini jelas lebih sulit dari pada sebelumnya. Selain karena musuhnya warga silat, tubuh Vista sudah mulai kelelahan.
"Hoyaa? Ini Fariz beneran dibantai ama bocah ini?"
"Wah wah wah, kalo kita juga sampe kalah berarti dia hebat dong ya," jawab yang lain dengan nada yang sedikit mengejek.
Tanpa banyak kata Vista langsung membuat gerakan kuda-kuda.
Ketiga pemuda yang awalnya menunjukkan ekspresi ejekan, melihat kuda-kuda tersebut langsung berubah mimik serius.
"Ho? Wajah kalian sepertinya tegang?" tanya Vista memprovokasi
Tanpa menjawab sepatah kata pun mereka langsung menyerang Vista.
"Provokasi berhasil," ucapnya dalam hati.
Dengan serangan tangan yang lurus ke depan membuat Vista langsung sedikit menunduk dan menyerang dada lawan dengan sikut. hanya dengan sedikit gerakan Vista menyerang lawan yang lain dengan uppercut dan elbow.
"Wah sepertinya lu belajar teknik Muay Thai ya? Lumayan juga!"
Vista masih tetap fokus, dan tak mau merespon ucapan lawannya tersebut karena posisinya sudah tidak diuntungkan dari awal.
Dengan kecepatan sedang lawan mulai kembali melancarkan serangan, jarak setengah meter kurang Vista langsung menggunakan Knee dengan kaki kirinya dan disusul dengan kick kaki kanannya.
"Wow, gila. Dia benar-benar mahir dalam perkelahian. Padahal posisinya sudah dirugikan," gumam Fariz yang masih mencoba melihat Vista betarung dengan teman-temannya.
Pertarungan sengit berlangsung lama, meski 3 vs 1 hasilnya ternyata masih imbang. Kecepatan Vista masih belum menurun sedikitpun.
Melihat lawannya meningkatkan kewaspadaan, Vista merubah gaya kuda-kudanya dengan sikap siap defensif.
Dan benar saja gerakan jab langsung mendarat di pelipis Vista dengan cepat. Sebelum roboh Vista menggunakan gerakan straight untuk memberikan damage balasan terhadap lawan dan berhasil mengenai pipinya.
"Lu masih amatir ngapain sok-sokan berani ngelawan veteran kayak kita!"
Melihat kewaspadaan lawan menurun Vista melakukan drill untuk menjatuhkan ketiganya sekaligus. Namun tidak berjalan lancar dengan sigap lawannya menghindari serangan.
"Sepertinya lu gak ada niatan buat nyerah ya,"
"Sebenarnya dari tadi kalian bacot apaan?" tanya Vista merespon ucapan lawannya.
"Wah ternyata masih ada tenaga buat ngejawab ya" dengan sangat cepat pukulan mendarat di perut Vista, dengan jarak yang dekat dan waktu sepersekian detik tersebut, Vista langsung memberikan bogem mentah ke ulu hati lawan yang membuatnya sama-sama mundur beberapa langkah.
"Sepertinya mereka tidak akan membiarkan gue kabur dengan mudah," pikir Vista melihat ke area sekitar yang sangat sepi.
"Jangan bilang kalo sudah berencana untuk kabur?" tanya mereka yang ternyata sudah kelelahan juga.
"Tenang saja, itu belum gue lakuin sebelum ini!" serangan yang menentukan perkelahian pun dilancarkan.
Gerakan maju dengan zigzag menjatuhkan mereka bertiga dengan cepat. Dan itu menjadi akhir dari pertarungan kali ini. Vista pergi dengan santai tanpa melihat lawannya yang bergeletakan di tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANDZA
Teen Fiction•Cinta Beda Usia• Aisyah Nur Izzah seorang anak yang sering mengalami perundungan baik itu di rumah, sekolah, maupun di tempat-tempat yang lain. Pengkhianatan teman, dikucilkan dalam circle merupakan makanan sehari-hari bagi dirinya. Namun.... Cint...